Ragamutama.com – JAKARTA. Masa penawaran Surat Berharga Negara (SBN) seri Saving Bond Ritel (SBR014) semakin mendekati akhir, namun capaian target nasional masih jauh dari harapan. Dengan kurang dari sepuluh hari tersisa, antusiasme investor belum sepenuhnya terlihat.
Data terbaru dari platform investasi Bibit menunjukkan, penjualan SBR014 untuk tenor 2 tahun baru mencapai Rp 4,39 triliun, atau 43,9% dari kuota nasional Rp 10 triliun. Sementara itu, untuk tenor 4 tahun, capaiannya lebih rendah, yakni Rp 1,27 triliun, atau 25,6% dari target penawaran Rp 5 triliun. Periode penawaran SBR014 ini akan berakhir pada 7 Agustus 2025.
Fikri C. Permana, Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, menilai bahwa investor masih bersikap wait and see di sisa pekan penawaran ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah daya tarik instrumen investasi lain di pasar keuangan, terutama saham.
ST014 Tersisa Rp 104 Miliar Setelah Penawaran Ditutup, Ini Penyebabnya
Sebagai informasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) baru-baru ini mencatat kenaikan signifikan lebih dari 9% dalam sebulan terakhir, mencapai level 7.614. Lonjakan ini secara langsung menyebabkan investor cenderung menahan diri untuk beralih ke SBR014, mengalihkan fokus mereka ke pasar ekuitas yang lebih dinamis.
“Secara momen, biasanya di awal bulan akan ada tambahan pendapatan. Jadi tunggu saja update data terbarunya,” ujar Fikri kepada Kontan.co.id, Senin (28/7), menyoroti potensi peningkatan penjualan di awal bulan.
Meskipun demikian, Fikri tetap optimistis peluang tercapainya target SBR014 di sisa masa penawaran masih terbuka lebar. Optimisme ini terutama didasari oleh kemungkinan Bank Indonesia kembali memangkas suku bunga acuan pada periode Agustus 2025. Kebijakan ini, jika terealisasi, akan memberikan daya tarik lebih pada imbal hasil SBR014, mengingat ketentuan floating with floor yang dimilikinya.
Fikri juga mengamati bahwa minat investor lebih condong pada tenor pendek 2 tahun. Fenomena ini, menurutnya, semata-mata merupakan wujud kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian yang masih cukup besar, baik dari sisi global maupun domestik.
Investasi Asuransi Jiwa Tembus Rp 541 Triliun, Surat Berharga Negara Mendominasi
“Dengan adanya pilihan instrumen investasi lain yang menarik, investor mungkin menahan diri dan memilih masuk ke tenor jangka pendek atau sementara,” tutup Fikri, mengindikasikan preferensi investor untuk fleksibilitas di tengah kondisi pasar yang dinamis.