Kekalahan Timnas U-23 Indonesia di final Piala AFF U-23 2025 menghadapi Vietnam memantik beragam respons dari berbagai kalangan. Sorotan tajam salah satunya datang dari legenda sepak bola nasional, Rully Nere.
Mantan gelandang timnas era 1980-an tersebut menyampaikan kritik pedas terhadap performa Garuda Muda. Menurut Rully, permainan timnas jauh di bawah ekspektasi saat takluk 0-1 dari Vietnam, dengan gol tunggal Nguyen Cong Phuong pada menit ke-37 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Selasa (29/7).
“Anak-anak terlalu fokus ke lawan, bukan ke permainan sendiri. Akhirnya alur permainan mereka jadi tidak jalan,” ungkap Rully usai pertandingan, menyoroti hilangnya karakter permainan Timnas U-23 Indonesia.
Ia juga menyoroti minimnya kreativitas dan variasi serangan, yang membuat skuad Garuda Muda kesulitan membongkar pertahanan rapat Vietnam. “Biasanya kita lihat mereka bisa main satu-dua, tapi tadi enggak kelihatan. Bola ke depan, mundur lagi. Enggak ada variasi sama sekali karena sudah terlalu fokus ke lawan,” tambahnya, seperti dilansir dari ANTARA.
Lebih lanjut, Rully Nere menilai tim Indonesia kekurangan pemain yang memiliki skill individu mumpuni, yang dapat menjadi pembeda di tengah kebuntuan. “Kalau ada pemain yang benar-benar punya skill, kita bisa lihat permainan yang menyenangkan. Tapi tadi enggak ada,” ujar pria berusia 68 tahun itu.
Tak hanya soal teknis permainan, Rully turut mengkritisi sikap para pemain yang kerap bereaksi berlebihan terhadap keputusan wasit. “Setiap ada pelanggaran atau keputusan yang tidak menguntungkan, langsung kerumunan. Ini tim nasional, bukan tarkam,” sindirnya tajam.
Meski kecewa dengan performa Timnas U-23, Rully masih menyimpan harapan, terutama bagi pelatih kepala Gerald Vanenburg. Menurutnya, juru taktik asal Belanda itu masih membutuhkan waktu untuk memahami karakter pemain Indonesia. “Dia harus belajar lagi. Ini bukan Belanda. Dia perlu mengerti kultur dan karakter pemain di sini,” katanya.
Di tengah badai kritik tersebut, apresiasi tak henti mengalir. Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruarar Sirait, atau akrab disapa Ara, memberikan bonus sebesar Rp100 juta kepada masing-masing pemain Garuda Muda dan Rp300 juta untuk setiap pelatih, meskipun Indonesia gagal meraih gelar Piala AFF U-23.
“Semangat untuk memberi yang terbaik harus tetap dihargai. Setelah bicara dengan anak saya, Yoshua, kami sepakat memberikan bonus sebagai bentuk dukungan moral agar mereka tidak merasa sendirian,” tutur Ara usai pertandingan. Ara menegaskan bahwa bonus tersebut berasal dari dana pribadinya, sebagai bentuk kebanggaan terhadap perjuangan timnas. “Kekalahan dan kemenangan itu biasa dalam hidup. Yang penting mereka sudah berusaha dan pantas diapresiasi,” ujarnya.
Tindakan Maruarar Sirait ini mendapat sambutan positif dari Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Ia menilai kontribusi Ara adalah bentuk nyata kecintaan terhadap sepak bola nasional. “Pak Ara bagian dari PSSI, dan beliau memang suka sepak bola. Kalau ada dermawan seperti itu, ya kita bersyukur,” ucap Erick.
Lebih lanjut, Erick Thohir memastikan bahwa federasi juga akan memberikan bonus kepada Timnas U-23, meskipun belum menyebutkan nominalnya secara spesifik. “Pasti ada dari PSSI,” tegasnya.
Setelah turnamen ini, skuad Garuda Muda akan kembali bersiap menghadapi tantangan berikutnya, yakni Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 yang dijadwalkan akan digelar di Sidoarjo pada bulan September mendatang.