Serangan AS di Fasilitas Nuklir Iran Picu Kecaman Internasional dan Evakuasi WNI, Dunia Dalam Ketidakpastian
AMERIKA Serikat melancarkan serangan militer terhadap tiga fasilitas nuklir Iran di Isfahan, Natanz, dan Fordow pada Sabtu malam, 21 Juni 2025. Aksi unilateral yang mengejutkan ini segera memicu gelombang kecaman dari berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, yang menyuarakan keprihatinan mendalam atas dampaknya terhadap stabilitas global.
Menyikapi perkembangan serius ini, Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI menyatakan keprihatinan mendalam dan mengecam keras tindakan militer sepihak AS. Kecaman ini muncul di tengah berlangsungnya perundingan antara Iran dan Uni Eropa di Swiss, menambah kompleksitas situasi. Ketua BKSAP DPR, Mardani Ali Sera, menegaskan bahwa “Tindakan sepihak Amerika Serikat tidak hanya memperburuk konflik, tetapi juga merusak kepercayaan terhadap mekanisme diplomasi internasional.”
Mardani, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), menilai serangan AS terhadap Iran lebih dari sekadar agresi fisik. Insiden ini merupakan tamparan telak bagi prinsip-prinsip multilateralisme dan upaya penyelesaian damai melalui diplomasi. Ia menyoroti bahwa serangan tersebut dilancarkan bersamaan dengan pertemuan diplomatik di Swiss, menunjukkan penolakan terang-terangan terhadap ruang dialog. Oleh karena itu, Mardani menekankan peran strategis parlemen di seluruh dunia dalam mencegah konflik dan menjaga perdamaian, seraya menegaskan bahwa kekuatan militer tidak boleh menjadi alat utama dalam menyelesaikan sengketa internasional. “Justru parlemen dan diplomasi parlementer harus menjadi garda depan dalam membangun kepercayaan antarnegara dan mendorong penyelesaian damai yang berkelanjutan,” ujarnya.
Analis: Dampak Serangan AS terhadap Ketidakpastian Global dan Ekonomi
Di sisi lain, analis kajian Timur Tengah Universitas Indonesia (UI), Muhammad Syaroni Rofii, memandang serangan sepihak AS terhadap Iran ini semakin mendorong dunia ke dalam jurang ketidakpastian. Menurutnya, selama ini Iran telah menganggap AS sebagai mediator dalam isu nuklir. Namun, tindakan sepihak tanpa restu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengikis posisi AS sebagai pemimpin global.
Syaroni juga memperkirakan respons dari Iran tidak akan tinggal diam. “Petinggi Iran sempat menyinggung akan menargetkan aset militer AS di kawasan, jika negara itu sampai ikut campur. Yang pasti Iran tidak tinggal diam,” tegasnya. Lebih lanjut, dampak serangan AS ke Iran juga diperkirakan akan memicu gejolak di kawasan Timur Tengah. “Kawasan Timur Tengah tentu akan bergejolak, sebab sekutu AS di kawasan tentu berharap AS dapat menggunakan pendekatan diplomatik. Namun dengan adanya peristiwa ini, maka eskalasi berpotensi terjadi di beberapa titik,” jelas Syaroni.
Pada level global, peristiwa ini akan memicu ketegangan yang lebih luas, di mana para aktor tidak lagi menganggap hukum internasional dan konsensus sebagai pedoman. Konsekuensi paling signifikan tentu saja akan dirasakan oleh ekonomi global. “Yang paling terdampak tentu saja ekonomi global, harga minyak berpotensi naik, rantai pasok berpotensi terganggu manakala ada eskalasi terus menerus,” tambahnya. Meski demikian, Syaroni memprediksi bahwa konflik di Timur Tengah saat ini tidak akan berujung pada Perang Dunia III, karena perang besar akan melibatkan konfrontasi langsung negara-negara adidaya. Ia melihat skenario ke depan akan lebih mirip dengan Perang Dingin, di mana perang antarmedia (proxy war) akan menjadi dominan.
Kemenlu Pastikan Evakuasi WNI dari Iran Dilanjutkan
Sementara itu, di tengah memburuknya situasi keamanan akibat serangan bom AS, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI segera mengambil langkah konkret untuk memastikan keselamatan Warga Negara Indonesia (WNI). Kemenlu mengonfirmasi bahwa evakuasi WNI dari Iran akan dilanjutkan dengan pemulangan secara bertahap pada Senin, 23 Juni 2025.
Direktur Pelindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha, menjelaskan bahwa “Rencana penerbangan tahap pertama dilakukan dengan pesawat komersial pada Senin, 23 Juni, dan tiba di Jakarta pada 24 Juni.” Kemenlu terus memonitor 97 orang yang sebelumnya telah diseberangkan dari Iran ke Azerbaijan. Mereka, yang terdiri dari 93 WNI, 3 staf kedutaan, dan 1 warga negara asing (pasangan WNI), dipastikan telah dalam kondisi aman di Baku, ibu kota Azerbaijan. Dalam upaya pemulangan ini, Kepala Biro Dukungan Strategis Pimpinan (BDSP) dan Juru Bicara Kemlu RI Rolliansyah Soemirat, yang awal tahun ini dilantik sebagai Duta Besar RI untuk Iran, tampak mendampingi WNI hingga ke Kota Astara di perbatasan Iran-Azerbaijan pada Sabtu malam waktu setempat, seperti terlihat dalam gambar yang dirilis Minggu.
Judha juga memastikan pihaknya terus memonitor perkembangan situasi pasca-serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran untuk memutuskan langkah selanjutnya. Kendati demikian, Kemenlu menyatakan belum dapat menyampaikan rincian lebih lanjut mengenai operasional evakuasi kepada publik secara penuh, demi alasan keamanan para WNI yang terlibat.
Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Pilah-Pilih Peristiwa dalam Penulisan Ulang Sejarah