Badai Kontroversi di Kongres AS: Dukungan dan Kritik Pecah Usai Serangan Trump ke Fasilitas Nuklir Iran
Jakarta – Anggota Kongres Amerika Serikat dari dua kubu utama, Republik dan Demokrat, menunjukkan reaksi yang terpecah belah menyikapi pengeboman fasilitas nuklir Iran oleh pasukan AS pada Minggu pagi, 22 Juni 2025. Operasi militer yang mengejutkan ini diinstruksikan langsung oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memicu gelombang perdebatan sengit mengenai keterlibatan AS dalam konflik yang sedang berlangsung antara Iran dan Israel.
Dukungan Penuh untuk Langkah Tegas Trump
Sejumlah politikus Republik segera menyuarakan dukungannya terhadap tindakan Presiden Trump. Ketua Komite Angkatan Bersenjata Senat, Roger Wicker dari Mississippi, memuji operasi tersebut sebagai langkah yang diperlukan, meskipun ia memperingatkan bahwa Amerika Serikat kini dihadapkan pada “pilihan yang sangat serius di masa mendatang.”
Senada dengan itu, Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Jim Risch dari Idaho, menegaskan bahwa perang yang terjadi pada dasarnya adalah perang Israel. Namun, ia menilai Israel sebagai salah satu sekutu terkuat AS yang berupaya melucuti senjata Iran demi kebaikan global. “Ini bukan awal dari perang yang tak berkesudahan. Tidak akan ada pasukan Amerika di Iran,” kata Risch, seperti dikutip dari *The Daily Star*, mencoba meredam kekhawatiran eskalasi.
Ketua Parlemen AS, Mike Johnson, seorang Republikan dari Louisiana, menyoroti penolakan Iran untuk berkomitmen pada perjanjian pelucutan senjata nuklir, meskipun Trump telah memberikan setiap kesempatan untuk mencapai kesepakatan. “Tindakan tegas presiden mencegah negara sponsor terorisme terbesar di dunia, yang meneriakkan ‘Matilah Amerika,’ dari memperoleh senjata paling mematikan di planet ini,” tegas Johnson. Pemimpin Mayoritas Senat, John Thune dari South Dakota, secara singkat namun tegas menyatakan dukungannya, “Saya mendukung Presiden Trump.”
Gelombang Kritik dan Ancaman Pemakzulan
Namun, keputusan Trump juga menuai badai kritik, bahkan dari dalam partainya sendiri. Perwakilan Republik, Thomas Massie dari Kentucky, lantang mengkritik serangan ini sebagai “tidak konstitusional,” merujuk pada kewenangan Kongres AS untuk menyatakan perang terhadap negara asing.
Kritik tajam turut dilontarkan oleh kubu Demokrat. Pemimpin Demokrat di Parlemen AS, Hakeem Jeffries, mengecam keputusan Trump dengan keras. “Presiden Trump menyesatkan negara tentang niatnya, gagal mencari otorisasi kongres untuk penggunaan kekuatan militer, dan berisiko melibatkan Amerika dalam perang yang berpotensi membawa bencana di Timur Tengah,” ujar Jeffries. Ia menambahkan, “Donald Trump memikul tanggung jawab penuh dan total atas segala konsekuensi buruk yang timbul dari tindakan militer sepihaknya.”
Senada dengan Jeffries, Perwakilan Demokrat Alexandria Ocasio-Cortez dari New York menyebut keputusan Trump sebagai bencana. Menurutnya, pengeboman Iran tanpa otorisasi merupakan pelanggaran berat terhadap Konstitusi dan Kekuasaan Perang Kongres AS. “Dia telah secara impulsif mengambil risiko melancarkan perang yang dapat menjerat kita selama beberapa generasi. Itu benar-benar dan jelas merupakan alasan untuk pemakzulan,” tegas Ocasio-Cortez.
Perwakilan Demokrat Rashida Tlaib dari Michigan, yang merupakan putri imigran Palestina, juga menyatakan bahwa keputusan Trump untuk mengirim pasukan AS mengebom Iran tanpa persetujuan Kongres adalah pelanggaran terang-terangan terhadap konstitusi AS. “Rakyat Amerika tidak menginginkan perang abadi lainnya. Kita telah melihat apa yang terjadi selama puluhan tahun perang tanpa akhir di Timur Tengah – semuanya berdasarkan kebohongan ‘senjata pemusnah massal’,” tuturnya.
Senator Demokrat Tim Kaine dari Virginia menambahkan bahwa publik AS “sangat menentang AS yang melancarkan perang terhadap Iran” dan menilai Trump menunjukkan “keputusan yang buruk.” Max Rose, mantan anggota Kongres Demokrat yang kini menjadi penasihat senior kelompok veteran progresif “VoteVets,” menyebut serangan langsung terhadap Iran tanpa otorisasi Kongres adalah ilegal. “Konflik ini adalah miliknya dan Partai Republik yang telah mengabaikan semua tanggung jawab mereka,” ucapnya.
Serangan AS ke Iran: Detail dan Eskalasi
Dalam pengumumannya, Presiden Donald Trump menyatakan bahwa pasukan Amerika Serikat “berhasil” menyerang tiga lokasi nuklir strategis di Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan. Serangan ini terjadi pada Sabtu malam, saat konflik antara Israel dan Iran memasuki pekan kedua yang intens.
Operasi akhir pekan tersebut dilaporkan menggunakan pesawat pembom B-2 Amerika, seperti yang diungkapkan oleh seorang sumber kepada *CNN*. Serangan AS ini secara signifikan meningkatkan permusuhan di kawasan. Trump diketahui telah mempertimbangkan serangan ini selama berhari-hari. Beberapa waktu sebelumnya pada Sabtu, Israel juga mengklaim telah menewaskan tiga komandan Pasukan Quds elit Iran dan menyerang sejumlah target militer Iran. Di sisi lain, dua *drone* Iran berhasil menembus pertahanan udara Israel, menandai peningkatan tensi yang berbahaya.
