Rupiah Tertekan Dipicu Kekhawatiran Investor Asing

- Penulis

Jumat, 28 Februari 2025 - 07:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Prospek rupiah diperkirakan masih akan tertekan. Keluarnya dana asing dari dalam negeri, khususnya di pasar saham, hingga kekhawatiran akan implementasi kebijakan pemerintah menjadi penekannya.

Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 16.454 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (27/2). Ini menjadi level terburuk rupiah sejak 2 April 2020, yang kala itu rupiah ditutup di level Rp 16.495 per dolar AS.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana menilai tertekannya rupiah disebabkan dari sisi politik. Sebab dari data ekonomi, Indonesia masih positif dengan inflasi 0,76% dan diperkirakan di 1,3%-1,6% pada akhir tahun.

Lalu pertumbuhan GDP juga masih di atas 5% dan jika implementasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) berjalan baik, GDP Indonesia bisa tumbuh 3%-4%. Sehingga target pertumbuhan ekonomi 8% bisa tercapai.

“Belum lagi kebijakan DHE 100% yang akan dilakukan pada 1 Maret mendatang,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (27/2).

Sehingga, Fikri memperkirakan tekanan pada rupiah karena sisi politis, yakni implementasi kebijakannya. Apalagi, lanjut Fikri kasus korupsi yang mulai meningkat di dalam negeri.

Baca Juga :  Bulog Serap 709 Ribu Ton Beras: Stabilisasi Harga Beras Terjaga Sepanjang 2025

Ia mencontohkan sell off di pasar saham, meskipun baru saja pemerintah meluncurkan Danantara. Secara maksud, seharusnya Danantara menjadi katalis positif untuk pasar saham, khususnya efektivitas BUMN dan juga dividen ke depannya.

Kemudian realokasi anggaran anggaran untuk mendukung program MBG. Menurutnya, pasar khawatir akan implementasi realokasi anggaran tersebut.

“Jadi sepertinya lebih kekhawatiran pada Good Corporate Government (GCG)-nya, sehingga asing khawatir,” jelasnya.

Dari pasar obligasi, Fikri juga mencermati terdapat tekanan dalam beberapa hari terakhir. Ini tercermin dari adanya peningkatan yield SUN acuan 10 tahun.

Berdasarkan Trading Economics, yield SUN 10 tahun berada di 6,9125% pada Kamis (27/2) pukul 20.02 WIB. 

Sepekan terakhir, ada kenaikan 0,23%. Padahal, yield US Treasury (UST) 10 tahun juga mengalami penurunan 0,21% dalam sepekan terakhir.

Kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN), berdasarkan data DJPPR terakhir juga mengalami penurunan untuk periode 20 Februari 2025 – 24 Februari 2025. 

Baca Juga :  Rupiah Melemah, Dipicu Kekhawatiran Perang Dagang

Rinciannya, 20 Februari sebesar Rp 895,63 triliun, lalu 21 Februari menjadi Rp 893,94 triliun, dan 24 Februari terkoreksi menjadi 893,33 triliun.

Meski begitu, secara akumulasi untuk periode 3 Februari sampai dengan 24 Februari terdapat peningkatan 1,46%. Pada 3 Februari 2024, kepemilikan asing di SBN sebesar Rp 880,43 triliun.

Dengan kondisi saat ini, Fikri memperkirakan level rupiah di Rp 16.800 per dolar AS menjadi level terburuknya. 

Sebab, jika melihat pada real effective exchange rate Indonesia seharusnya rupiah berada di kisaran Rp 14.000 per dolar AS.

Namun jika tertembus, maka rupiah diperkirakan akan mudah melaju mendekati Rp 18.000 per dolar AS. Hanya saja, mengingat ekspektasi adanya pemangkasan suku bunga the Fed, Fikri memperkirakan risiko terbesar ini berada di kuartal I 2025.

Sebab pada kuartal II 2025, kondisi diperkirakan lebih soft seiring Trump sudah mulai melunak. 

“Jadi, Walaupun terjadi kemungkinan segera, tetapi setelah itu harusnya bounce back turun,” imbuhnya.

Berita Terkait

Pendapatan United Tractors (UNTR) Naik 6% di Kuartal I-2025, Laba Bersih Turun 30%
PTPP Rugi di Kuartal Pertama 2025: Penurunan Pendapatan dan Laba Signifikan
PTPP Tingkatkan Kinerja: Divestasi Anak Usaha dan Pelepasan Jalan Tol
Harga Emas Antam Hari Ini: Turun Rp 33.000, Cek Rinciannya!
ADRO: Penurunan Pendapatan & Laba Bersih Alamtri Resources Kuartal I 2025
Laba PTBA Terjun Bebas: Analisis Mendalam Kuartal I 2025
Daftar Lengkap Saham LQ45 Periode Mei-Juli 2025: Peluang Investasi Blue Chip Menarik
Gotrade Hadirkan Kemudahan Trading Saham AS Lewat TradingView Mobile!

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 11:47 WIB

Pendapatan United Tractors (UNTR) Naik 6% di Kuartal I-2025, Laba Bersih Turun 30%

Kamis, 1 Mei 2025 - 11:43 WIB

PTPP Rugi di Kuartal Pertama 2025: Penurunan Pendapatan dan Laba Signifikan

Kamis, 1 Mei 2025 - 09:19 WIB

Harga Emas Antam Hari Ini: Turun Rp 33.000, Cek Rinciannya!

Kamis, 1 Mei 2025 - 08:31 WIB

ADRO: Penurunan Pendapatan & Laba Bersih Alamtri Resources Kuartal I 2025

Kamis, 1 Mei 2025 - 07:55 WIB

Laba PTBA Terjun Bebas: Analisis Mendalam Kuartal I 2025

Berita Terbaru

politics

Sejarah dan Makna Peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei

Kamis, 1 Mei 2025 - 12:27 WIB

Family And Relationships

Lisa Mariana Minta Maaf ke Istri Ridwan Kamil: Melaney Ricardo Beri Saran Bijak

Kamis, 1 Mei 2025 - 12:15 WIB