Pasar saham Amerika Serikat (AS) menunjukkan kinerja impresif setelah libur Hari Memorial, dengan indeks-indeks utama mencatatkan penguatan signifikan. Pada 27 Mei 2025, indeks S&P 500 melonjak 2,05%, sementara Nasdaq memimpin kenaikan dengan penguatan 2,39%.
Sentimen ‘risk on’ di kalangan investor terdorong oleh meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan Eropa, demikian ungkap riset dari Eastspring Investment Indonesia. Kondisi yang lebih tenang antara kedua blok ekonomi ini terjadi menyusul langkah Presiden AS, Donald Trump, yang memutuskan untuk memperpanjang pemberlakuan tarif pada produk-produk Eropa.
Di samping itu, sinyal adanya potensi penyesuaian penerbitan utang Jepang, yang muncul setelah pelemahan obligasi di Jepang, turut memicu reli di pasar obligasi AS. Hal ini tercermin dari penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS (UST) tenor 10 tahun sebesar 7 basis poin (bps) menjadi 4,44%.
Penguatan pasar juga diperkuat oleh data kepercayaan konsumen AS yang melonjak signifikan. Indeks kepercayaan konsumen pada bulan Mei mencapai 98, naik tajam dari 85,7 pada bulan April, merefleksikan peningkatan optimisme terhadap prospek ekonomi dan kondisi pasar tenaga kerja di tengah ketidakpastian seputar kebijakan tarif.
Namun demikian, pergerakan Wall Street sepanjang pekan lalu secara keseluruhan menunjukkan variasi, mencerminkan sentimen pasar yang fluktuatif. Pada Rabu (28/5), indeks saham utama di AS ditutup melemah. Pelemahan ini terjadi seiring para investor mencermati risalah rapat terbaru The Fed dan anjloknya harga saham perusahaan desain chip menjelang penutupan perdagangan. Sebaliknya, pada Kamis (29/5), Wall Street kembali bangkit dan menguat signifikan, terutama didorong oleh kenaikan saham Nvidia menyusul rilis kinerja kuartalan yang melampaui ekspektasi pasar.
Fluktuasi pasar berlanjut hingga Jumat (30/5), di mana indeks bursa saham Wall Street ditutup dengan kinerja yang bervariasi. Pada hari Jumat itu, ketiga indeks saham utama awalnya dibuka lebih rendah. Sentimen negatif ini dipicu oleh pernyataan Presiden Trump yang menuduh China melanggar perjanjian perdagangan dengan AS, disusul ancaman terselubung untuk bertindak lebih keras terhadap Beijing.
Namun, pasar berhasil mengikis kerugiannya di sesi perdagangan Jumat sore setelah Presiden Trump mengumumkan niatnya untuk berbicara dengan Presiden China, Xi Jinping, dan menyatakan harapan agar perbedaan pendapat terkait perdagangan dan tarif dapat segera diselesaikan.
Secara keseluruhan, bulan Mei menjadi periode yang penuh gejolak bagi pasar saham. Kebijakan perdagangan Presiden Trump yang seringkali tidak menentu telah membuat para investor tetap waspada dan berkontribusi pada volatilitas sepanjang bulan.