Sumbing: Mitos vs Nyata, Pengalaman Pendakian yang Tak Terlupakan

Avatar photo

- Penulis

Jumat, 4 Juli 2025 - 15:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mendaki gunung selalu menyuguhkan pengalaman yang tak terlupakan, di mana setiap puncak menyimpan cerita dan setiap langkah menawarkan makna. Namun, pendakian kali ini berbeda dari yang sudah-sudah. Saya dan teman-teman memutuskan untuk menaklukkan Gunung Sumbing, salah satu gunung berapi aktif yang menjulang di Jawa Tengah, sebuah impian yang telah lama kami nantikan.

Di luar dugaan kami, tantangan yang hadir bukan hanya berasal dari medan yang terjal dan menguras tenaga, melainkan juga dari sebuah mitos yang melekat erat di kalangan pendaki, khususnya yang berkaitan dengan wanita yang sedang menstruasi atau “datang bulan.”

Persiapan dan Kecemasan Awal

Salah satu teman saya, sebut saja Ica, memberitahu bahwa ia sedang dalam masa haid saat kami merencanakan pendakian. Awalnya, saya tidak terlalu memikirkannya. Kami sudah sering mendaki bersama Ica, dan hal ini tidak pernah menjadi penghalang berarti. Namun, bisikan-bisikan dari beberapa teman yang mengetahui rencana kami mulai menimbulkan kekhawatiran. Konon, ada larangan mendaki bagi wanita haid. Jika dilanggar, gunung diyakini akan “marah,” mendatangkan penunggu, bahkan memicu cuaca ekstrem seperti hujan deras, kabut tebal, atau fenomena mistis lainnya.

Saya berusaha menenangkan Ica, meyakinkannya bahwa itu hanyalah mitos belaka. Namun, jauh di lubuk hati, sedikit kekhawatiran ikut menyelinap. Bagaimana jika mitos itu benar? Akankah pendakian kami terganggu karena hal ini?

Perjalanan Penuh Tantangan dan Kejadian Tak Terduga

Kami memulai pendakian menuju puncak Gunung Sumbing dengan semangat membara. Jalur Sumbing memang terkenal dengan tanjakan curam yang sangat menguras tenaga, menuntut ketahanan fisik dan mental. Di awal perjalanan, cuaca cerah dan sangat bersahabat, seolah menyambut kedatangan kami. Namun, seiring kami melewati pos demi pos, langit mulai menunjukkan perubahan drastis. Kabut tebal mulai turun, disusul rintik hujan yang tak lama kemudian menjadi semakin deras.

Baca Juga :  Membongkar Jejak Digital Paus Leo XIV: Fakta Tersembunyi!

Beberapa kali kami terpaksa berhenti dan mencari tempat berlindung. Angin bertiup kencang, membuat suhu udara terasa semakin dingin menusuk tulang. Ica mulai terlihat cemas. “Jangan-jangan ini gara-gara aku ya?” bisiknya, dengan nada sedikit takut. Saya mencoba menenangkan hatinya, mengingatkan bahwa cuaca di gunung memang tidak bisa diprediksi. Namun, pikiran tentang mitos itu terus menghantui.

Puncaknya, saat kami hampir mencapai area camp, hujan badai turun dengan sangat lebat. Kilatan petir menyambar-nyambar di kejauhan, menambah dramatis suasana. Kami bergegas membangun tenda, berharap badai segera reda. Malam itu, kami merasakan dingin yang luar biasa dan sedikit putus asa. Beberapa kali saya melihat Ica gelisah, mungkin merasakan hal yang sama dengan kami, terjebak dalam kekhawatiran yang diselimuti mitos.

Mematahkan Mitos, Menemukan Realita

Pagi harinya, setelah badai mereda, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak Sumbing. Meskipun cuaca masih sedikit mendung, semangat kami kembali bangkit. Dan akhirnya, kami berhasil mencapai puncak Sumbing, disambut dengan pemandangan awan yang membentang luas, luar biasa indahnya.

Saat kami beristirahat di puncak, merenungkan setiap jejak langkah dan tantangan yang telah kami lalui, saya menyadari satu hal penting. Kejadian tak terduga yang kami alami, seperti hujan badai dan kabut tebal, bukanlah disebabkan oleh menstruasi Ica. Sebaliknya, itu adalah bagian tak terpisahkan dari dinamika alam pegunungan yang memang sangat sulit diprediksi. Cuaca di gunung dapat berubah dengan sangat cepat, dan sebagai pendaki, kita harus selalu siap menghadapi segala kemungkinan.

