Ketegangan memuncak di perbatasan Thailand dan Kamboja menyusul tuduhan serius yang dilayangkan oleh mantan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra. Dalam sebuah pernyataan di platform X, yang dikutip oleh Bangkok Post pada Kamis (24/7), Thaksin secara terang-terangan menuduh Presiden Senat Kamboja, Hun Sen, memerintahkan serangan di wilayah perbatasan yang telah menewaskan warga sipil Thailand.
Thaksin mengeklaim bahwa Hun Sen bertanggung jawab atas pengeboman yang terjadi pagi ini di wilayah Thailand, didahului dengan pemasangan jebakan peledak di sepanjang perbatasan. Tindakan ini, menurut Thaksin, jelas melanggar hukum internasional dan etika bertetangga yang baik. Akibat jebakan peledak tersebut, dua prajurit Thailand mengalami luka parah hingga harus diamputasi, dan sejumlah warga sipil juga turut menjadi korban.
Dalam konteks politik, Thaksin Shinawatra merupakan ayah dari Paethongtarn Shinawatra, yang dijadwalkan dilantik sebagai Perdana Menteri Thailand pada 16 Agustus 2024. Ironisnya, pada awal Juli 2025, Paethongtarn dinonaktifkan oleh Mahkamah Konstitusi karena terlibat skandal telepon dengan Hun Sen, sebuah detail yang menambah lapisan kompleksitas pada hubungan diplomatik kedua negara.
Thaksin menegaskan bahwa Thailand selama ini telah menunjukkan kesabaran dan pengendalian diri, serta mematuhi hukum internasional dan kewajiban sebagai tetangga yang baik. Namun, situasi kini telah berubah. Ia menyatakan bahwa mulai sekarang, pasukan Thailand akan merespons sesuai rencana taktis yang telah ditetapkan, dan Kementerian Luar Negeri akan menentukan berbagai tindakan sah yang dapat diambil.
Pernyataan keras Thaksin ini menandai respons politik yang kuat di tengah konflik perbatasan yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Pada baku tembak hari ini, pasukan Kamboja dilaporkan menembakkan roket BM-21 ke posisi militer Thailand dan wilayah sipil, memaksa sekitar 40 ribu warga dari 86 desa di Thailand untuk dievakuasi demi keselamatan mereka.
Di sisi lain, Presiden Senat Kamboja Hun Sen membela tindakan pasukannya. Melalui unggahan di Facebook, Hun Sen menyebut bahwa pasukan Kamboja tidak memiliki pilihan lain selain merespons dengan serangan senjata. Ia juga meminta warga Kamboja untuk tetap tenang dan tidak perlu membeli beras untuk disimpan karena panik, mengisyaratkan kekhawatiran akan dampak konflik terhadap kestabilan sosial.
Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja ini telah memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Militer Thailand melaporkan bahwa sembilan warga sipil di tiga provinsi telah tewas akibat serangan dari pihak Kamboja, menambah daftar panjang penderitaan akibat ketegangan di perbatasan.