Jakarta, Ragamutama.com – Rupiah terpaksa merasakan imbas dari tensi geopolitik global yang kian memanas. Kekhawatiran pasar yang dipicu oleh konflik di Timur Tengah menyeret mata uang Garuda ini melemah terhadap dolar AS.
Data dari Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia menunjukkan pelemahan rupiah sebesar 0,52%, berada di level Rp 16.484 per dolar AS pada Senin (23/6). Sementara itu, data Bloomberg mencatat rupiah spot melemah 0,58% ke posisi Rp 16.492 per dolar AS.
Menurut Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, pelemahan rupiah tak lepas dari “insiden” yang terjadi di Timur Tengah. Serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada Minggu (22/6) dibalas dengan ancaman penutupan Selat Hormuz, jalur vital distribusi minyak dunia. “Penutupan Selat Hormuz berpotensi mendisrupsi rantai pasok global, terutama komoditas energi,” jelas Josua.
Ketegangan geopolitik yang meningkat juga mendorong penguatan dolar AS sebagai aset *safe haven*. Indeks dolar AS kembali menguat ke level 99 basis poin pada hari ini. Sutopo Widodo, Presiden Komisioner HFX International Berjangka, menambahkan bahwa kondisi ini memicu kekhawatiran global yang mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman. “Hal ini menarik modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” ujarnya.
Kenaikan harga komoditas global, terutama minyak, juga menjadi beban tambahan bagi rupiah. Kondisi ini berpotensi memperburuk neraca perdagangan dan pembayaran Indonesia, sehingga menekan nilai tukar rupiah.
Lantas, bagaimana proyeksi rupiah ke depan?
Untuk perdagangan Selasa (24/6), Sutopo Widodo memprediksi pergerakan rupiah masih akan sangat dipengaruhi oleh sentimen eksternal. Perkembangan geopolitik di Timur Tengah akan menjadi fokus utama, di samping keputusan kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia, terutama Federal Reserve AS (The Fed). Sutopo memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.450 – Rp 16.550.
Senada dengan Sutopo, Josua Pardede juga melihat rupiah masih akan cenderung melemah, meskipun dengan level yang terbatas. Ia memperkirakan pergerakan rupiah akan berada dalam rentang Rp 16.450 – Rp 16.575. Dengan demikian, investor dan pelaku pasar perlu mencermati perkembangan geopolitik global dan kebijakan moneter The Fed untuk memprediksi arah pergerakan rupiah ke depan.