Sosok legendaris Simon Tahamata telah menginjakkan kaki di Tanah Air, siap mengemban amanah penting sebagai Kepala Pemandu Bakat Sepak Bola Indonesia. Kedatangan pelatih bertangan dingin ini menjadi sorotan, terutama karena ia mengungkapkan memilih untuk berbakti di Indonesia, meninggalkan kesempatan untuk kembali ke klub lamanya, Ajax Amsterdam.
Keyakinan kuat Simon Tahamata pada bakat-bakat yang dimiliki para pemain muda Indonesia menjadi alasan utama di balik keputusannya ini. Ia optimis dapat menemukan bibit-bibit unggul yang benar-benar berkualitas untuk masa depan sepak bola nasional.
“Saya senang berada di sini,” ungkapnya kepada awak media di Jakarta belum lama ini. “Alasan saya memilih kembali ke Indonesia adalah karena kita memiliki banyak talenta, dan *Coach* Patrick (Guillaume) telah meminta saya untuk mungkin bisa membantu di sini. Saya sebenarnya bisa kembali ke Ajax, namun saya memilih pulang ke sini. Saya ingin menolong para pemain, serta membantu Patrick dalam upaya memajukan sepak bola Indonesia, khususnya bagi anak-anak muda.”
Sosok yang bernama lengkap Simon Melkianus Tahamata ini lahir di Vught, Belanda, pada 26 Mei 1956, dengan darah Maluku mengalir dalam dirinya. Jejak karier sepak bolanya sangat mentereng. Ia pernah memperkuat Tim Nasional Belanda pada periode 1979 hingga 1986.
Di level klub, nama Ajax Amsterdam sangat lekat dengan dirinya. Bersama raksasa Belanda itu, Simon Tahamata turut berkontribusi dalam perolehan tiga gelar juara Liga Belanda pada musim 1976/1977, 1978/1979, dan 1979/1980. Selain itu, ia juga mempersembahkan satu trofi Piala KNVB pada musim 1978/1979 dan sukses membawa tim mencapai semifinal turnamen Piala Eropa I pada musim 1979–1980.
Kini, dengan segudang pengalaman tersebut, Simon Tahamata resmi ditunjuk oleh PSSI sebagai Kepala Pemandu Bakat Sepak Bola Indonesia. Tugas utamanya mencakup perbaikan fundamental sistem *scouting* nasional, serta memastikan adanya harmonisasi dan sinergi dengan para pelatih Timnas Indonesia, mulai dari level senior, U-23, U-20, hingga U-17. Hal ini krusial dalam upaya pemetaan talenta dan percepatan regenerasi pemain.
Meskipun ia diminta untuk mencari pemain dari dalam negeri maupun diaspora, Simon Tahamata dengan tegas menyatakan prioritas utamanya. Ia mengutamakan pencarian bakat di Indonesia sendiri.
“Saya ingin menggunakan anak-anak Indonesia, bukan Belanda. Dan ini akan dimulai dengan anak-anak muda kita,” tegas Simon. “Saya yakin bisa membantu Indonesia untuk memenangkan pertandingan melawan tim-tim kuat seperti China dan Jepang. Ini bisa terjadi dengan adanya anak-anak muda kita sendiri.” Ia menambahkan dengan penekanan, “Saya ingin anak-anak dari sini saja. Kalaupun ada keinginan untuk memakai anak dari luar Indonesia, tidak, saya tidak mau.”