Trump dan Iran: Alasan di Balik Rencana Pengeboman yang Gagal

Avatar photo

- Penulis

Senin, 23 Juni 2025 - 20:48 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Serangan Mendadak ke Iran: Strategi Tipuan Donald Trump yang Mengejutkan Dunia

Pada Kamis pekan lalu, dunia dikejutkan oleh pernyataan Presiden Donald Trump yang mengumumkan batas waktu dua minggu untuk memutuskan apakah akan menyerang Iran. Namun, hanya 48 jam berselang, sebuah manuver militer yang mengejutkan terjadi: pesawat pengebom siluman B-2 telah melayang tak terdeteksi di atas wilayah udara Iran, siap menghantam fasilitas nuklir vital negara tersebut. Sebuah operasi rahasia yang telah dirancang dengan cermat, jauh dari sorotan publik.

Langkah Trump yang terang-terangan ini, menurut laporan *Axios* dan beberapa pejabat terkait, ternyata merupakan ‘pengalihan perhatian’ atau ‘tipuan’ yang dirancang cermat. Tujuannya adalah untuk mengulur waktu, menjaga media dan Iran dalam ketidakpastian, sementara rencana serangan militer skala besar telah bergegas di balik layar. Setelah berbulan-bulan diplomasi yang buntu, Trump akhirnya memutuskan untuk meluncurkan operasi rahasia yang diberi sandi “Midnight Hammer.” Operasi ini melibatkan misi pengebom B-2 terbesar dalam sejarah AS, sekaligus menandai penggunaan perdana bom penghancur bunker seberat 30.000 pon. Untuk memastikan kerahasiaan rencana strategis ini, Trump secara ketat mengendalikan setiap pesan dan membatasi lingkaran kecil individu yang terlibat dalam perencanaannya, menegaskan komando pribadinya atas seluruh operasi. Seorang pejabat senior bahkan menggambarkannya sebagai “operasi Donald Trump,” membandingkan kehati-hatiannya dengan kegagalan militer AS sebelumnya di Iran, seperti Operasi Eagle Claw pada tahun 1980.

Gagalnya Jalan Diplomasi

Sebelum melancarkan serangan, serangkaian upaya diplomatik telah dilakukan dan berakhir dengan kegagalan. Saat menghadiri pertemuan puncak G7 di Kanada, Trump sempat berkoordinasi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan untuk mengatur potensi pembicaraan antara pejabat AS dan Iran di Istanbul. Bahkan, ia bersiap mengirim Wakil Presiden J.D. Vance dan utusan Gedung Putih Steve Witkoff, atau bahkan hadir sendiri, sebagaimana dilaporkan oleh *Hindustan Times*. Namun, pertemuan krusial itu pupus karena Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei tidak dapat dihubungi, dan serangan udara Israel membuat perjalanan pejabat Iran ke lokasi menjadi terlalu berbahaya. Seiring berjalannya minggu, Trump menyadari tidak akan ada terobosan diplomatik, sehingga ia memberikan perintah kepada Pentagon untuk menyelesaikan rencana serangan.

Baca Juga :  KPK Periksa Dua Anggota DPR Nasdem dalam Kasus Korupsi CSR BI

Pada Jumat, setelah sempat mengisyaratkan penundaan, Trump akhirnya mengizinkan Menteri Pertahanan Pete Hegseth untuk meluncurkan pesawat pengebom. Kelompok penyerang lantas terbang dari Missouri menuju Iran, dengan beberapa pesawat bertindak sebagai umpan untuk membingungkan pertahanan musuh. Menariknya, Trump memberikan lampu hijau terakhir dari klub golfnya di New Jersey, tepat saat para pengebom mencapai titik ‘tidak bisa kembali’. Setelah itu, ia segera kembali ke Washington untuk memantau operasi dari Ruang Situasi Gedung Putih, semakin yakin karena laporan media masih menggambarkan dirinya sebagai sosok yang belum mengambil keputusan akhir. Serangan ke fasilitas nuklir Iran ini dikoordinasikan secara erat dengan Israel, yang telah menerima “lampu hijau” dari Trump untuk melakukan serangannya sendiri terhadap situs nuklir Iran sebelumnya. Secara terbuka, AS menjauhkan diri dari operasi Israel, tetapi secara pribadi, kedua negara bekerja sama untuk melemahkan kemampuan nuklir Iran. AS menekankan bahwa serangan itu terbatas pada program nuklir Iran dan tidak mencari perubahan rezim, mendesak Iran untuk kembali ke negosiasi diplomatik setelah serangan.

Kolaborasi Strategis dengan Israel

Di balik layar, keberhasilan operasi ini tak lepas dari kolaborasi intensif dengan Israel. Atas permintaan langsung dari pemerintahan Trump, Angkatan Udara Israel melancarkan beberapa serangan presisi terhadap sistem pertahanan udara Iran di selatan negara itu, hanya dalam kurun waktu 48 jam sebelum serangan militer AS terhadap fasilitas nuklir Fordow milik Iran. Hal ini dikonfirmasi oleh tiga pejabat AS dan Israel yang dikutip *Axios*. Operasi ini menandai peningkatan signifikan dalam kerja sama AS-Israel terkait program nuklir Teheran, yang berpuncak pada upaya bersama yang bersejarah untuk membongkar kemampuan nuklir Iran.

