Sebuah insiden tragis mengguncang Bangladesh pada Senin, 21 Juli 2025, ketika sebuah jet tempur milik Angkatan Udara negara itu jatuh dan menimpa gedung Milestone School and College di pinggiran utara ibu kota Dhaka. Kecelakaan pesawat nahas ini segera memicu kebakaran hebat yang melahap bangunan sekolah dua lantai tersebut, mengubah suasana riuh setelah ujian menjadi kepanikan mencekam.
Peristiwa mengerikan ini menelan korban jiwa sedikitnya 27 orang dan melukai lebih dari 170 lainnya, mayoritas adalah pelajar. Banyak dari korban selamat menderita luka bakar serius, menambah daftar panjang penderitaan akibat tragedi jet tempur yang jatuh ini.
Salah satu saksi mata, Farhan Hasan, seorang siswa sekolah tersebut, baru saja meninggalkan ruang ujian dan tengah berbincang dengan teman-temannya saat kejadian memilukan itu berlangsung. “Pesawatnya terbakar dan menabrak gedung tepat di depan mata saya,” tutur Farhan, menceritakan detik-detik mengerikan yang disaksikannya. Lebih memilukan lagi, ia kehilangan sahabat terdekatnya dalam insiden tersebut. “Dia duduk bersama saya saat ujian, lalu beberapa menit kemudian, dia meninggal di depan saya pesawat itu terbang tepat di atas kepalanya,” imbuhnya dengan suara bergetar.
Rekaman dari lokasi kejadian memperlihatkan kobaran api yang membumbung tinggi dan asap hitam pekat mengepul setelah jet F-7 menghantam gedung dua lantai di kompleks sekolah. Angkatan Udara Bangladesh mengonfirmasi bahwa pesawat tersebut mengalami gangguan mekanis tak lama setelah lepas landas sekitar pukul 13.00 waktu setempat. Pilot jet tempur nahas itu, Letnan Penerbang Md. Taukir Islam, turut menjadi korban jiwa dalam insiden ini.
Kesaksian serupa datang dari Rezaul Islam, seorang guru di sekolah tersebut, yang mengaku menyaksikan langsung momen ketika pesawat menabrak bangunan. “Itu seperti kilat. Pesawat itu meluncur lurus ke arah gedung,” ujarnya. Guru lain, Masud Tarik, juga memberikan kesaksiannya. “Saya mendengar ledakan. Saat saya menoleh ke belakang, semuanya terbakar. Api dan asap di mana-mana. Banyak anak-anak dan penjaga sekolah yang berada di sekitar lokasi saat itu,” papar Masud.
Ledakan keras dan kobaran api yang menyertainya memicu kepanikan luar biasa di antara warga sekitar. Mereka berhamburan mencari perlindungan, sementara puluhan ambulans dan tim penyelamat segera dikerahkan untuk mengevakuasi korban di antara reruntuhan. Sedikitnya 30 ambulans bekerja tanpa henti mengangkut jenazah dan korban luka ke berbagai rumah sakit di Dhaka, memastikan penanganan medis secepat mungkin bagi para korban kecelakaan pesawat ini.
Di ruang tunggu rumah sakit, suasana haru menyelimuti keluarga korban. Shah Alam, paman dari Tanvir Ahmed, siswa kelas 8 yang turut menjadi korban, mengungkapkan kesedihannya yang mendalam. “Keponakan saya kini ada di kamar jenazah,” katanya dengan suara gemetar, sambil memeluk adik laki-lakinya, ayah Tanvir yang terpukul hingga tak sanggup berkata-kata. Dokter di Institut Nasional Bedah Plastik dan Luka Bakar melaporkan bahwa lebih dari 50 orang, termasuk anak-anak berusia antara 9 hingga 14 tahun, mengalami luka bakar serius. Kementerian Kesehatan juga mengonfirmasi bahwa korban dirawat di tujuh rumah sakit berbeda di ibu kota. Di tengah duka yang mendalam ini, solidaritas masyarakat mengalir, terlihat dari warga yang berbondong-bondong menyumbangkan darah, serta kehadiran tokoh-tokoh politik dari berbagai partai untuk menyampaikan belasungkawa.
Menyikapi tragedi ini, Pemerintah Bangladesh menetapkan Selasa sebagai hari berkabung nasional, dengan bendera dikibarkan setengah tiang di seluruh negeri sebagai tanda duka cita. Perdana Menteri sementara Muhammad Yunus menegaskan bahwa penyelidikan mendalam akan segera dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan tersebut. “Ini adalah masa berkabung yang dalam bagi seluruh bangsa. Saya telah menginstruksikan seluruh otoritas dan rumah sakit terkait untuk menangani situasi ini dengan penuh keseriusan,” tulisnya melalui platform X. Angkatan Udara juga menyebutkan bahwa pilot sempat berusaha mengarahkan pesawat ke area yang lebih terbuka guna menghindari korban lebih besar, namun waktu yang sempit dan gangguan teknis membuat tragedi tak terhindarkan. Sebuah komite investigasi kini telah dibentuk untuk mengusut lebih lanjut penyebab insiden jatuhnya jet tempur ini.