Rupiah Menguat Tajam, Dolar AS Melemah di Tengah Harapan Damai Timur Tengah

Avatar photo

- Penulis

Rabu, 25 Juni 2025 - 04:57 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) melemah seiring dengan pengumuman gencatan senjata di Timur Tengah.

Namun, ketidakpastian yang masih membayangi membuat volatilitas di pasar mata uang, termasuk rupiah, tetap tinggi.

Pada perdagangan Selasa (24/6), mayoritas mata uang global menguat terhadap dolar AS, sejalan dengan pelemahan indeks dolar (DXY). Rupiah tercatat menguat 0,84% ke level Rp 16.354 per dolar AS.

Kurs Rupiah Berbalik Menguat Tajam Terhadap Dolar AS, Selasa (24/6)

Menurut data Trading Economics, DXY turun 0,45% dalam 24 jam terakhir ke posisi 97,97 pada pukul 18.34 WIB.

Indeks ini juga mencatatkan penurunan 0,88% dalam sepekan dan 1,14% sepanjang bulan terakhir.

Baca Juga :  Dampak Kebijakan Impor Trump: Ancaman Resesi bagi Pasar Saham Indonesia

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan bahwa meskipun dolar AS melemah dalam jangka pendek, prospeknya ke depan masih akan sangat bergantung pada stabilitas geopolitik di Timur Tengah.

“Ini sangat tergantung apakah gencatan senjata benar-benar dihormati oleh kedua belah pihak,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (24/6).

Sementara itu, Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menilai penguatan rupiah juga didorong oleh aliran dana asing atau hot money, khususnya ke pasar saham dan obligasi.

Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.354 Per Dolar AS pada Hari Ini (24/6)

Baca Juga :  6 Ide Bisnis Jasa yang Minim Modal dan Kompetitor, Coba yuk!

Hal ini sejalan dengan meredanya risiko geopolitik setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran.

“Ruang penguatan rupiah masih terbuka, terutama karena faktor eksternal yang mendukung. Potensinya bisa mengarah ke Rp 16.234 per dolar AS,” ujarnya.

Di sisi lain, pelemahan dolar AS turut mengangkat minat terhadap mata uang safe haven seperti yen Jepang dan dolar Singapura.

Namun, menurut David, pilihan aset masih akan sangat tergantung pada jangka waktu investasi.

“Dalam jangka pendek, mata uang safe haven dan hard currency masih akan menjadi pilihan,” imbuhnya.

Berita Terkait

BSU 2025: Rp600 Ribu Cair! Cek Syarat, Jadwal, dan Caranya
Saham Libur! BEI Tutup Hari Ini, Cuti Bersama Proklamasi
Dasco Usul: Tantiem Pejabat BUMN Dihapus, Hemat Negara Rp 18 Triliun!
Rubicon untuk Izin Hutan? Dirut Inhutani V Diduga Minta Gratifikasi
Setoran Haram Haji Khusus: KPK Ungkap Kongkalikong Pengusaha & Kemenag
PBB Naik Bikin Gaduh? Ini Daftar Daerah yang Bergejolak!
BSI Buka Blokir Rekening Yayasan Cholil Nafis, Ketua MUI
UMK 2026: Buruh Desak Kenaikan 10,5 Persen!

Berita Terkait

Kamis, 21 Agustus 2025 - 10:58 WIB

BSU 2025: Rp600 Ribu Cair! Cek Syarat, Jadwal, dan Caranya

Senin, 18 Agustus 2025 - 10:30 WIB

Saham Libur! BEI Tutup Hari Ini, Cuti Bersama Proklamasi

Jumat, 15 Agustus 2025 - 20:12 WIB

Dasco Usul: Tantiem Pejabat BUMN Dihapus, Hemat Negara Rp 18 Triliun!

Jumat, 15 Agustus 2025 - 02:22 WIB

Rubicon untuk Izin Hutan? Dirut Inhutani V Diduga Minta Gratifikasi

Kamis, 14 Agustus 2025 - 22:38 WIB

Setoran Haram Haji Khusus: KPK Ungkap Kongkalikong Pengusaha & Kemenag

Berita Terbaru

Uncategorized

5 Latihan Tibet Rahasia Awet Muda: Bugar & Segar Selalu

Jumat, 22 Agu 2025 - 11:14 WIB

Urban Infrastructure

Gempa Bekasi Tak Rusak Jakarta: Pramono Pastikan Aman

Jumat, 22 Agu 2025 - 10:46 WIB

Public Safety And Emergencies

Gempa Bekasi M 4.9: Kondisi Karawang Terkini, Info Terbaru!

Jumat, 22 Agu 2025 - 06:27 WIB