Terungkap: Alasan Kardinal Prevost Memilih Nama Paus Leo XIV

Avatar photo

- Penulis

Jumat, 9 Mei 2025 - 15:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kardinal Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat terpilih menjadi Paus ke-267 pada hari Kamis, sebuah peristiwa penting yang menandai babak baru dengan terpilihnya seorang warga Amerika untuk pertama kalinya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik. Tokoh berusia 69 tahun kelahiran Chicago, Illinois, ini memutuskan untuk menggunakan nama Paus Leo XIV, demikian laporan dari Hindustan Times.

Sekitar 70 menit setelah kepulan asap putih membubung dari cerobong asap Kapel Sistina—sebuah penanda tradisional terpilihnya paus baru—Paus Leo XIV tampil di balkon Basilika Santo Petrus. Pengangkatannya secara resmi diumumkan oleh Kardinal Dominique Mamberti dari Prancis melalui proklamasi dalam bahasa Latin, “Habemus Papam,” yang berarti “Kita memiliki seorang Paus.”

Dalam pidato pelantikannya di hadapan umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, Prevost menyapa mereka dengan kalimat, “Damai beserta kamu.” Ia menjelaskan bahwa frasa tersebut adalah cerminan dari salam pertama Kristus yang bangkit, gembala yang baik yang telah menyerahkan diri-Nya bagi Allah. Ia menyampaikan harapannya bahwa pesan damai ini akan menyentuh hati setiap individu dan keluarga di seluruh dunia.

Makna di Balik Sebuah Nama

Meskipun agenda awal Paus Leo XIV belum sepenuhnya terungkap, pilihan namanya mengundang perhatian khusus. Matteo Bruni, juru bicara Vatikan, menjelaskan bahwa nama “Leo” merupakan referensi langsung kepada Paus Leo XIII, yang mencetuskan doktrin sosial baru di penghujung abad ke-19, menurut laporan Al Jazeera.

Pada tahun 1891, Paus Leo XIII menulis sebuah ensiklik—atau surat kepausan—yang dikenal dengan judul Rerum Novarum. Surat tersebut menyerukan kepada umat Katolik untuk mengatasi “kemelaratan” yang dihadapi oleh kelas pekerja, di tengah gejolak industrialisasi dan perubahan politik yang signifikan, seperti penyatuan Italia.

Ensiklik tersebut menandai pendekatan radikal yang segar terhadap isu-isu yang dihadapi para pekerja, dan memicu pendirian surat kabar Katolik, koperasi sosial, dan lembaga keuangan—sebuah gerakan sosial yang terus berkembang hingga saat ini.

Baca Juga :  Souvenir Pernikahan Al Ghazali-Alyssa: Mewah, Unik, dan Bikin Penasaran!

Bruni menjelaskan bahwa pilihan nama Paus Leo XIV secara sengaja membangkitkan kenangan akan Paus Leo XIII, menghubungkan kepausan saat ini dengan era transformasi teknologi yang mendalam, terutama kemunculan kecerdasan buatan. Ini bukanlah sekadar referensi biasa, melainkan sebuah penghormatan yang disengaja kepada para pekerja dan buruh di era yang didorong oleh kecerdasan buatan saat ini.

Robert Orsi, seorang profesor studi agama di Northwestern University, berpendapat bahwa nama Leo XIV juga menyampaikan pesan historis yang lebih luas. Leo XIII secara tegas menentang “Amerikanisme,” sebuah gerakan nasionalistik dalam agama Katolik yang menekankan identitas nasional yang terpisah untuk gereja-gereja. Dengan memilih nama Leo XIV, paus yang baru ini tampaknya menekankan kembali pentingnya Katolik yang universal dan global, daripada kecenderungan nasionalistik.

Wartawan Philip Pullella menyoroti bahwa Paus Leo XIV menyebut umatnya di Peru, namun secara khusus menghindari penekanan pada hubungan dengan Amerika Serikat. Ia tidak mengidentifikasi dirinya sebagai “berasal dari Amerika” atau berbicara dalam bahasa Inggris, yang oleh Pullella diinterpretasikan sebagai indikasi yang jelas bahwa Paus tidak ingin mengidentifikasi dirinya dengan kepentingan AS. Sikap ini sejalan dengan kritik Leo XIV sebelumnya terhadap kebijakan mantan Presiden AS Donald Trump terkait nasionalisme dan migrasi, yang serupa dengan pandangan mendiang Paus Fransiskus.