Presiden Donald Trump sendiri secara terbuka mengakui peran vital Israel dalam memuluskan serangan AS tersebut selama pidato nasional, menyampaikan rasa terima kasih kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan menekankan kerja sama tim yang belum pernah terjadi sebelumnya antara kedua negara. Secara khusus, Trump telah menghubungi Netanyahu seminggu sebelumnya untuk meminta bantuan Israel dalam menetralkan pertahanan udara Iran, membuka jalur aman bagi pesawat pengebom siluman B-2 AS yang menargetkan situs Fordow yang terkubur dalam. Sebagai respons, Netanyahu menanyakan bagaimana Israel dapat mendukung operasi tersebut, yang berujung pada pelaksanaan serangan terarah oleh Angkatan Udara Israel terhadap sistem pertahanan udara Iran yang telah ditentukan. Koordinasi terus berlanjut di tingkat tinggi, dengan Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz melakukan panggilan telepon dengan Wakil Presiden AS JD Vance dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth untuk menyelesaikan rincian operasional. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melakukan serangkaian serangan untuk melemahkan pertahanan Iran secara efektif, meminimalkan risiko bagi pesawat pengebom Amerika yang membawa bom penghancur bunker seberat 30.000 pon.

Baca Juga :  Megawati Umroh Setelah Tertunda 13 Tahun

Pejabat Israel menyatakan bahwa meskipun Israel tidak menekan AS untuk bergabung dalam konflik, penolakan Iran untuk terlibat secara diplomatis menyisakan pilihan yang terbatas. Setelah serangan yang sukses, Trump memberitahu Netanyahu tentang keinginannya untuk mengejar perdamaian dengan Teheran, namun tetap siap untuk menanggapi jika Iran membalas pasukan AS.

Keputusan untuk melancarkan serangan ini sangat dipengaruhi oleh intelijen terbaru dari CIA dan sumber-sumber Israel mengenai kemajuan nuklir Iran, laporan penting dari Badan Energi Atom Internasional, serta keberhasilan Israel dalam melemahkan pertahanan udara Iran. Kombinasi faktor-faktor ini menciptakan ‘jendela peluang’ yang krusial bagi Amerika Serikat untuk bertindak. Menariknya, di tengah aksi militer yang tegas, Trump masih secara terbuka menyatakan keinginannya untuk mencapai penyelesaian diplomatik dengan Iran, bahkan berharap kesepakatan dapat tercapai sebelum pesawat pengebom lepas landas. Situasi di kawasan ini masih diselimuti ketidakpastian, karena kedua belah pihak kini menanti reaksi Iran, yang dapat secara signifikan memengaruhi perkembangan masa depan di kawasan tersebut.

Untuk memahami lebih jauh dinamika politik di Iran, Anda mungkin tertarik membaca: Siapa Calon Pengganti Ayatollah Ali Khamenei?

Berita Terkait

Gawat! AS Serang Iran, Reaksi Dunia Internasional Mengejutkan
Korupsi MPR, KPK Umumkan Tersangka Baru! Siapa?
Edwin Adrian Komandan Paspampres Baru, Era Prabowo Dimulai
Israel Gempur Penjara Evin Iran, Balas Serangan Rudal Terbaru?
Putin Kecam AS, Ini Isi Pertemuan Lengkap Menlu Iran dengan Rusia
Selat Hormuz: Lokasi Vital, Apa Risiko Jika Iran Menutupnya?
Serangan Israel: Daftar Tokoh Iran Tewas, Dampak Mencekam!
Momen Langka, Kapolri Cium Tangan Megawati di Acara Hoegeng

Berita Terkait

Senin, 23 Juni 2025 - 23:58 WIB

Gawat! AS Serang Iran, Reaksi Dunia Internasional Mengejutkan

Senin, 23 Juni 2025 - 23:33 WIB

Korupsi MPR, KPK Umumkan Tersangka Baru! Siapa?

Senin, 23 Juni 2025 - 22:37 WIB

Edwin Adrian Komandan Paspampres Baru, Era Prabowo Dimulai

Senin, 23 Juni 2025 - 21:03 WIB

Israel Gempur Penjara Evin Iran, Balas Serangan Rudal Terbaru?

Senin, 23 Juni 2025 - 20:48 WIB

Trump dan Iran: Alasan di Balik Rencana Pengeboman yang Gagal

Berita Terbaru

health

Arab Saudi Bentuk Komite Khusus, Yoga Makin Populer

Selasa, 24 Jun 2025 - 01:33 WIB

finance

IHSG Anjlok, Timur Tengah Memanas

Selasa, 24 Jun 2025 - 01:27 WIB