Presiden Trump Tetap Bidik Kesepakatan Nuklir dengan Iran di Tengah Eskalasi Konflik Timur Tengah
Di tengah ketegangan yang memuncak di Timur Tengah, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilaporkan masih bertekad untuk mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran. Hal ini diungkapkan oleh Pete Hegseth, yang disebut sebagai Menteri Pertahanan AS, dalam sebuah wawancara eksklusif di acara *Jesse Watters Primetime* Fox News, seperti dikutip dari *Reuters* pada Selasa (17/6). Hegseth dengan tegas menyatakan “Tentu saja” saat ditanya apakah Trump masih mengincar *kesepakatan nuklir dengan Iran*.
Hegseth lebih lanjut menjelaskan posisi Amerika Serikat dalam menghadapi dinamika regional. “Kami memposisikan diri secara defensif di kawasan itu untuk menjadi kuat dalam mengejar kesepakatan damai,” ujarnya, seraya menambahkan harapannya agar visi perdamaian itu dapat terwujud. Pernyataan ini muncul di tengah serangkaian peristiwa dramatis yang mengguncang kawasan, termasuk desakan dari Presiden Trump sendiri.
Sebelumnya, pada Senin (16/6), Trump melalui unggahan di media sosialnya secara mengejutkan meminta semua orang untuk segera dievakuasi dari Teheran. Seruan ini terkait dengan penolakan Iran terhadap *kesepakatan* yang bertujuan mengekang pengembangan *senjata nuklir*. Situasi semakin memanas setelah Israel melancarkan serangan udara terhadap Iran pada Jumat (13/6).
Serangan Israel ke Iran menelan korban jiwa 220 orang, yang sebagian besar adalah warga sipil. Sebagai balasan, Iran pun melancarkan serangan ke Israel, menyebabkan 24 warga sipil tewas. Israel berdalih bahwa serangan mereka bertujuan untuk menghilangkan ancaman yang ditimbulkan oleh *program nuklir* dan rudal balistik Iran.
Namun, Iran dengan tegas membantah tuduhan pengembangan senjata nuklir. Teheran menegaskan haknya untuk mengembangkan teknologi nuklir dengan tujuan damai, termasuk pengayaan uranium, sebagai pihak dalam *Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT)*. Ironisnya, Israel, yang bukan merupakan pihak dalam NPT, adalah satu-satunya negara di Timur Tengah yang diyakini memiliki senjata nuklir, sebuah klaim yang tidak pernah mereka bantah atau konfirmasi.
Eskalasi serangan udara antara Iran dan Israel ini semakin meningkatkan *ketegangan di wilayah Timur Tengah*, yang memang telah berada dalam kondisi waspada sejak operasi militer Israel di Gaza dimulai pada Oktober 2023. Meskipun demikian, Amerika Serikat sejauh ini tidak terlibat langsung dalam serangan Israel ke Iran. AS hanya menerima notifikasi dari sekutunya tersebut dan telah mengeluarkan peringatan keras kepada Iran agar tidak menyerang kepentingan atau personel AS di wilayah tersebut.
“Kami waspada, kami siap, dan kami telah mengirim pesan yang konsisten dari awal bahwa kehadiran kami di wilayah untuk membela warga dan aset kami,” tegas Hegseth dalam wawancara yang sama dengan Fox News. Untuk meredakan spekulasi, Asisten Gedung Putih, Alex Pfeiffer, dalam postingan di X (sebelumnya Twitter) membantah klaim daring yang menyebut AS menyerang Iran. “Itu tidak benar. Pasukan AS mempertahankan postur pertahanan mereka dan itu tidak berubah,” pungkas Pfeiffer, menegaskan sikap defensif Amerika Serikat.