Gelombang Keluhan Orang Tua Pasca-Pengumuman SPMB 2025 DKI Jakarta: Dari Kendala Sistem hingga Mahalnya Pendidikan Inklusi
Meskipun tahap pengumuman Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025 untuk jenjang SD, SMA, dan SMK telah rampung pada Rabu (18/06/25), gelombang keluhan orang tua calon murid tak kunjung reda. Sejak Kamis (19/05/25), Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dibanjiri aduan dari para orang tua yang merasa terganjal oleh peliknya sistem penerimaan, mencari solusi atas permasalahan yang mereka hadapi.
Dua dari sekian banyak orang tua yang menumpahkan keluh kesahnya di posko Dinas Pendidikan DKI adalah Eny (42) dan Dwirahmawati (34). Keduanya sama-sama menghadapi kebuntuan, mengklaim belum mendapatkan solusi konkret setelah berulang kali mendatangi posko tersebut.
Pendidikan Disabilitas yang Mahal dan Sistem yang Kaku
Eny (42) mengungkapkan kekecewaannya lantaran pendaftaran anaknya ditolak akibat kesalahan penulisan nama dan dokumen yang diunggah tidak sesuai. “Saya ke sini karena ada kesalahan di online, katanya ditolak. Ternyata, ada dokumen yang saya upload itu tidak sesuai,” ujar Eny, yang berjuang agar anaknya dapat masuk SD melalui jalur Inklusi atau disabilitas.
Jalur Inklusi ini menjadi satu-satunya harapan bagi Eny, mengingat jalur khusus ini hanya dibuka sekali dalam setahun. Baginya, mendaftarkan anak ke sekolah swasta nyaris mustahil lantaran mahalnya biaya pendidikan untuk anak dengan kebutuhan khusus. Ironisnya, kunjungan Eny ke Dinas Pendidikan tak membuahkan hasil. Meski telah membawa berkas lengkap dan benar dengan harapan dapat memperbaiki kesalahan data, ia hanya mendapat arahan untuk mencoba jalur domisili jika ada sisa kuota—sebuah opsi yang ia anggap sulit dicapai dan tidak sejalan dengan kebutuhan khusus anaknya. Dengan nada tegas, Eny berharap sistem SPMB dapat lebih fleksibel dan membantu memperbaiki kesalahan, bukan sekadar memberitahukan kesalahan yang terjadi. “Sistem itu kan yang buat manusia. Walaupun mereka bilang, sudah tersistem. Tetap yang buat adalah manusia. Maksudnya, ayo dong dibantu,” harapnya.
Kendala Teknis Sistem Berujung Hilangnya Kesempatan
Senada dengan Eny, Dwirahmawati (34) turut mendampingi keponakannya yang menghadapi masalah serius terkait sistem SPMB untuk jenjang SMA jalur Domisili. Ia menjelaskan bahwa keponakannya telah melakukan pra-pendaftaran jauh sebelumnya. Namun, saat hendak masuk ke tahap pendaftaran dan pemilihan sekolah, mereka tidak dapat login karena sistem menampilkan pesan “username dan kata sandi salah.”
Petugas Posko Disdik DKI hanya menyarankan Dwirahmawati untuk memeriksa sistem secara berkala atau mempertimbangkan sekolah swasta sebagai alternatif. Namun, karena jenjang SMA telah mencapai tahap pengumuman, kesempatan untuk mendaftar ulang di sekolah negeri praktis tertutup. “Cuma masalah log-in aja awalnya. Jadi, kita enggak bisa upload. Sudah di upload pun enggak ada, emang udah kelepasan,” jelasnya kepada reporter Kompas. Akibat kekeliruan sistem ini, Dwirahmawati berharap SPMB dapat membuka kembali kesempatan pendaftaran sebelum mereka benar-benar terpaksa beralih ke sekolah swasta.
Menanti Kepastian Hasil Verifikasi yang Tak Kunjung Tiba
Di tengah hiruk-pikuk keluhan, seorang orang tua calon murid SMP, sebut saja TSD, juga merasakan ketidakpastian. Ia mendaftarkan anaknya melalui jalur Pindah Tugas Orang Tua (PTO) dan telah menunggu hasil verifikasi selama tiga hari, namun belum ada kejelasan. “Saya cuma mau tau persis kenapa belum keluar, lalu bagaimana cara mengetahui hasil verifikasi. Karena kalau dilihat dari sekolah yang dituju belum keluar nama anak saya,” ungkapnya, menanti kepastian akan nasib pendaftaran anaknya.
Rentetan keluhan ini menyoroti perlunya evaluasi dan perbaikan menyeluruh pada sistem SPMB. Para orang tua berharap Dinas Pendidikan DKI Jakarta dapat lebih responsif, memberikan solusi yang adaptif, dan memastikan tidak ada calon murid yang kehilangan kesempatan pendidikan akibat kendala teknis atau kekakuan birokrasi.