Taylor Swift Akhirnya Rebut Kembali Hak Cipta Master Albumnya: Sebuah Kemenangan Historis
Penyanyi Taylor Swift, ikon pop global, telah mengumumkan pencapaian besar dalam kariernya: ia kini sepenuhnya mengendalikan hak cipta atas enam album awalnya. Melalui surat panjang yang emosional di situs webnya pada Jumat, 30 Mei 2025, Swift menyampaikan kabar gembira ini, menandai momen krusial di mana ia berhasil membeli kembali rekaman master dari katalog musiknya yang berharga. Ini berarti seluruh karyanya yang selama ini menjadi perdebatan panjang, kini kembali di bawah kendalinya.
Swift mengungkapkan kelegaan dan kebahagiaannya yang mendalam atas pencapaian ini. “Saya hampir berhenti berpikir hal itu bisa terjadi setelah (hampir) 20 tahun diberi kesempatan dan kemudian ditarik begitu saja. Namun, semua itu kini sudah berlalu,” tulis Swift seperti dikutip dari *NBC News*. Ia menambahkan dengan tegas, “Semua musik yang pernah saya buat kini menjadi milik saya,” menegaskan kembalinya kepemilikan atas karya-karya yang telah ia dedikasikan seumur hidupnya.
Langkah monumental ini, seperti dilaporkan *Economic Times*, melibatkan pembelian katalog rekaman aslinya yang awalnya dirilis di bawah Big Machine Records. Swift berhasil mengakuisisi hak tersebut dari pemilik terakhirnya, firma ekuitas swasta Shamrock Capital, setelah melalui proses yang panjang dan berliku.
Selama beberapa tahun terakhir, Swift telah secara aktif merekam dan merilis ulang empat dari enam album awalnya sebagai bagian dari strategi untuk mendapatkan kembali kendali penuh atas musiknya. Dedikasi dan dukungan tak tergoyahkan dari para penggemar adalah kunci dalam perjalanan ini, yang ia sampaikan dengan penuh haru, “Saya tidak bisa cukup berterima kasih kepada Anda karena telah membantu menyatukan saya kembali dengan seni yang telah saya dedikasikan untuk hidup saya, tetapi tidak pernah saya miliki sampai sekarang.”
Inisiatif rekaman ulang ini bermula dari kontroversi seputar akuisisi dan penjualan katalog awal Swift oleh CEO Hybe Amerika, Scooter Braun. Bagi Swift, proyek “Taylor’s Version” bukan sekadar rekaman ulang konvensional; ini adalah langkah strategis untuk mengembalikan kendali penuh atas karya-karyanya, serta menegaskan kembali kepemilikannya. Setiap edisi “Taylor’s Version” diperkaya dengan musik dan visual tambahan yang menawarkan pemahaman lebih mendalam tentang ciptaannya. Bahkan, Braun sendiri menanggapi kabar ini dengan singkat, “Saya bahagia untuk dia.”
Hingga saat ini, empat album “Taylor’s Version” telah sukses dirilis dan mendulang pencapaian luar biasa. Dimulai dengan *Fearless (Taylor’s Version)* dan *Red (Taylor’s Version)* pada tahun 2021, disusul oleh *Speak Now (Taylor’s Version)*, dan kemudian *1989 (Taylor’s Version)* yang diluncurkan pada Oktober 2023. Keempatnya tidak hanya meraih pujian kritis, tetapi juga mencapai kesuksesan komersial yang masif, dengan masing-masing album debut di puncak tangga lagu Billboard 200, membuktikan kekuatan Swift dan para penggemarnya.
Konflik hak cipta ini sendiri berakar pada tahun 2019, ketika label rekaman pertama Taylor Swift, Big Machine Records, menjual seluruh master rekaman miliknya kepada eksekutif industri musik Scooter Braun. Dalam unggahan emosional di Tumblr pada Juni 2019, Swift menggambarkan penjualan ini sebagai “skenario terburuk” dan secara terbuka menuduh Braun telah melakukan “perundungan manipulatif yang tak henti-hentinya” selama bertahun-tahun, memicu kemarahan di kalangan penggemar.
Katalog master tersebut kemudian dijual kembali oleh Braun kepada firma investasi Shamrock Capital. Meskipun Braun membantah tuduhan Swift, pada tahun 2021 ia sempat menawarkan untuk menjual kembali katalog tersebut, namun tawaran itu ditolak oleh tim Swift. Sepanjang periode ini, para penggemar setia Swift terus-menerus mendesaknya untuk merekam ulang dan merilis dua album terakhir yang belum tersentuh, yakni album debut *Taylor Swift* dan *Reputation*, menunjukkan dukungan tak tergoyahkan dalam perjuangan sang idola untuk memiliki kembali seninya.









