Tarif Trump Ancam Hilangkan Produk China dari AS dalam 3 Bulan

- Penulis

Minggu, 13 April 2025 - 18:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Chatib Basri, seorang anggota terkemuka dari Dewan Ekonomi Nasional (DEN), memberikan proyeksi mengenai potensi menghilangnya produk-produk asal China dari pasar Amerika Serikat (AS). Proyeksi ini muncul sebagai dampak langsung dari perang dagang yang sedang berlangsung antara kedua negara adidaya tersebut, dipicu oleh kenaikan tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Chatib saat menghadiri Diskusi Strategis Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global yang diselenggarakan oleh The Yudhoyono Institute (TYI) di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, pada hari Minggu, 13 April 2025.

“Coba Bapak dan Ibu bayangkan, semoga skenario ini tidak terjadi. Jika Amerika Serikat benar-benar menerapkan tarif sebesar 104 persen terhadap produk-produk China, maka dalam kurun waktu tiga bulan, hampir tidak mungkin kita akan menemukan produk China lagi di pasar Amerika. Alasannya sederhana, biaya transportasi akan jauh lebih mahal daripada margin keuntungan yang bisa mereka dapatkan,” jelas Chatib.

Soal Tarif Trump, Mari Elka: Don’t Panic, Be Calm

Soal Tarif Trump, Mari Elka: Don’t Panic, Be Calm

1. Potensi Terulangnya Kejadian Pandemik COVID-19

Lebih lanjut, Chatib menguraikan bahwa kenaikan tarif yang diumumkan oleh Trump pada tanggal 2 April 2025, berpotensi besar memicu lonjakan harga-harga di Amerika Serikat. Dalam konteks ini, seorang anggota dari Bank Sentral AS atau Federal Reserves (The Fed) di New York memperkirakan bahwa inflasi di Negeri Paman Sam bisa melonjak hingga mencapai angka 4 persen.

Baca Juga :  Raja Ampat Digoyang Evaluasi Tambang Nikel, Bahlil Turun Tangan!

Mantan Menteri Keuangan di era Presiden SBY itu juga mengungkapkan kekhawatiran mendalamnya bahwa kombinasi antara kenaikan harga dan menipisnya stok produk atau barang dalam tiga bulan ke depan, dapat mengulang situasi yang terjadi pada saat puncak pandemik COVID-19.

“Oleh karena itu, saya merasa khawatir, meskipun saya berharap prediksi saya ini salah. Dalam tiga bulan, stok barang bisa habis dan kita bisa menyaksikan situasi yang mirip dengan saat COVID-19 di Amerika. Jika stok barang mereka tidak mencukupi, maka resistensi dari masyarakat akan muncul,” ungkap Chatib.

2. Penguatan Nilai Tukar Dolar AS

Menurut pandangan Chatib, jika skenario-skenario tersebut benar-benar terjadi, maka pertanyaan krusial yang perlu diajukan adalah apakah The Fed akan mengambil langkah untuk menurunkan suku bunga. Namun, Chatib sendiri menyatakan keraguannya bahwa The Fed akan mengeluarkan kebijakan tersebut.

Baca Juga :  Menko Airlangga Dorong Percepatan Penyelesaian Perundingan IEU-CEPA

Jika suku bunga tidak mengalami penurunan, maka posisi Amerika Serikat akan semakin menguat, terutama karena nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang negara-negara lain juga mengalami penguatan.

“Kondisi ini tentu akan berdampak signifikan pada berbagai negara. Jadi, jika kita melihat respons dari sana, ini adalah kebijakan yang tampaknya tidak akan menyelesaikan masalah ketidakseimbangan perdagangan itu sendiri,” tegas Chatib.

3. Penundaan Kenaikan Tarif Resiprokal oleh Trump

Sebelumnya telah diberitakan bahwa Trump telah mengumumkan penundaan penerapan tarif resiprokal selama 90 hari untuk sebagian besar negara, dengan penurunan tarif menjadi 10 persen selama periode penundaan tersebut.

Namun, China menjadi pengecualian dalam kebijakan ini, dengan tarif impornya justru dinaikkan hingga mencapai 125 persen. Keputusan ini diambil setelah lebih dari 75 negara menghubungi perwakilan Amerika Serikat untuk merundingkan solusi terkait masalah perdagangan dan tarif.

Trump menyatakan bahwa langkah ini diharapkan dapat mendorong China untuk menyadari bahwa praktik perdagangan yang dianggap merugikan Amerika Serikat dan negara-negara lain tidak lagi dapat diterima.

Berita Terkait

Rekening Diblokir PPATK? Ini Penjelasan Lengkap Soal Rekening Dormant!
Laba Alfaria Trijaya (AMRT) Naik 4,98% Jadi Rp 1,88 Triliun pada Semester I-2025
BI Malang Dorong UMKM dan Ekonomi Syariah lewat MBF 2025
IHSG Terkoreksi: Merdeka Group Jatuh, LQ45 Tertekan di Sesi I
UNVR Semester I 2025: Fundamental Kuat, Tumbuh di Kuartal III
BRIS, MLIA, PANI: Rekomendasi Teknikal Saham Mirae Sekuritas
Dolar AS Menguat! Sentimen The Fed Dorong Indeks Dolar ke 99
SMDR Bagi Dividen Interim Rp 40,92 Miliar: Laba Bersih Melejit!

Berita Terkait

Sabtu, 2 Agustus 2025 - 08:07 WIB

Rekening Diblokir PPATK? Ini Penjelasan Lengkap Soal Rekening Dormant!

Kamis, 31 Juli 2025 - 15:10 WIB

Laba Alfaria Trijaya (AMRT) Naik 4,98% Jadi Rp 1,88 Triliun pada Semester I-2025

Kamis, 31 Juli 2025 - 13:39 WIB

BI Malang Dorong UMKM dan Ekonomi Syariah lewat MBF 2025

Kamis, 31 Juli 2025 - 12:50 WIB

IHSG Terkoreksi: Merdeka Group Jatuh, LQ45 Tertekan di Sesi I

Kamis, 31 Juli 2025 - 12:15 WIB

UNVR Semester I 2025: Fundamental Kuat, Tumbuh di Kuartal III

Berita Terbaru

politics

Megawati Rombak PDIP: Hasto Kristiyanto Lengser dari Sekjen!

Sabtu, 2 Agu 2025 - 18:30 WIB

sports

Son Tinggalkan Tottenham? Siap Jadi Rival Messi!

Sabtu, 2 Agu 2025 - 18:02 WIB

politics

Hasto Peluk Megawati di Kongres PDIP, Momen yang Menyentuh!

Sabtu, 2 Agu 2025 - 16:52 WIB