Jakarta, IDN Times – Pasar Tanah Abang bukan sekadar pusat perdagangan, tetapi juga menyimpan sejarah panjang tentang asal-usul namanya.
Dengan berbagai tantangan dan modernisasi, Pasar Tanah Abang terus berkembang sebagai ikon perdagangan di Indonesia, siapa pemilik Tanah Abang sebenarnya.
1. Sejarah pasar Tanah Abang dan siapa pemiliknya
Pasar Tanah Abang didirikan oleh Yustinus Vinck pada tahun 1735 dengan izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini. Berikut adalah perjalanan sejarahnya:
- Awal berdirinya pasar (1735)
Pasar ini awalnya dikenal sebagai Pasar Sabtu karena hanya beroperasi pada hari Sabtu.
Bangunan pasar masih sederhana, beratapkan rumbia dan berdinding anyaman bambu.
- Geger pecinan dan penutupan pasar (1740)
Pada 1740 terjadi Geger Pecinan, yakni pembantaian besar-besaran etnis Tionghoa oleh VOC.
Peristiwa ini menyebabkan pasar berhenti beroperasi dalam waktu yang cukup lama.
- Pemulihan dan kembalinya saudagar (1881)
Pada akhir abad ke-19, banyak saudagar Arab dan Tionghoa kembali berdagang di Pasar Tanah Abang.
Pasar mulai beroperasi kembali, meski hanya dua kali seminggu, yakni pada Rabu dan Sabtu.
- Modernisasi pasar (Abad ke-20 – Sekarang)
Pemerintah Batavia melakukan renovasi dan menjadikan pasar ini sebagai pusat perdagangan yang lebih tertata.
Saat ini, Pasar Tanah Abang dikenal sebagai pusat tekstil terbesar di Asia Tenggara, dengan ribuan pedagang yang menjual berbagai jenis kain dan pakaian.
Baca Juga: Jusuf Hamka Blusukan ke Pasar Tanah Abang, Serap Aspirasi Pedagang
Baca Juga: Jusuf Hamka Blusukan ke Pasar Tanah Abang, Serap Aspirasi Pedagang
2. Tanah Abang sebagai pusat perdagangan di era modern
Kini, Pasar Tanah Abang menjadi salah satu pasar tekstil paling ramai di Indonesia, terutama menjelang Ramadan dan Idulfitri. Beberapa fakta menarik tentang pasar ini:
- Pusat tekstil terbesar di Asia Tenggara
- Memiliki lebih dari 13 ribu kios
- Dikunjungi hingga 100 ribu orang per hari
- Memiliki akses langsung ke Stasiun Tanah Abang, salah satu stasiun tersibuk di Jakarta
Baca Juga: Babak Belur, Omzet Pedagang Tekstil di Tanah Abang Turun 75 Persen
Baca Juga: Babak Belur, Omzet Pedagang Tekstil di Tanah Abang Turun 75 Persen
3. Asal usul nama Tanah Abang tiga versi sejarah
Pasar Tanah Abang bukan sekadar pusat perdagangan, tetapi juga menyimpan sejarah panjang tentang asal-usul namanya. Ada beberapa versi mengenai bagaimana kawasan ini mendapatkan namanya:
-
Tanah berwarna merah
Menurut cerita pertama, nama “Tanah Abang” berasal dari warna tanah di wilayah ini yang cenderung merah. Pada tahun 1628, pasukan Mataram yang bermarkas di daerah tersebut menyebutnya “Tanah Abang,” karena dalam bahasa Jawa “abang” berarti merah.
-
Dari pohon nabang
Versi kedua menyebutkan bahwa pada 1900-an, kawasan ini awalnya disebut “Nabang” karena banyaknya pohon nabang yang tumbuh di atas bukit. Dalam bahasa Belanda, penyebutannya diberi partikel “De,” sehingga menjadi “De Nabang.” Masyarakat setempat kemudian melafalkannya menjadi “Tenabang,” yang akhirnya berkembang menjadi “Tanah Abang.”
-
Sebutan pekerja kuli
Versi terakhir berasal dari tahun 1648, ketika seorang konglomerat keturunan Tionghoa, Phoa Beng Gam, mendapat izin dari VOC untuk membuka lahan di daerah ini. Pekerja yang membangun kawasan ini mulai menyebutnya “Tanah Abang,” karena “abang” dalam beberapa bahasa daerah juga berarti sapaan untuk laki-laki.
Baca Juga: Tanah Abang Digerus Pasar Digital, ini Saran Wapres ke UMKM
Baca Juga: Tanah Abang Digerus Pasar Digital, ini Saran Wapres ke UMKM