Rupiah Diproyeksi Melanjutkan Pelemahan pada Selasa (4/2), Simak Sentimennya

- Penulis

Selasa, 4 Februari 2025 - 07:57 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Rupiah terkoreksi hingga menembus level atas Rp 16.400 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (3/2). Koreksi nilai tukar dilatarbelakangi kekhawatiran meningkat usai Donald Trump memulai perang dagang.

Mengutip Bloomberg, Senin (3/2), Rupiah spot ditutup melemah 0,89% secara harian ke level Rp 16.448 per dolar Amerika Serikat (AS). Posisi tersebut merupakan level terburuk sejak akhir Juni 2024.

Sementara itu, Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,86% secara harian ke level Rp 16.453 per dolar AS. Posisi rupiah Jisdor ini paling buruk sejak 21 Juni 2024, di mana rupiah berada di level Rp 16.458 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencermati, pelemahan rupiah akibat sentimen ketidakpastian global yang meningkat. Afirmasi pemberlakuan tarif AS oleh Donald Trump kepada Kanada, Meksiko, serta China telah menekan pasar.

Kondisi semakin parah usai adanya pernyataan retaliasi dari ketiga negara tersebut terhadap tarif AS. Sentimen ketidakpastian pun kembali meningkat karena Trump mengafirmasi target selanjutnya dari kebijakan tarif adalah kepada Uni Eropa.

Baca Juga :  Diskon ASDP Hingga 100% di 7 Rute, Cek Tarif Baru!

“Sebagian besar mata uang Asia melemah terhadap Dolar AS pasca peningkatan ketegangan perang dagang, termasuk dengan rupiah,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (3/2).

Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa Kanada telah merespons dengan cepat dengan menerapkan tarif balasan sebesar 25% terhadap impor AS. Sementara itu, China mengkritik keras kebijakan tersebut, meskipun masih membuka jalan untuk berdialog dengan AS agar konflik ini tidak semakin memburuk.

Trump memukul China dengan tarif impor 10%, sebuah pertanda buruk bagi ekonomi China yang sangat bergantung pada ekspor. Namun China telah memangkas paparan perdagangannya ke AS dalam beberapa tahun terakhir.

Selain faktor perang tarif, Ibrahim menyoroti, kuatnya dolar AS didukung data indeks harga PCE sebagai pengukur inflasi pilihan the Fed yang naik sesuai perkiraan di hari Jumat (31/1). Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti AS, yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi, tercatat naik 0,2% dibandingkan November dan tumbuh 2,8% dibandingkan tahun sebelumnya.

“Angka inflasi PCE AS tersebut naik lebih jauh di atas target tahunan Fed sebesar 2%, dan juga memperhitungkan ekspektasi bahwa suku bunga AS akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama,” ungkap Ibrahim dalam risetnya, Senin (3/2).

Baca Juga :  Wall Street Menguat di Akhir Pekan Pasca Pertemuan Panas Trump dengan Zelenskiy

Dari domestik, Ibrahim menilai bahwa ketegangan perang dagang juga menjadi perhatian pemerintah dan Bank Indonesia (BI), mengingat perekonomian sangat bergantung pada perdagangan internasional. Oleh karena itu, penting untuk memahami dampak kebijakan tarif AS terhadap perekonomian, terutama dalam menghadapi potensi lonjakan inflasi.

Perang dagang yang terjadi dapat mempersulit Indonesia untuk melakukan ekspor. Sebab ketika perang dagang terjadi, negara yang terdampak tarif akan mengurangi produksi yang akhirnya turut berdampak ke Indonesia selaku eksportir bahan baku.

Josua sepakat bahwa ketidakpastian terkait perang dagang masih berpotensi membayangi kondisi pasar. Dengan demikian, rupiah diperkirakan masih melanjutkan tren pelemahannya.

Menurut Josua, rupiah kemungkinan melemah di kisaran Rp 16.400 – Rp 16.525 per dolar AS di perdagangan Selasa (4/2). 

Sedangkan, Ibrahim memproyeksi, rupiah melemah di kisaran Rp 16.430 – Rp 16.500 per dolar AS.

Berita Terkait

Emas Antam Hari Ini: Harga Naik Jadi Rp 1.968.000
Harga Emas Antam Hari Ini Naik! Cek Rincian Lengkapnya di Sini
MR DIY RUPST: Laba Ditahan, Dana Cadangan Wajib Naik
Rekomendasi Saham BBCA, ELSA, KLBF, UNVR: Potensi Cuan Senin Ini!
BI Rate Turun, Kok Bunga Kredit Bank Digital Masih Mahal?
PTBA Bagi Dividen Rp332 Per Saham, Catat Jadwalnya!
NICL Bagi Dividen Rp15, Peluang Investasi Saham Nikel?
Emiten Healthcare: Kenapa Sekarang ‘Tertatih’, Tapi Tetap Cuan Jangka Panjang?

Berita Terkait

Senin, 16 Juni 2025 - 09:37 WIB

Emas Antam Hari Ini: Harga Naik Jadi Rp 1.968.000

Senin, 16 Juni 2025 - 09:17 WIB

Harga Emas Antam Hari Ini Naik! Cek Rincian Lengkapnya di Sini

Senin, 16 Juni 2025 - 07:12 WIB

MR DIY RUPST: Laba Ditahan, Dana Cadangan Wajib Naik

Senin, 16 Juni 2025 - 06:57 WIB

Rekomendasi Saham BBCA, ELSA, KLBF, UNVR: Potensi Cuan Senin Ini!

Senin, 16 Juni 2025 - 05:47 WIB

BI Rate Turun, Kok Bunga Kredit Bank Digital Masih Mahal?

Berita Terbaru

finance

Emas Antam Hari Ini: Harga Naik Jadi Rp 1.968.000

Senin, 16 Jun 2025 - 09:37 WIB