JAKARTA – Rupiah memulai pekan ini dengan kinerja positif, berhasil mencatat penguatan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (2/6). Apresiasi mata uang domestik ini terpantau baik di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia maupun di pasar spot, menandai momentum penguatan yang solid.
Menurut data Jisdor Bank Indonesia, nilai tukar rupiah berada di level Rp 16.297 per dolar AS, menunjukkan penguatan tipis sebesar 0,02% dari posisi sebelumnya di Rp 16.300 per dolar AS. Sejalan dengan itu, di pasar spot, rupiah menutup perdagangan hari Senin (2/6) dengan apresiasi yang lebih mencolok, yakni 0,46%, mencapai level Rp 16.253 per dolar AS. Angka ini jauh menguat dari penutupan akhir pekan lalu yang berada di Rp 16.327 per dolar AS.
Kinerja positif rupiah ini tidak terlepas dari tren penguatan mayoritas mata uang di kawasan Asia. Baht Thailand memimpin penguatan signifikan dengan kenaikan 1,01%, diikuti oleh yen Jepang yang menguat 0,76%, serta won Korea yang naik 0,66%. Selain itu, dolar Singapura (0,45%), rupee India (0,30%), dan peso Filipina (0,09%) juga berhasil menguat terhadap dolar AS, mengukuhkan pergerakan positif di pasar regional.
Namun, tidak semua mata uang Asia mencatatkan penguatan. Sebagian mata uang regional justru terpantau melemah terhadap dolar AS pada sore hari ini. Dolar Taiwan mengalami depresiasi sebesar 0,26%, disusul oleh yuan China yang turun 0,18%, dan dolar Hong Kong yang melemah tipis 0,03%.
Penurunan nilai tukar dolar AS ini juga tercermin dari pergerakan indeks dolar. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama dunia ini tercatat di level 98,75, turun dari posisi 99,33 pada akhir pekan lalu. Hal ini menunjukkan tekanan jual terhadap dolar AS secara global, memberikan ruang bagi apresiasi mata uang lainnya, termasuk rupiah.