Saham BRIS Tertekan Isu Lepas dari Bank BUMN, Investor Asing Lakukan Aksi Jual Bersih
JAKARTA – Harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengalami koreksi signifikan di awal pekan ini, ambles hingga 7% dan ditutup pada level Rp 2.790 per saham pada Senin (2/6). Penurunan tajam ini terjadi di tengah santernya isu bahwa Bank Syariah Indonesia (BSI) akan melepaskan diri dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebagai induk usahanya, dan berpotensi berada langsung di bawah naungan BPI Danantara.
Koreksi pada saham BRIS ini menjadi sorotan utama, mengingat sektor perbankan secara umum juga mengalami tekanan pasca libur panjang. Namun, pelemahan BRIS tercatat paling dalam dibandingkan saham-saham bank lainnya. Penurunan drastis ini dipicu oleh aktivitas investor asing yang tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 7,61 miliar. Rinciannya, aksi jual asing mencapai Rp 58,9 miliar, sementara aksi beli hanya Rp 51,3 miliar.
Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa kinerja harga saham BRIS secara keseluruhan sejak awal tahun masih menunjukkan penguatan. Bank syariah terbesar di Indonesia ini telah mencatatkan kenaikan harga sebesar 2,2% dari Januari hingga saat ini, menunjukkan ketahanan fundamental di tengah gejolak pasar.
Isu perubahan kepemilikan BSI menjadi perbincangan hangat di kalangan pasar. Kabar yang beredar menyebutkan bahwa saham BSI yang saat ini dimiliki oleh bank-bank BUMN seperti Bank Mandiri, BNI, dan BRI, akan diakuisisi secara keseluruhan oleh BPI Danantara. Berdasarkan laporan bulanan registrasi pemegang efek per 30 April terakhir, Bank Mandiri masih menjadi pemegang saham pengendali BSI dengan kepemilikan 51,47% atau setara 23,74 miliar saham. Sementara itu, BNI menguasai 23,24% saham dan BRI memiliki 15,38% saham BSI.
Para analis pasar pun turut memberikan pandangan mereka terkait isu pelepasan BSI dari kepemilikan bank-bank BUMN ini. Sebagian besar melihat potensi dampak positif dari langkah strategis tersebut. Andrey Wijaya, Analis RHB Sekuritas Indonesia, berpandangan bahwa jika BSI benar-benar dilepaskan, pengambilan keputusan strategis, termasuk aksi korporasi, dapat menjadi lebih cepat karena jalur persetujuan yang lebih pendek. Sebelumnya, setiap aksi korporasi BSI memerlukan persetujuan dari Bank Mandiri sebagai pengendali.
Namun, Andrey juga menambahkan bahwa terdapat sisi negatif yang perlu dipertimbangkan, yaitu potensi hilangnya sinergi yang selama ini terjalin erat dengan induk-induk perusahaan seperti Bank Mandiri, BNI, dan BRI. Sinergi ini tentu memiliki nilai signifikan dalam operasional dan pengembangan bisnis BSI.
Senada dengan pandangan positif, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, menyoroti bahwa pelepasan ini dapat memungkinkan BSI untuk lebih fokus pada penetrasi dan pengembangan sistem keuangan syariah di Indonesia yang potensi pasarnya masih sangat besar. Selain itu, dengan dukungan dari Danantara, BSI juga berpotensi mengoptimalkan pengelolaan dana dan bahkan mendapatkan bantuan dalam perbaikan struktur modal, yang pada gilirannya dapat memperkuat posisi finansial BSI ke depan.