Terlepas dari potensi ketegangan ini, Orsi memperkirakan bahwa Vatikan di bawah kepemimpinan Paus Leo XIV akan mengadopsi pendekatan yang halus dan penuh pertimbangan dalam berinteraksi dengan Trump dan isu-isu politik terkait di tahun-tahun mendatang.

Baca Juga :  Koperasi Merah Putih vs KUD: Memahami Perbedaan Mendasar dan Pengaruhnya

Mengapa Pemilihan Nama Begitu Penting?

Nama yang dipilih oleh seorang Paus mengandung makna historis, spiritual, dan simbolis yang mendalam. Nama tersebut mencerminkan visi, prioritas, dan nada yang ingin ia sampaikan selama masa kepausannya, baik di dalam Gereja maupun di panggung global.

Setelah konklaf para kardinal memilih paus baru dan ia menerima jabatan tersebut, Gereja mengumumkan “Habemus Papam”—frasa Latin yang berarti “Kita memiliki seorang Paus.” Pada saat itu, paus yang baru mengadopsi nama kepausan, yang berbeda dari nama kelahirannya (misalnya, Paus Fransiskus lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio). Tidak ada aturan formal yang mengatur pemilihan nama ini; semuanya tergantung pada kebijaksanaan paus terpilih.

Bagaimana Tradisi dan Tren Nama-nama Kepausan?

Selama hampir satu milenium, para paus baru secara tradisional memilih nama-nama untuk menghormati para Santo Katolik. Namun, mereka juga dapat memilih nama untuk menghormati paus-paus sebelumnya, menggabungkan nama-nama orang suci atau pendahulu mereka, atau, dalam kasus yang jarang terjadi, menciptakan nama regnal baru—sebuah praktik yang hanya terjadi dua kali dalam lebih dari 1.100 tahun.

Secara historis, nama Yohanes telah menjadi nama kepausan yang paling populer, dipilih oleh 21 paus sebagai penghormatan kepada Yohanes Penginjil. Meskipun tradisi mengaitkan Yohanes dengan Injil dan Kitab Wahyu, para ahli memperdebatkan keaslian penulisannya. Nama-nama lain yang sering dipilih termasuk Gregorius dan Benediktus.

Hal yang menarik adalah tidak ada paus yang pernah menggunakan nama Petrus II, sebagai bentuk penghormatan yang mendalam kepada Santo Petrus, paus pertama.

Pilihan Editor: Para Pemimpin Eropa Menyambut Paus Leo XIV, Mengharapkan Perdamaian

Berita Terkait

Hidden Gem di Jakarta Selatan, Tempat ini Bikin Kamu Lupa di Ibu Kota !!
Meksiko: 5 Fakta Unik Negara Warisan Peradaban Dunia, Wajib Tahu!
Keutamaan Puasa 1 Muharram, Niat dan Amalan Sunnah di Bulan Suci Awal Tahun Hijriah
20 Twibbon dan Ucapan Tahun Baru Islam 1447 H untuk Dibagikan di Medsos
Jam Malam Anak Surabaya: Psikolog Ungkap Dampak & Solusi Konflik
NCT Dream akan Meluncurkan Album Baru
Sauna di Bandara Helsinki, Ikon Budaya Finlandia yang Mendunia
Wayang Golek: Lestarikan Warisan Leluhur Lewat Semarak Budaya

Berita Terkait

Sabtu, 28 Juni 2025 - 06:23 WIB

Hidden Gem di Jakarta Selatan, Tempat ini Bikin Kamu Lupa di Ibu Kota !!

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:38 WIB

Meksiko: 5 Fakta Unik Negara Warisan Peradaban Dunia, Wajib Tahu!

Jumat, 27 Juni 2025 - 06:23 WIB

Keutamaan Puasa 1 Muharram, Niat dan Amalan Sunnah di Bulan Suci Awal Tahun Hijriah

Jumat, 27 Juni 2025 - 06:08 WIB

20 Twibbon dan Ucapan Tahun Baru Islam 1447 H untuk Dibagikan di Medsos

Kamis, 26 Juni 2025 - 21:13 WIB

Jam Malam Anak Surabaya: Psikolog Ungkap Dampak & Solusi Konflik

Berita Terbaru

entertainment

Superman Datang! 5 Film Warner Bros. Siap Guncang 2025

Sabtu, 28 Jun 2025 - 20:52 WIB

politics

Geopolitik Panas, APBN Aman: Bansos Tetap Cair!

Sabtu, 28 Jun 2025 - 20:45 WIB

finance

GOLF Tebar Dividen Rp 13,51 Miliar: Cek Jadwal & Besarannya!

Sabtu, 28 Jun 2025 - 19:58 WIB