JAKARTA, RAGAMUTAMA.COM – Larangan bagi suporter tim tamu untuk hadir langsung di stadion pada laga-laga Super League musim 2025/2026 dipastikan akan tetap diberlakukan. Operator kompetisi, I.League, telah menegaskan bahwa tiga kategori perizinan suporter tamu yang sebelumnya disusun, kini masih dalam tahap pengkajian mendalam, dengan persetujuan akhir dari Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) belum kunjung diberikan.
Aturan pembatasan ini pertama kali diterapkan pada musim 2022/2023 sebagai respons langsung terhadap Tragedi Kanjuruhan yang memilukan, insiden yang merenggut ratusan korban jiwa. Sejak saat itu, demi menekan potensi kericuhan dan insiden serupa, regulasi ketat ini terus dipertahankan pada musim 2023/2024 dan 2024/2025.
Direktur Utama I.League, Ferry Paulus, mengungkapkan bahwa sebelum penutupan kompetisi musim lalu, ada optimisme kuat bahwa aturan ini dapat dicabut. “Sebenarnya sebelum penutupan liga (2024/2025) kemarin, liga sudah memberikan lampu hijau makanya kami sangat happy sekali. Kemudian kami juga sudah me-report bahwa kami sudah berkomunikasi dengan pihak kepolisian, dan kepolisian intinya menunggu keputusan dari FIFA dan semua responsnya positif,” ujar Ferry, Rabu (6/8/2025). Pernyataan ini mencerminkan harapan awal akan adanya kelonggaran.
Namun, keyakinan tersebut memudar drastis pasca-laga final Super League musim 2024/2025 antara Persib Bandung dan Persis Solo di Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Pertandingan krusial tersebut, yang disaksikan langsung oleh delegasi FIFA, diwarnai euforia berlebihan dari pendukung Persib yang menimbulkan kekhawatiran serius.
Insiden yang terjadi meliputi penyalaan flare secara massal, penonton yang merangsek turun ke lapangan, hingga perusakan signifikan pada rumput stadion. “Bahkan rumput dihancurkan. Nah oleh karena itu, liga melarang untuk menjadikan Persib Bandung untuk pertandingan pembuka,” jelas Ferry. Ia menambahkan, “Bukan hanya flare, turun ke lapangan, kalau hanya flare ya oke lah. Ini turun ke lapangan, mengganggu semua di tribune,” menekankan tingkat keparahan pelanggaran tersebut.
Meskipun I.League sebelumnya telah mengklasifikasikan tiga kategori perizinan bagi kehadiran suporter tamu, insiden di laga final tersebut menunjukkan bahwa pencabutan larangan saat ini dinilai terlalu berisiko. FIFA sendiri telah menegaskan bahwa keamanan dan keselamatan tetap menjadi prioritas utama sebelum memberikan lampu hijau atas perubahan kebijakan tersebut.
Keputusan final terkait masa depan kebijakan ini akan kembali dibahas setelah I.League dan FIFA melakukan penilaian menyeluruh terhadap situasi di lapangan serta kesiapan sistem pengamanan pertandingan. Hal ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi berkelanjutan untuk memastikan lingkungan kompetisi yang aman dan kondusif bagi semua pihak.