Mitos-mitos semacam ini mungkin berakar dari kepercayaan lama yang diwariskan secara turun-temurun, atau sebagai upaya untuk menumbuhkan rasa hormat terhadap alam. Namun, seringkali mitos juga dapat menimbulkan kecemasan yang tidak perlu, bahkan berujung pada diskriminasi terhadap mereka yang seharusnya tidak terbebani olehnya.

Baca Juga :  Firsta Yufi Amarta Putri: Kilas Balik Perjalanan Menuju Puteri Indonesia 2025

Pelajaran Berharga dari Puncak Sumbing

Pengalaman mendaki Gunung Sumbing bersama Ica mengajarkan saya beberapa hal yang sangat berharga:

1. Pentingnya Persiapan Fisik dan Mental: Lebih dari sekadar mitos, kesiapan fisik dan mental adalah kunci utama keselamatan dan keberhasilan saat mendaki gunung. Ini adalah faktor penentu yang sesungguhnya.

2. Menghormati Alam, Bukan Menakutinya: Alam memiliki kekuatan dan keindahan yang luar biasa. Kita harus menghormatinya dengan menjaga kebersihan, tidak merusak, dan mengikuti aturan yang ada, bukan dengan takut pada mitos yang tidak berdasar.

3. Mematahkan Stigma: Menstruasi adalah proses alami pada wanita. Sama sekali tidak seharusnya menjadi penghalang atau menimbulkan stigma dalam melakukan aktivitas apapun, termasuk mendaki gunung yang penuh tantangan.

4. Kebersamaan dan Dukungan: Dalam situasi sulit dan di tengah tantangan alam, dukungan dari teman seperjalanan sangatlah penting. Saling menguatkan adalah kunci untuk mencapai tujuan bersama dengan selamat.

Pendakian Gunung Sumbing kali ini tidak hanya meninggalkan jejak kaki di puncak, tetapi juga menorehkan pelajaran berharga di hati kami. Mitos mungkin akan selalu ada dalam budaya masyarakat, namun pada akhirnya, logika, pengetahuan, dan persiapan yang matanglah yang akan mengantarkan kita pada pengalaman mendaki yang aman, berkesan, dan penuh makna. Dan yang terpenting, setiap wanita berhak merasakan indahnya mencapai puncak gunung, tanpa perlu merasa terkekang oleh mitos yang tak berdasar.

Berita Terkait

4 Fakta Kuil Parthenon, Rumah dari Dewi Athena Yunani
Mengapa orang Madura dilekatkan dengan besi tua dan pencurian besi?
5 Fakta Turki, Negara dengan Persimpangan Budaya Timur dan Barat
Viral! Putri Kako dari Jepang Tuai Pujian karena Naik Pesawat Ekonomi
Putri Kako: Viral! Naik Kelas Ekonomi, Tertidur Pulas di Pesawat
Innalillahi: Hamdan ATT, Legenda Dangdut Berpulang di Usia 76
HUT Bhayangkara ke-79: Panen Raya & Apresiasi Petani Indonesia
Tom Lembong Bersaksi: Kasus Eks Direktur PT PPI Terungkap?

Berita Terkait

Jumat, 4 Juli 2025 - 15:53 WIB

Sumbing: Mitos vs Nyata, Pengalaman Pendakian yang Tak Terlupakan

Kamis, 3 Juli 2025 - 13:59 WIB

4 Fakta Kuil Parthenon, Rumah dari Dewi Athena Yunani

Kamis, 3 Juli 2025 - 09:40 WIB

Mengapa orang Madura dilekatkan dengan besi tua dan pencurian besi?

Rabu, 2 Juli 2025 - 12:16 WIB

5 Fakta Turki, Negara dengan Persimpangan Budaya Timur dan Barat

Rabu, 2 Juli 2025 - 07:23 WIB

Viral! Putri Kako dari Jepang Tuai Pujian karena Naik Pesawat Ekonomi

Berita Terbaru

entertainment

Squid Game 3: Sutradara & Netizen Ungkap Akhir Tragis!

Jumat, 4 Jul 2025 - 20:04 WIB

entertainment

Tissa Biani: Kehilangan Ayah Jadi Kekuatan di Film Panggil Aku Ayah

Jumat, 4 Jul 2025 - 19:53 WIB