RAGAMUTAMA.COM – Dalam lanskap sosial yang terus berubah, Generasi Z sering kali dipersepsikan sebagai kelompok paling progresif dan terpisah dari nilai-nilai konvensional. Namun, sebuah studi terbaru dari perusahaan riset pasar Adolescent Content justru mengungkapkan hal yang mengejutkan: Gen Z memiliki banyak kesamaan dengan generasi Baby Boomers, khususnya dalam hal pernikahan, kepemilikan rumah, dan pemilihan tempat tinggal.
Dalam survei tersebut, sebanyak 83% Gen Z menyatakan mereka menginginkan hubungan monogami, persentase yang sama dengan Baby Boomers yang lahir antara tahun 1946–1964. Lebih dari itu, 65% dari mereka menjadikan kepemilikan rumah sebagai target utama, jauh melampaui Milenial yang hanya 43% dan bahkan Boomers yang hanya 28%.
Pilihan tempat tinggal juga menunjukkan kemiripan mencolok. 32% Gen Z mengaku lebih memilih tinggal di wilayah pinggiran kota, mendekati angka 43% dari generasi Boomers.
Sebaliknya, generasi Milenial menunjukkan ketertarikan paling rendah terhadap pinggiran kota, hanya sebesar 28%.
Walaupun kerap dilabeli sebagai generasi yang ingin “hidup bebas”, nyatanya banyak dari Gen Z tetap memegang nilai-nilai tradisional. Survei menunjukkan bahwa 62% dari mereka telah memiliki atau berencana memiliki anak sedikit lebih rendah dibandingkan Milenial (70%) dan Boomers (77%).
Namun angka ini dapat dimaklumi karena usia Gen Z saat ini masih berada di rentang 13 hingga 28 tahun.
Meski memiliki semangat tradisional, pendekatan Gen Z tetap kontekstual dengan zaman. Sekitar 22% dari mereka memilih mengembangkan diri terlebih dahulu sebelum masuk ke hubungan serius. Banyak juga yang menyatakan bahwa stabilitas keuangan adalah syarat utama sebelum memutuskan untuk menikah atau memiliki anak.
Menariknya, hanya 21% dari Gen Z saat ini yang menganggap bahwa pernikahan sudah tidak relevan, angka ini menurun drastis dari 39% dua dekade lalu.
Ini menunjukkan bahwa pernikahan masih dianggap penting, hanya saja dengan pertimbangan yang lebih realistis dan sesuai dengan kondisi zaman.
Sebuah studi terpisah dari John Lewis Money pada tahun 2024 juga memperkuat temuan ini. Sebanyak 35% Gen Z ingin menikah, dan 34% ingin memiliki anak, menandingi narasi umum bahwa generasi ini hanya mengejar gaya hidup fleksibel dan traveling.
Meski cenderung memilih nilai-nilai tradisional, Gen Z tetap menunjukkan fleksibilitas. Mereka tertarik untuk tinggal di kawasan pusat kota, pegunungan, atau daerah yang memiliki konektivitas tinggi, memperlihatkan bahwa kenyamanan hidup dan akses tetap menjadi prioritas.
Menurut Adolescent Content, meski berada dalam tekanan biaya hidup tinggi, pasar kerja yang tidak stabil, dan menurunnya angka kelahiran, Gen Z tetap berpegang pada nilai-nilai fundamental, hanya cara dan waktunya saja yang berubah.
Pakar keuangan Alex Beene dari University of Tennessee menyebut bahwa tren ini sudah tampak dalam beberapa tahun terakhir. Gen Z dinilai tumbuh dengan nilai-nilai yang mengutamakan investasi, keamanan finansial, dan stabilitas hidup, dibandingkan Milenial yang lebih menghargai pengalaman dan gaya hidup fleksibel.
Sementara itu, Michael Ryan, pendiri RyanMoney, menyebut fenomena ini sebagai “ayunan pendulum yang kembali”. Menurutnya, ketika satu generasi menolak standar lama, generasi berikutnya justru bisa kembali merangkulnya, tentu dengan cara dan versi mereka sendiri.
“Generasi muda tidak ingin menjadi Baby Boomers, mereka hanya menginginkan hal-hal yang generasi tersebut dulu miliki: rumah yang terjangkau, upah yang stabil, dan kesempatan membangun kehidupan,” jelas Ryan.
Namun, tantangan tetap ada. Survei menunjukkan bahwa 74% Gen Z menganggap menikah saat ini adalah proses yang sulit secara ekstrem, dibandingkan hanya 49% dari Boomers yang merasa demikian saat masih muda. Ini menandakan bahwa meskipun nilai-nilai konvensional tetap dijunjung, Gen Z sangat sadar akan realitas sosial dan ekonomi yang mereka hadapi hari ini.