Ragamutama.com JAKARTA. UBS melakukan penyesuaian signifikan terhadap prediksi harga emas tahun ini, sebuah langkah yang dipicu oleh meningkatnya tekanan makroekonomi global dan lonjakan permintaan dari kalangan investor institusional.
Menurut Joni Teves, Strategis Ahli Logam Mulia UBS, harga emas diproyeksikan akan terus menunjukkan tren penguatan yang solid, dengan target mencapai US$ 2.500 per ons troi dalam kurun waktu 6 hingga 12 bulan mendatang.
“Beberapa faktor kunci yang mendorong optimisme terhadap harga emas meliputi ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed, permintaan yang stabil dari bank-bank sentral di berbagai negara, serta kembalinya minat investor terhadap aset logam mulia ini,” jelas Teves dalam presentasi UBS Global Research yang diselenggarakan secara daring pada Kamis (16/5).
UBS memprediksi bahwa The Fed akan mulai menerapkan kebijakan pemangkasan suku bunga pada bulan September 2025, yang secara langsung akan menyebabkan penurunan suku bunga riil. Dalam kondisi seperti ini, emas, yang tidak memberikan imbal hasil tetap, menjadi semakin menarik sebagai alternatif investasi.
Intip Cara Beli Emas Antam Logam Mulia, Harga Emas Antam Hari Ini Rp 1.866.000
“Permintaan yang konsisten dari bank sentral juga menjadi pendorong utama di pasar emas. Permintaan ini tetap terdiversifikasi dengan baik, dengan sebagian besar pembelian berasal dari negara-negara berkembang,” imbuhnya.
Lebih lanjut, UBS meyakini bahwa permintaan dari pasar Tiongkok akan memainkan peran penting. Sentimen positif yang kuat di pasar domestik, didorong oleh sejumlah indikator permintaan yang tertahan (pent-up demand), akan menjadi faktor pendukung.
Selain itu, pemerintah Tiongkok telah memberikan izin kepada perusahaan asuransi untuk mengalokasikan sebagian dari aset mereka ke emas, sebuah kebijakan yang berpotensi meningkatkan volume pembelian secara signifikan.
“Kami melihat peluang besar untuk peningkatan pembelian emas dari Tiongkok, baik dari investor institusional maupun investor ritel, yang secara keseluruhan berkontribusi pada optimisme pasar,” terangnya.
Dari perspektif investor global, posisi emas telah mengalami peningkatan dalam beberapa bulan terakhir. UBS mencatat bahwa alokasi emas, khususnya dalam bentuk kontrak berjangka dan ETF, saat ini berada pada level yang sebanding dengan yang terlihat selama puncak pandemi COVID-19.
“Meskipun masih jauh dari puncak yang dicapai selama reli multi-tahun pasca krisis keuangan global (GFC), hal ini menunjukkan bahwa potensi untuk pertumbuhan lebih lanjut masih sangat besar,” tambahnya.
Harga Emas Spot Naik Tipis ke Level US$3.183,20 Kamis (15/5) Pagi, Ini Pemicunya
Pada sisi penawaran, UBS tidak memperkirakan adanya respons signifikan dalam waktu dekat, baik dari sektor pertambangan maupun dari daur ulang (scrap). Dengan kombinasi permintaan yang tinggi dan pasokan yang terbatas, UBS memproyeksikan bahwa pergerakan harga emas akan tetap agresif.
“Keunggulan emas di pasar yang bergejolak saat ini terletak pada fondasi tema-tema makro yang mendasari kenaikan harganya, yang masih tetap kuat, serta fakta bahwa emas adalah salah satu instrumen lindung nilai (hedge) yang paling efektif terhadap berbagai risiko yang ada saat ini,” pungkasnya.