Ragamutama.com – , Jakarta – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, baru-baru ini menyampaikan proyeksi ambisius terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2026, yang diproyeksikan melampaui target tahun ini. Rincian target tersebut tertuang dalam dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2026, yang telah diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dalam paparannya, Sri Mulyani menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun 2026 akan diwarnai oleh dinamika global yang kompleks dan berbagai tantangan ketidakpastian. “Kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2026 berada dalam rentang 5,2 persen hingga 5,8 persen. Prioritas utama adalah menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat,” ujarnya saat menyampaikan pidato dalam sidang paripurna di gedung DPR pada hari Senin, 20 Mei 2025.
Menurutnya, target pertumbuhan ini menjadi landasan krusial untuk merealisasikan target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan oleh Presiden terpilih, Prabowo Subianto. “Laju pertumbuhan yang kuat ini akan menjadi fondasi yang kokoh untuk mencapai pertumbuhan hingga 8 persen dalam beberapa tahun mendatang,” imbuhnya.
Selain proyeksi pertumbuhan ekonomi, Sri Mulyani juga menguraikan sejumlah target penting lainnya, termasuk inflasi, defisit anggaran, dan tingkat suku bunga. Pemerintah menargetkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun 2026 berada dalam kisaran 2,48 persen hingga 2,53 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada tahun 2026 diperkirakan akan berada dalam rentang antara Rp 16.500 hingga Rp 16.900 per dolar.
Tingkat suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun pada tahun 2026 diperkirakan berada dalam kisaran 6,6 persen hingga 7,2 persen. “Kami menargetkan inflasi berada dalam rentang 1,5 persen hingga 3,5 persen, dengan terus berupaya menjaga stabilitas harga, baik dari sisi penawaran (suplai) maupun permintaan (demand),” jelasnya.
Lebih lanjut, harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada tahun 2026 diprediksi berada pada kisaran antara US$ 60 hingga US$ 80 per barel. Pemerintah juga menargetkan lifting minyak berada pada kisaran 600.000 hingga 605.000 barel per hari, serta lifting gas pada kisaran 953 ribu hingga 1.017 ribu barel setara minyak per hari.
Sri Mulyani menegaskan bahwa kebijakan fiskal akan terus dirancang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menurunkan angka kemiskinan. Pemerintah menargetkan penurunan angka kemiskinan pada rentang 6,5 persen hingga 7,5 persen pada tahun 2026.
Pemerintah juga menargetkan penurunan tingkat pengangguran terbuka pada rentang 4,44 persen hingga 4,96 persen. Rasio Gini, yang merupakan indikator ketimpangan pendapatan, ditargetkan terus membaik pada rentang 0,377 hingga 0,38 pada tahun ini, dan pada rentang 0,379 hingga 0,382 pada tahun berikutnya. Indeks modal manusia (human capital index) juga ditargetkan meningkat menjadi 0,57.
Pilihan Editor: Apa Akibatnya Jika Penerimaan Pajak Jeblok