Ragamutama.com JAKARTA. Pada pembukaan pekan ini, nilai tukar rupiah menunjukkan sedikit pelemahan. Data pasar spot menunjukkan rupiah berada pada posisi Rp16.455 per dolar AS pada hari Senin, 5 Mei 2025, yang mencerminkan penurunan sebesar 0,10% dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu yang berada di Rp16.438 per dolar AS.
Penurunan ini mengakhiri tren positif penguatan rupiah yang telah berlangsung selama empat hari perdagangan sebelumnya.
Tekanan terhadap nilai rupiah ini muncul seiring dengan adanya perlambatan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode kuartal I-2025.
Rupiah Bertahan di Rp 16.431 Per Dolar AS, Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Bruto (PDB) hanya mengalami pertumbuhan sebesar 4,87% secara tahunan (YoY). Angka ini menjadi pertumbuhan terendah sejak kuartal III-2021 dan juga lebih rendah dari pertumbuhan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,02%.
Selain itu, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh dinamika yang signifikan di pasar mata uang Asia. Dolar Taiwan mengalami lonjakan lebih dari 3% hingga mencapai level 29,654 per dolar AS, melanjutkan penguatan sebesar 4,5% yang terjadi pada hari Jumat sebelumnya. Kenaikan selama dua hari tersebut membawa dolar Taiwan mencapai titik tertinggi dalam kurun waktu hampir tiga tahun terakhir.
Kenaikan yang cukup tajam ini telah memicu spekulasi di kalangan pelaku pasar bahwa beberapa negara di kawasan Asia mungkin sedang mempersiapkan revaluasi mata uang mereka dengan tujuan memperoleh keringanan dalam aktivitas perdagangan dengan Amerika Serikat.
Meskipun bank sentral Taiwan telah membantah adanya tekanan dari pihak AS, para pelaku pasar mengindikasikan adanya kemungkinan intervensi yang halus.
Pertumbuhan Ekonomi RI Dinilai Kuat Meski Tumbuh Melambat 4,87% di Kuartal I-2025
“Arus hot money mengalir deras ke Taiwan, dan bank sentral terlihat membiarkannya. Banyak yang berpendapat bahwa ini disebabkan oleh tekanan dari AS, dan saya cenderung mempercayai hal itu,” ungkap seorang eksekutif senior keuangan Taiwan kepada Reuters.
Sementara itu, Yuan China juga menguat ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir, mencapai 7,1879 per dolar AS. Penguatan ini terjadi di tengah ekspektasi bahwa pemerintah Beijing akan membiarkan mata uangnya menguat sebagai bagian dari negosiasi perdagangan dengan AS. Meskipun demikian, perbedaan pandangan antara kedua negara masih cukup signifikan.
Dari Amerika Serikat, Presiden Donald Trump kembali menyampaikan keinginannya agar The Fed menurunkan suku bunga. Meskipun demikian, pasar saat ini hanya memproyeksikan peluang sebesar 37% untuk pemangkasan suku bunga pada bulan Juni, yang merupakan penurunan tajam dari 64% pada bulan sebelumnya.
Rupiah Dibuka Menguat Tipis ke Rp 16.430 Per Dolar AS pada Hari Ini 5 Mei 2025
Goldman Sachs dan Barclays juga ikut merevisi proyeksi penurunan suku bunga, menggesernya ke bulan Juli.
Indeks dolar mengalami sedikit penurunan sebesar 0,2% menjadi 99,635, sementara euro mengalami kenaikan sebesar 0,4% menjadi US$ 1,1343. Dolar AS juga mengalami pelemahan terhadap yen Jepang sebesar 0,6% menjadi 144,03, yang sebagian disebabkan oleh penurunan harga minyak yang memberikan dampak positif bagi neraca perdagangan Jepang.