Ragamutama.com – , Jakarta – Tragedi kebakaran hebat melanda tiga bangunan di Jalan Kutilang, Kecamatan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, pada Sabtu pagi, 19 Juli 2025, sekitar pukul 06.21 WIB. Insiden nahas ini menewaskan empat anak yang tak sempat menyelamatkan diri, terjebak di lantai dua sebuah kos-kosan.
Salah satu korban jiwa adalah dua putri Novi (28), yaitu Nurul Astia (7) dan Azizah (4). Dalam kejadian pilu itu, Novi berhasil menyelamatkan anak sulungnya yang berusia 10 tahun dan bayinya yang berumur tiga bulan. Suami Novi sedang bekerja, sementara satu anaknya yang lain tengah bermain di luar rumah saat api mulai membesar.
Menurut penuturan Novi, keluarganya masih terlelap saat api melahap bangunan kos-kosan yang dihuni delapan keluarga lain tersebut. Biasanya, Novi dan anak-anaknya sudah bangun pukul 04.00 WIB di hari sekolah, namun karena sedang libur, mereka terbangun lebih siang. Tiga dari empat anak Novi berada di kamar lantai dua saat kebakaran terjadi.
Keluarga Novi terbangun karena suara keributan yang terjadi setelah api mulai melalap kos-kosan. “Saat terbangun, api sudah gede, asap sudah penuh. Anakku langsung aku bangun-bangunin,” kenang Novi saat ditemui di tenda pengungsian, Ahad, 20 Juli 2025, tak jauh dari lokasi kejadian. Mereka tak bisa menuruni tangga karena api, yang bermula dari percikan di dapur lantai satu, telah membesar. Para penghuni lain pun nekat menyelamatkan diri dengan melompat dari lantai dua. Novi ikut melompat sambil menggendong bayi bungsunya yang berusia tiga bulan, berupaya mengajak kedua putrinya yang lain.
Kebakaran rumah tinggal di Jalan Kutilang 28, RW 2, Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta, 19 Juli 2025. Tempo/Martin Yogi Pardamean
Novi terpisah dari kedua putrinya yang berusaha mencari jalan keluar lain. Situasi semakin kacau lantaran seluruh penghuni indekos panik dan berebut untuk melompat dari satu-satunya balkon yang mengarah ke jalan. Novi akhirnya melompat bersama bayinya, namun kedua putrinya hilang dari pandangannya. Akibat lompatan tersebut, Novi menderita luka dan cedera di kaki serta punggungnya. Ia sempat berusaha kembali masuk ke dalam bangunan yang terbakar untuk mencari kedua putrinya, namun upayanya dihentikan warga. “Tapi enggak boleh masuk, api sudah terlalu gede. Aku ditahan sama orang-orang,” tuturnya lirih.
Kesaksian serupa disampaikan Alam (31), seorang saksi mata yang tinggal dua rumah di samping lokasi kebakaran. Menurut Alam, penghuni kos-kosan tampak sangat panik saat akan melompat dari lantai dua. “Semuanya minta cepat-cepat melompat, jadi anak ada yang ketinggalan,” kata Alam. Ia menyebut, para penghuni kos-kosan berdesakan untuk melompat karena hanya ada satu jalur penyelamatan bagi beberapa keluarga yang tinggal di lantai dua.
Alam juga mengenal para korban kebakaran Jakarta Selatan tersebut, termasuk Putri (13), yang terjebak di lantai dua setelah terpisah dari orang tuanya di tengah kepanikan. Alam sempat mendengar Putri meminta tolong saat kebakaran di Tebet itu terjadi. Putri, lanjut Alam, sehari-harinya berjualan tisu di Stasiun Tebet dan baru pulang dini hari itu pukul 01.00 WIB setelah berjualan.
Dari total empat anak meninggal kebakaran ini, identitas mereka adalah tiga anak perempuan berinisial PL (13 tahun), K (3 tahun), A (4 tahun), dan satu anak laki-laki berinisial A (7 tahun).
Pascakebakaran, para warga yang selamat kini tinggal di sebuah tenda pengungsian berukuran besar, yang didirikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta di lahan kosong tak jauh dari lokasi bencana. Sebanyak 24 warga dari 8 keluarga mengungsi sementara di tenda tersebut. Mayoritas dari mereka adalah keluarga yang menyewa kamar kos-kosan seharga Rp 300 ribu per bulan yang turut hangus dilalap api. Sementara itu, pemilik kos diketahui mengungsi di rumah kerabatnya di Bekasi, Jawa Barat.
Kepala Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan, Syamsul Huda, menjelaskan bahwa korban jiwa kebakaran anak-anak ini terjadi karena orang tua mereka tak sempat membawa serta saat insiden berlangsung. “Dikarenakan panik, akhirnya anak-anak tertinggal, orang tua korban tidak sempat membawa mereka menyelamatkan diri,” terang Syamsul dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 19 Juli 2025.
Pilihan Editor: Mengapa Angka Pernikahan Resmi Terus Menurun