Indeks SMC Liquid Bangkit, Saham Lapis Dua Curi Perhatian Ungguli LQ45
JAKARTA, RAGAMUTAMA.COM – Di tengah pergerakan pasar yang dinamis, Indeks SMC Liquid, yang dihuni oleh saham-saham berkapitalisasi kecil hingga menengah dengan likuiditas tinggi, secara mengejutkan mulai menunjukkan taringnya. Kelompok saham yang akrab disebut “saham lapis dua” ini kini berhasil mencuri perhatian investor, mengukir tren penguatan signifikan yang jauh melampaui indeks *blue chip* seperti LQ45.
Data statistik Bursa Efek Indonesia (BEI) per Selasa (11/6) menunjukkan bahwa Indeks SMC Liquid telah mencapai level 310,358, mencatat kenaikan impresif sebesar 1,8% secara *year to date* (ytd). Pencapaian ini kontras dengan Indeks LQ45 yang masih terkoreksi 1,96% ytd, menegaskan dominasi *kinerja saham* lapis dua dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut Oktavianus Audi, VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, kebangkitan Indeks SMC Liquid ini didorong oleh beberapa faktor fundamental. Pertama, lonjakan *harga komoditas* bahan baku global, terutama emas, telah memberikan dorongan signifikan bagi saham-saham terkait. Ambil contoh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang meroket 115,08% ytd, dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang melaju 38,08% ytd.
Faktor kedua adalah *kinerja keuangan* kuartal I-2025 yang tangguh dari sejumlah emiten konstituen indeks. Pertumbuhan laba bersih yang solid tercermin pada ANTM (naik 794% *year on year/yoy*), BTPS (naik 17,73% yoy), LSIP (naik 45% yoy), TAPG (naik 117% yoy), dan BIRD (naik 42,8% yoy), turut menopang pergerakan positif indeks ini.
Audi menambahkan, dominasi *sektor barang baku* dan *energi* dalam komposisi Indeks SMC Liquid secara langsung diuntungkan dari kenaikan *harga komoditas*. Ini menjadikan kinerja indeks ini lebih solid dibandingkan LQ45, yang banyak diisi saham *sektor keuangan*. Sektor finansial saat ini masih menghadapi tantangan perlambatan kinerja akibat tingginya *suku bunga* dan meningkatnya biaya kredit.
Meskipun demikian, Audi berpandangan bahwa penguatan ini masih bersifat tematik dan mengindikasikan pergerakan yang dinamis. Ia memprediksi, jika pada paruh kedua 2025 terjadi meredanya dampak kebijakan tarif AS, pemangkasan *suku bunga*, dan stabilitas ekonomi makro domestik, potensi rotasi sektor kembali ke saham-saham *big caps* yang menjadi konstituen LQ45 bisa saja terjadi.
Senada, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menilai wajar jika Indeks SMC Liquid unggul dalam beberapa waktu terakhir. Banyak *saham small-cap* dan *mid-cap* dalam indeks ini berasal dari *sektor energi*, properti, dan barang konsumsi yang memang tengah mengalami pemulihan harga sejak awal tahun.
Ekky juga memprediksi bahwa *saham* yang berkaitan dengan *energi* dan *bahan baku* masih akan mendominasi pergerakan positif dalam jangka pendek. Ini seiring dengan tren *harga komoditas* yang mulai stabil, serta adanya rotasi sektor dari *saham blue chip* ke *second liners* yang dinilai lebih atraktif dari sisi valuasi dan momentum.
Dari perspektif yang lebih luas, Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus, menjelaskan bahwa penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara keseluruhan turut mendorong kenaikan Indeks SMC Liquid. Ini mengingat sebagian besar konstituen indeks ini memang merupakan *saham lapis dua*. Menurutnya, penguatan ini didukung oleh meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China pasca kesepakatan tarif, serta membaiknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. “Penurunan suku bunga Bank Indonesia di tengah penguatan rupiah juga menjadi penopang indeks,” tambah Angga.
Melihat ke depan, Ekky memperkirakan bahwa Indeks IDX SMC Liquid masih berpeluang melanjutkan tren penguatan hingga akhir tahun. Optimisme ini terutama akan terjaga jika sentimen positif terhadap *sektor energi*, properti, dan konsumer tetap kondusif. Di sisi lain, Indeks LQ45 diperkirakan baru akan menunjukkan pemulihan signifikan apabila ketidakpastian global mereda, yang akan mendorong investor kembali melirik *saham-saham big caps* yang saat ini diperdagangkan di bawah valuasi wajarnya.
Rekomendasi Saham Pilihan Analis
Dalam menyikapi *prospek pasar modal* ini, para analis pun membagikan *rekomendasi saham* yang menarik untuk dicermati investor:
Oktavianus Audi dari Kiwoom Sekuritas merekomendasikan:
* BUY saham PT Blue Bird Tbk (BIRD) dengan target harga Rp 2.200.
* BUY saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dengan target harga Rp 1.940.
* TRADING BUY saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan target harga Rp 2.600.
* TRADING BUY saham PT Avia Avian Tbk (AVIA) dengan target harga Rp 515.
Sementara itu, Ekky Topan dari Infovesta Kapital Advisori menyarankan beberapa pilihan, khususnya untuk strategi *trading* jangka pendek:
* PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP): Jika berhasil *breakout* di level Rp 500, saham ini berpotensi menuju Rp 530 dan kemudian Rp 580 sebagai target *swing*.
* PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR): Dinilai menarik meskipun telah memasuki masa *ex-date dividen*, dengan tren *bullish* yang berpeluang berlanjut menuju target Rp 3.500.
* PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC): Untuk *sektor energi*, saham ini dipandang masih berada dalam tren *strong bullish* dengan target di Rp 1.440.
* PT Bank Jago Tbk (ARTO): Saham bank digital ini mulai menunjukkan pembalikan arah, dengan target terdekat di Rp 2.000 dan potensi lanjutan ke Rp 2.400 hingga Rp 2.700.