Strategi Jitu: Raih Peluang Bisnis Indonesia Saat Perang Tarif Global Memanas

Avatar photo

- Penulis

Rabu, 21 Mei 2025 - 20:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PENELITI dari Universitas Islam Indonesia (UII), Listya Endang Artiani, menyoroti dampak kebijakan kenaikan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS) terhadap stabilitas ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut Listya, eskalasi perang tarif ini memberikan efek domino yang terasa langsung pada perekonomian Indonesia yang sangat mengandalkan aktivitas ekspor.

“Ketika kebijakan tarif dari pemerintahan Trump diimplementasikan, atau ketika Federal Reserve menaikkan suku bunga, implikasinya merambat secara signifikan ke nilai tukar mata uang, tingkat inflasi, dan pergerakan arus modal di negara berkembang, termasuk Indonesia,” jelas Listya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Tempo, pada hari Selasa, 20 Mei 2025.

Listya menekankan bahwa kebijakan tarif impor yang tinggi yang diterapkan AS terhadap sejumlah produk unggulan Indonesia memberikan tekanan yang cukup besar pada sektor riil nasional. Industri-industri seperti tekstil dan produk tekstil (TPT), elektronik, alas kaki, serta furnitur, yang selama ini mengandalkan pasar AS, mengalami penurunan permintaan yang substansial, disrupsi pada rantai pasok, dan pengurangan kapasitas produksi.

“Beberapa perusahaan bahkan menghadapi situasi sulit yang memaksa mereka untuk melakukan efisiensi tenaga kerja dan menunda rencana ekspansi,” ungkap dosen di Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII, Yogyakarta ini.

Di ranah moneter, lanjutnya, ketidakpastian global yang diakibatkan oleh perang tarif dan kebijakan ekonomi unilateralis yang diterapkan AS telah memicu depresiasi nilai tukar rupiah hingga mencapai level Rp16.795 per dolar AS. Hal ini secara langsung meningkatkan biaya impor bahan baku yang diperlukan oleh industri dan turut berkontribusi pada peningkatan laju inflasi.

Baca Juga :  Bank Mandiri Catat Pengguna Aplikasi Livin' Mencapai 29,3 Juta, Nilai Transaksi Tembus Rp 4.027 Triliun

Pasar modal nasional juga tidak terhindar dari gejolak. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam sebagai akibat dari aksi jual yang dilakukan oleh investor asing dan melemahnya sentimen terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Neraca perdagangan, yang sebelumnya mencatatkan surplus, mulai terpengaruh oleh penurunan kinerja ekspor dan meningkatnya tekanan terhadap potensi defisit transaksi berjalan.

Namun demikian, Listya berpendapat bahwa krisis ini juga menghadirkan serangkaian peluang strategis bagi Indonesia. Dalam kondisi perubahan tatanan global yang dinamis ini, negara yang mampu dengan cepat mengidentifikasi arah perubahan dan melakukan penyesuaian yang tepat akan muncul lebih kuat dari ketidakpastian. Indonesia dapat mengambil beberapa langkah penting sebagai berikut:

• Melakukan diversifikasi pasar ekspor dengan memperluas jangkauan ke pasar non-tradisional, seperti India, negara-negara di kawasan Afrika, Timur Tengah, dan negara-negara Asia Selatan. Hal ini dapat dicapai melalui perjanjian dagang bilateral, promosi ekspor yang memanfaatkan platform digital, dan diplomasi ekonomi yang lebih proaktif.

• Mempercepat proses substitusi impor dan transformasi industri melalui penguatan sektor manufaktur yang menghasilkan nilai tambah tinggi, penerapan teknologi modern, dan integrasi industri hulu-hilir di dalam negeri. Ketergantungan pada impor bahan baku dan komponen harus dikurangi secara sistematis.

Baca Juga :  Prospek Emiten Grup Pertamina 2025: Analisis Mendalam dan Rekomendasi Investasi

• Berperan aktif dalam kerja sama moneter dan keuangan regional, termasuk penguatan Local Currency Transaction (LCT), interkoneksi sistem pembayaran lintas negara seperti QRIS antarnegara ASEAN, serta partisipasi aktif dalam forum-forum moneter regional seperti Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) dan ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO).

• Mengembangkan sistem pembayaran dan keuangan yang lebih mandiri dan efisien, termasuk pengembangan Central Bank Digital Currency (CBDC) oleh Bank Indonesia, serta peningkatan literasi keuangan dan perluasan akses digital bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Listya meyakini bahwa dengan memanfaatkan peluang yang muncul dari krisis dan merespons disrupsi global secara strategis, Indonesia tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi regional yang lebih tangguh, inklusif, dan berdaulat.

Menurutnya, momentum ini harus dimanfaatkan sebagai titik awal untuk mendefinisikan ulang arah pembangunan nasional: beralih dari ekonomi yang reaktif terhadap krisis global, menjadi ekonomi yang proaktif dalam membangun ketahanan dan daya saing jangka panjang.

“Kita harus melihat perubahan ini bukan hanya sebagai ancaman, tetapi sebagai kesempatan bersejarah untuk merumuskan kembali strategi nasional yang lebih berfokus pada kemandirian ekonomi, kerja sama regional, dan posisi yang lebih strategis dalam tatanan dunia multipolar yang sedang terbentuk,” pungkasnya.

Pilihan Editor: Peneliti UII Soroti Fenomenda Ekonomi Global Pasca Tarif Impor Trump

Berita Terkait

Amankan Pangan: Puluhan Ton Kedelai Impor Dimusnahkan Pemerintah
Gubernur BI Ungkap Alasan Penurunan Suku Bunga Acuan Jadi 5,50%
Sritex Bangkrut: Kisah Pendirian, Kejayaan, dan Akhir Tragis
Harga Minyak Brent Sentuh US$ 66, WTI Naik: Analisis Kenaikan 21 Mei
Saham Asing Diobral Saat IHSG Naik: Peluang atau Jebakan?
BBCA dan ANTM Diborong Asing: Peluang Investasi Saham Potensial?
Pertamina Resmikan PLTS Atap Terbesar, Kilang Balikpapan Makin Hijau
Investor Perlu Belajar dari Kasus Sritex (SRIL), Begini Kata Analis

Berita Terkait

Kamis, 22 Mei 2025 - 02:37 WIB

Amankan Pangan: Puluhan Ton Kedelai Impor Dimusnahkan Pemerintah

Kamis, 22 Mei 2025 - 02:24 WIB

Gubernur BI Ungkap Alasan Penurunan Suku Bunga Acuan Jadi 5,50%

Kamis, 22 Mei 2025 - 01:57 WIB

Sritex Bangkrut: Kisah Pendirian, Kejayaan, dan Akhir Tragis

Kamis, 22 Mei 2025 - 01:53 WIB

Harga Minyak Brent Sentuh US$ 66, WTI Naik: Analisis Kenaikan 21 Mei

Kamis, 22 Mei 2025 - 01:36 WIB

Saham Asing Diobral Saat IHSG Naik: Peluang atau Jebakan?

Berita Terbaru

crime

KPK Sita Tiga Mobil Terkait Kasus Korupsi Kemnaker

Kamis, 22 Mei 2025 - 03:28 WIB

Uncategorized

Amankan Pangan Indonesia: Ribuan Ton Kedelai Impor Dimusnahkan!

Kamis, 22 Mei 2025 - 02:33 WIB