Trump Ancam Tarif Baja, Bursa Asia Merah! Peluang atau Ancaman?

Avatar photo

- Penulis

Senin, 2 Juni 2025 - 15:52 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ancaman Tarif Baja Trump Guncang Bursa Saham Asia, Investor Cermati Ketegangan Geopolitik

Kawasan bursa saham Asia membuka pekan dengan sentimen negatif pada perdagangan Senin (2/6), di tengah kekhawatiran yang meningkat atas eskalasi perang dagang global. Penurunan tajam indeks regional ini utamanya dipicu oleh ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk melipatgandakan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50%, sebuah langkah yang langsung menekan saham-saham emiten baja.

Pernyataan kontroversial Trump tersebut dilontarkan pada Jumat malam waktu setempat, menyusul tudingannya terhadap China yang dianggap melanggar kesepakatan penurunan tarif komoditas mineral kritis. Kebijakan ini segera memicu kembali ketegangan dagang global, memperkeruh sentimen pasar dan menambah kekhawatiran investor di seluruh Asia mengenai prospek ekonomi.

Emiten Baja Tertekan, Indeks Regional Terkoreksi

Dampak ancaman tarif tersebut langsung terasa di sejumlah pasar. Di Korea Selatan, indeks saham terpangkas 0,5%, dengan saham raksasa baja seperti POSCO dan Hyundai Steel masing-masing anjlok 3%. Lebih parah, SeAH Steel Corp terperosok hingga 12,6%. Tak hanya itu, di Vietnam, salah satu produsen baja terbesar, Hoa Sen Group, juga merasakan tekanan dengan penurunan 5,8%. Fenomena koreksi pasar juga melanda Taiwan dan Indonesia, yang indeks sahamnya masing-masing mencatatkan penurunan lebih dari 1,5%. Sementara itu, bursa saham di India dan Singapura turut melemah, masing-masing terkoreksi 0,5%.

Baca Juga :  Waduh, Harga Jual Honda BeAT Turun Segini Jika Kena Banjir, Simak

Junvum Kim, seorang Sales Trader di Saxo Capital Markets, menyoroti bahwa investor kini menaruh perhatian besar pada dua faktor utama: ketidakpastian seputar kebijakan tarif perdagangan dan meningkatnya risiko geopolitik. Ketegangan di Ukraina dan Rusia, khususnya, menjadi sorotan setelah laporan serangan drone Ukraina di wilayah Kursk dan Voronezh, Rusia, yang menyebabkan kebakaran dan gangguan lalu lintas. Situasi ini turut memperkeruh sentimen pasar global.

Aksi Ambil Untung Tekan IHSG, Inflasi Indonesia Melambat

Beranjak ke pasar domestik, meskipun mencatatkan penurunan di awal Juni, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia sebenarnya tampil sebagai indeks dengan performa terbaik di kawasan selama bulan Mei, dengan kenaikan impresif lebih dari 6%. Para analis mengindikasikan bahwa pelemahan IHSG pada hari ini sebagian besar disebabkan oleh aksi ambil untung (profit taking) investor.

Di sisi makroekonomi, data menunjukkan bahwa inflasi tahunan Indonesia pada Mei tercatat sebesar 1,60%, angka yang lebih rendah dari ekspektasi pasar dan mengindikasikan tren perlambatan. Kondisi inflasi yang melambat ini memberikan fleksibilitas tambahan bagi Bank Indonesia dalam menjalankan kebijakan moneternya untuk menjaga stabilitas.

Kurs Stabil, Dolar AS Melemah

Pergerakan di pasar mata uang regional menunjukkan gambaran yang bervariasi. Secara umum, kurs mata uang regional cenderung stabil, mengambil keuntungan dari pelemahan Dolar AS sebesar 0,5%. Won Korea Selatan memimpin penguatan dengan melonjak 0,7%, diikuti oleh Rupee India dan Dolar Singapura yang masing-masing naik 0,2%. Kontras dengan itu, Dolar Taiwan mengalami depresiasi tipis 0,2%.

Baca Juga :  IHSG Anjlok Parah! Trading Halt Hentikan Perdagangan Perdana

Pelemahan “greenback” ini disinyalir karena meningkatnya kekhawatiran fiskal di AS serta gelombang aksi jual oleh investor terhadap berbagai aset AS, termasuk saham dan obligasi. Menariknya, analis Maybank dalam risetnya memproyeksikan bahwa “di kawasan ASEAN, kami memperkirakan mata uang regional akan terus menguat tahun ini seiring diversifikasi portofolio global dari aset AS.”

Pilpres Korea dan Data Inflasi Jadi Sorotan

Ke depan, perhatian investor akan tertuju pada beberapa peristiwa penting. Di Korea Selatan, pasar menanti hasil pemilu presiden mendadak yang akan digelar pada Selasa (3/6), menyusul pengunduran diri kontroversial Yoon Suk Yeol pada April lalu akibat upaya darurat militer. Selain itu, rilis data inflasi dari Taiwan, Korea Selatan, dan Filipina yang dijadwalkan pekan ini juga akan menjadi sorotan utama, memberikan petunjuk arah bagi kebijakan moneter dan sentimen pasar di masing-masing negara.

Berita Terkait

Dividen Gede Blue Chip, Rp 1,79 Triliun, Ini Rekomendasi Sahamnya!
IHSG Fluktuatif? Cek Rekomendasi Saham WIFI, SMGR, dan ISAT Hari Ini!
Lo Kheng Hong Raup Rp 48,9 Miliar dari Dividen Saham Blue Chip?
Raja Ampat Digoyang Evaluasi Tambang Nikel, Bahlil Turun Tangan!
BBYB Tahan Laba, Bank Neo Commerce Absen Dividen Tahun Ini?
Inggris Gugat Abramovich? Hasil Penjualan Chelsea Jadi Sengketa!
Google Bayar Rp8,1 Triliun, Upaya Perbaiki Kepatuhan?
PGAS Bagi Dividen Rp 182,08 per Saham, Catat Jadwalnya!

Berita Terkait

Rabu, 4 Juni 2025 - 08:27 WIB

Dividen Gede Blue Chip, Rp 1,79 Triliun, Ini Rekomendasi Sahamnya!

Rabu, 4 Juni 2025 - 08:12 WIB

IHSG Fluktuatif? Cek Rekomendasi Saham WIFI, SMGR, dan ISAT Hari Ini!

Rabu, 4 Juni 2025 - 07:12 WIB

Lo Kheng Hong Raup Rp 48,9 Miliar dari Dividen Saham Blue Chip?

Rabu, 4 Juni 2025 - 06:57 WIB

Raja Ampat Digoyang Evaluasi Tambang Nikel, Bahlil Turun Tangan!

Rabu, 4 Juni 2025 - 04:42 WIB

BBYB Tahan Laba, Bank Neo Commerce Absen Dividen Tahun Ini?

Berita Terbaru

Education And Learning

Masuk Sekolah Jam 6 Pagi: Alasan Menteri Pendidikan Abdul Mu’ti Terungkap

Rabu, 4 Jun 2025 - 07:57 WIB