Rupiah Menguat Tipis: Sentimen Tarif Impor AS dan Proyeksi Ekonomi Domestik Jadi Penentu
Nilai tukar rupiah menunjukkan kekuatan tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (4/6), didukung oleh sentimen global yang menekan mata uang Negeri Paman Sam. Langkah pemberlakuan tarif 50% terhadap impor baja dan aluminium ke AS menjadi faktor dominan yang membantu rupiah bergerak ke zona hijau.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau menguat 0,09% dan berakhir di level Rp 16.294 per dolar AS pada penutupan perdagangan Rabu (4/6). Namun, di sisi lain, data Jisdor Bank Indonesia menunjukkan pergerakan yang berlawanan, di mana rupiah justru melemah tipis 0,10% ke posisi Rp 16.305 per dolar AS.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa penguatan rupiah yang bersifat tipis ini merupakan hasil kombinasi sentimen dari arena global dan domestik. Secara global, kebijakan kontroversial Presiden AS Donald Trump yang menggandakan tarif impor komoditas baja dan aluminium secara signifikan menekan nilai dolar AS. Isyarat dari Gedung Putih bahwa negosiasi telah terhenti selama beberapa minggu terakhir, ditambah dengan sinyal dari Federal Reserve (The Fed) yang mengindikasikan suku bunga akan tetap stabil dalam waktu dekat, semakin memperlemah posisi dolar AS di pasar.
Dari sisi domestik, prospek ekonomi Indonesia turut menjadi sorotan. Laporan terbaru OECD Economic Outlook Juni 2025 memproyeksikan pelambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam waktu dekat, dengan estimasi pertumbuhan PDB riil mencapai 4,7% pada tahun 2025, sebelum sedikit membaik menjadi 4,8% di tahun 2026. Ibrahim Assuaibi menambahkan bahwa perlambatan ini berisiko membuat pertumbuhan ekonomi nasional berada di bawah target pemerintah, terutama akibat berlanjutnya arus keluar modal yang dipicu oleh ketidakpastian kebijakan, baik di tingkat global maupun domestik. Kondisi ini, menurutnya, dapat menekan nilai tukar rupiah, berpotensi memperlebar defisit transaksi berjalan sementara waktu, serta memicu inflasi akibat peningkatan biaya impor.
Menatap perdagangan Kamis (5/6), Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, memproyeksikan rupiah akan cenderung menguat secara terbatas. Para investor diperkirakan masih akan bersikap hati-hati dan mewaspadai potensi penundaan penerapan tarif impor AS, mengingat preseden serupa di masa lalu. Lukman memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi dan bergerak dalam rentang Rp 16.250 – Rp 16.350 per dolar AS. Senada, Ibrahim Assuaibi juga memperkirakan rupiah akan berfluktuasi namun dengan kecenderungan menguat di kisaran Rp 16.250 – Rp 16.300 per dolar AS.