Saham UMA Melesat, Cek Daftar dan Risiko Investasi!

Avatar photo

- Penulis

Selasa, 17 Juni 2025 - 05:42 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Radar BEI Menyala! Saham-Saham Ini Alami Lonjakan Harga Drastis dan Terkena Suspensi Perdagangan

Pasar modal Indonesia tengah diramaikan oleh pergerakan saham yang signifikan, menarik perhatian investor dan otoritas bursa. Sejumlah emiten mencatatkan lonjakan harga fantastis dalam waktu singkat, hingga memicu pengawasan ketat dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui radar *Unusual Market Activity* (UMA) dan bahkan berujung pada suspensi perdagangan.

Terbaru, BEI tengah fokus memantau pergerakan empat saham yang masuk daftar UMA. Saham-saham tersebut adalah PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE), PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI), PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA), dan emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Krakatau Steel Tbk (KRAS). Kategori UMA ini disematkan setelah keempatnya mengalami lonjakan harga yang mencolok dalam beberapa hari terakhir.

Ambil contoh pada penutupan perdagangan Senin (16/6): saham CBRE meroket 235,71% dalam sebulan terakhir, mencapai Rp 94 per saham. Disusul ASBI yang naik 19,14% ke Rp 498 per saham dalam periode serupa. Saham JAWA juga tak ketinggalan, menguat 56,31% dalam sebulan, bertengger di Rp 161 per saham. Sementara itu, saham KRAS berhasil melesat 79,37% dalam sebulan, ditutup pada Rp 226 per saham.

Di sisi lain, BEI juga mengambil langkah tegas dengan menghentikan sementara atau mensuspensi perdagangan saham PT Panca Anugrah Wisesa Tbk (MGLV) mulai Senin (16/6). Keputusan ini diambil menyusul peningkatan harga kumulatif yang sangat signifikan pada saham MGLV. Tercatat, pada penutupan perdagangan Jumat (13/6) lalu, harga saham MGLV ditutup di Rp 252 per saham, melonjak 9,57% dalam sehari. Bahkan, secara *year-to-date*, saham ini telah menguat 223,08% dan dalam sebulan terakhir naik 104,88%. Tak hanya MGLV, BEI juga memberlakukan suspensi pada saham PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU), serta sebelumnya sempat menghentikan perdagangan PT Agro Bahari Nusantara Tbk (UDNG).

Baca Juga :  Vale Indonesia: Strategi Jitu Ciptakan Lingkungan Kerja Inklusif dan Beragam

Muhamad Wafi, Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), menjelaskan bahwa lonjakan harga saham yang memicu masuknya dalam radar UMA atau bahkan suspensi, dapat dipicu oleh beragam faktor. Mulai dari perbaikan kinerja fundamental emiten, adanya rumor akuisisi, hingga sekadar sentimen pasar atau isu-isu tertentu.

Namun, Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, memandang lonjakan harga pada saham-saham seperti MGLV, UDNG, dan INRU patut dicurigai sebagai aksi spekulatif. Ia menegaskan bahwa pergerakan ini tidak didukung oleh fundamental perusahaan yang solid. Kenaikan harga yang terlampau tajam dalam waktu singkat, tanpa disertai lonjakan volume transaksi maupun katalis jelas dari sisi kinerja atau aksi korporasi, mengindikasikan adanya pergerakan yang tidak wajar di pasar.

Oleh karena itu, keputusan BEI untuk mensuspensi perdagangan saham-saham ini dianggap sebagai langkah yang tepat dan wajar. Ini merupakan upaya krusial untuk melindungi investor ritel dari potensi kerugian besar akibat volatilitas harga yang tidak normal. Ekky menambahkan, “Kenaikan seperti ini berisiko mengarah pada pola *pump and dump*, di mana harga sengaja digoreng oleh pihak tertentu untuk menciptakan euforia, lalu dilepas saat harga mencapai puncaknya. Ini akan meninggalkan investor ritel dengan posisi rugi saat harga kembali anjlok.”

Baca Juga :  Bank Mandiri Catat Penyaluran Kredit Sektor Hilirisasi Minerba pada 2024 Sebesar Rp 185,2 Triliun

Menyikapi situasi ini, Wafi menyarankan investor dan pelaku pasar agar tetap berpegang teguh pada kinerja fundamental perusahaan. Penilaian valuasi menjadi kunci utama. Wafi menjelaskan, ada saham yang meskipun sudah mencatatkan kenaikan signifikan, valuasinya masih relatif murah, sehingga menarik minat beli dan terus mendorong harganya naik. “Namun, ada pula saham yang sudah melambung tinggi dengan valuasi yang sudah relatif mahal. Saham-saham seperti ini cenderung berpotensi koreksi atau bergerak *sideways*,” ujarnya kepada Kontan, Senin (16/6).

Senada dengan Wafi, Ekky menekankan pentingnya kehati-hatian. Ia menganjurkan investor untuk tidak terburu-buru melakukan pembelian, khususnya pada saham-saham yang pergerakannya tidak ditopang oleh transparansi manajemen, aksi korporasi yang jelas, atau keterbukaan informasi yang kredibel di situs resmi BEI. “Akan lebih bijak jika investor memprioritaskan saham-saham yang memiliki fundamental kuat, likuiditas memadai, dan didukung informasi yang terpercaya,” pungkas Ekky.

Berita Terkait

Rekening Diblokir PPATK? Ini Penjelasan Lengkap Soal Rekening Dormant!
Laba Alfaria Trijaya (AMRT) Naik 4,98% Jadi Rp 1,88 Triliun pada Semester I-2025
BI Malang Dorong UMKM dan Ekonomi Syariah lewat MBF 2025
IHSG Terkoreksi: Merdeka Group Jatuh, LQ45 Tertekan di Sesi I
UNVR Semester I 2025: Fundamental Kuat, Tumbuh di Kuartal III
BRIS, MLIA, PANI: Rekomendasi Teknikal Saham Mirae Sekuritas
Dolar AS Menguat! Sentimen The Fed Dorong Indeks Dolar ke 99
SMDR Bagi Dividen Interim Rp 40,92 Miliar: Laba Bersih Melejit!

Berita Terkait

Sabtu, 2 Agustus 2025 - 08:07 WIB

Rekening Diblokir PPATK? Ini Penjelasan Lengkap Soal Rekening Dormant!

Kamis, 31 Juli 2025 - 15:10 WIB

Laba Alfaria Trijaya (AMRT) Naik 4,98% Jadi Rp 1,88 Triliun pada Semester I-2025

Kamis, 31 Juli 2025 - 13:39 WIB

BI Malang Dorong UMKM dan Ekonomi Syariah lewat MBF 2025

Kamis, 31 Juli 2025 - 12:50 WIB

IHSG Terkoreksi: Merdeka Group Jatuh, LQ45 Tertekan di Sesi I

Kamis, 31 Juli 2025 - 12:15 WIB

UNVR Semester I 2025: Fundamental Kuat, Tumbuh di Kuartal III

Berita Terbaru

sports

Thailand Akui Indonesia Beda Kelas Usai ASEAN Cup U-23

Sabtu, 2 Agu 2025 - 12:12 WIB

Public Safety And Emergencies

Kereta Anjlok Subang Dievakuasi: Lintas Utara KAI Kembali Normal!

Sabtu, 2 Agu 2025 - 10:55 WIB