Ragamutama.com JAKARTA — Stabilitas nilai tukar rupiah dan berkurangnya tekanan pada kurs memberikan kesempatan bagi Bank Indonesia untuk menyesuaikan suku bunga acuan, yang dikenal juga sebagai BI Rate, dalam agenda Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dijadwalkan berlangsung besok, 20 Mei hingga 21 Mei 2025.
Fakhrul Fulvian, Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, menyampaikan proyeksi ini berdasarkan pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Gubernur Perry mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga akan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah, prospek inflasi yang terkendali, serta kebutuhan untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Dengan inflasi yang berhasil dijaga pada tingkat rendah dan nilai rupiah yang menunjukkan stabilitas di tengah perlambatan ekonomi, Fakhrul berpendapat bahwa bulan Mei ini menjadi momen yang ideal bagi bank sentral untuk memangkas BI Rate sebesar 25 basis poin (bps), sehingga mencapai level 5,5%.
: Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Akan Menguat Hingga Rp15.200, Analis Memproyeksikan Penurunan Suku Bunga BI
“Saat ini, nilai tukar rupiah telah menunjukkan stabilitas dan cenderung menguat, seiring dengan meredanya ketegangan perang dagang. Di sisi lain, kebutuhan mendesak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi semakin terasa di tengah prospek ekonomi global yang melambat akibat perang dagang,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang disampaikan pada hari Senin (19/5/2025).
Selain pembahasan mengenai tingkat suku bunga, Fakhrul menyoroti perlunya Bank Indonesia untuk membahas lebih lanjut mengenai implementasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) setelah tercapainya stabilitas nilai tukar rupiah.
: : Berita Terkini: Sri Mulyani Dikabarkan Akan Mengganti Dirjen Bea Cukai, Askolani Angkat Bicara
Alasannya, pasar berharap bahwa kondisi likuiditas di pasar uang dapat meningkat jika tingkat imbal hasil SRBI terus diturunkan dan volume yang dialokasikan juga disesuaikan.
Dari perspektif intermediasi pasar keuangan, Fakhrul menekankan pentingnya melanjutkan pelonggaran kebijakan makroprudensial untuk mendukung ekspektasi pertumbuhan kredit di tengah kondisi ekonomi yang cenderung melemah.
Lebih lanjut, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk periode April dan Mei menjadi data penting yang dinantikan oleh investor, karena akan memengaruhi suplai obligasi negara yang akan memasuki pasar.
Secara terpisah, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro menyampaikan bahwa meskipun nilai rupiah saat ini stabil di bawah Rp16.500 per dolar AS, secara tahun berjalan (year to date/YtD) masih mengalami depresiasi sebesar 2,1%.
Mengacu pada data Bloomberg pada pukul 09.00 WIB hari ini, nilai rupiah dibuka melemah sebesar 0,22% menjadi Rp16.480 per dolar AS, menunjukkan performa yang jauh lebih baik dibandingkan pada bulan April lalu setelah pengumuman tarif resiprokal oleh Trump.
Meskipun demikian, Andry, yang akrab disapa Asmo, sependapat dengan Fakhrul bahwa BI masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuannya dalam pertemuan RDG besok.
“Minggu ini, kita berharap Bank Indonesia akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,5%,” ujar Andry dalam sebuah media briefing yang diadakan secara virtual pada hari Senin (19/5/2025).
Andry menjelaskan bahwa salah satu faktor pendukung potensi pemangkasan suku bunga adalah pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Ia menilai bahwa tekanan dan volatilitas rupiah saat ini tidak separah ketika Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan tarif timbal balik pada bulan April 2025 lalu.
Selain itu, pemangkasan suku bunga juga dinilai memungkinkan mengingat tingkat inflasi di Indonesia saat ini masih berada dalam rentang target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Track all markets on TradingView