Rupiah Diprediksi Masih Tertekan dalam Jangka Pendek, Ini Pemicunya

- Penulis

Jumat, 21 Februari 2025 - 07:37 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Rupiah diperkirakan masih akan tertekan untuk jangka pendek, meski Bank Indonesia (BI) mempertahankan BI Rate.

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan bahwa rupiah masih akan tertekan, baik karena sentimen dari dalam maupun luar. 

Ini dengan asumsi tidak ada perubahan signifikan dalam perkembangan eksternal, seperti konflik Rusia-Ukraina dan kebijakan tarif Trump.

Meski begitu, Lukman memperkirakan rupiah akan mampu bertahan di kisaran Rp 16.000 – Rp 16.500 per dolar Amerika Serikat (AS), terutama didorong oleh aksi intervensi BI. 

Selain itu, walau dalam tekanan ia juga memperkirakan BI akan memangkas suku bunga satu kali pada kuartal ini dan sekali lagi pada kuartal berikutnya.

“Karena data-data ekonomi yang mulai mendukung, seperti inflasi tahunan sudah di bawah 1% dan pada Januari, secara bulanan terjadi deflasi yang cukup besar, serta ekspor dan impor yang juga kian melemah, mencerminkan daya beli yang rendah,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (20/2).

Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana menyebutkan BI mempertahankan suku bunga sebagai pendekatan yang seimbang oleh BI. Menurutnya, hal tersebut mencerminkan kompromi antara tujuan pro-pertumbuhan dan pro-stabilitas.

Baca Juga :  INCI Bagikan Dividen Rp 35: Cek Jadwal dan Cara Mendapatkannya!

Di sisi lain, kebijakan moneter yang lebih berorientasi ke dalam (inward-looking) dapat meningkatkan risiko jangka pendek. 

Adapun risikonya meliputi arus modal keluar dan volatilitas rupiah akibat ketidakseimbangan global dan pelarian terhadap kualitas.

“Untuk kuartal I 2025, saya perkirakan ditutup di Rp 16.220 – Rp 16.420 per dolar AS,” kata Fikri.

Meski ada risiko, menurut Fikri langkah tersebut kemungkinan besar akan memberikan hasil jangka panjang yang positif. 

Sebab, hal itu menawarkan peluang untuk menumbuhkan optimisme investasi, memperkuat daya beli konsumen, menurunkan biaya pendanaan investasi, dan menciptakan kesempatan kerja yang lebih baik.

Lanjut Fikri, ketika BI menyikapi trade-off ini, keputusannya menggarisbawahi keseimbangan yang rumit antara menangani dinamika pasar yang terjadi saat ini dan mendorong lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan yang kuat dan inklusif.

Di tengah tekanan, revisi PP DHE juga menjadi angin segar. BI mengumumkan perluasan instrumen pengelolaan DHE SDA yang diperluas meliputi penempatan pada Term Deposit Valuta Asing (TD Valas DHE) dengan tenor sampai dengan 12 bulan, penempatan pada instrumen SVBI dan SUVBI dengan tenor sampai dengan 12 bulan, pemanfaatan melalui konversi TD Valas DHE menjadi FX Swap, FX Swap dengan underlying TD Valas DHE, SVBI, dan SUVBI, dan menggunakan instrumen tersebut sebagai agunan untuk kredit perbankan dalam mata uang rupiah.

Baca Juga :  Mengapa Singapore Airline Untung dan Garuda Indonesia Airline Merugi?

Fikri menyebutkan bahwa langkah-langkah ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap stabilitas nilai tukar domestik, menjaga kecukupan likuiditas rupiah, dolar AS, dan mata uang lainnya di sistem perbankan dan keuangan. 

“Selain itu juga diharapkan mengurangi kekhawatiran akan keterbatasan pendanaan bagi eksportir di tengah implementasi peraturan DHE SDA yang baru,” terangnya.

Dengan demikian, Fikri memproyeksikan rupiah di Rp 16.259 per dolar AS pada akhir tahun 2025. Lukman juga tetap mempertahankan rentang rupiah di Rp 16.000 – Rp 16.500 per dolar AS di akhir tahun.

“Namun tanpa intervensi yang cukup, rupiah bisa menyentuh atau bahkan di atas Rp 17.000 per dolar AS,” tutupnya.

Berita Terkait

Kredit Melambat, BI Catat Pertumbuhan 8,43% di Mei 2025
Emas Antam Anjlok, Harga Terbaru Rp1,937 Juta per Gram!
IHSG Diprediksi Turun Kamis, Ini Daftar Saham Rekomendasi Analis!
IPO CDIA: Bidik Rp 2,37 Triliun, Peluang Investasi Awal Menarik?
The Fed Tahan Suku Bunga, Wall Street Panik! Peluang Investasi?
RS Grup Emtek Kompak, Kenapa Saham Tak Dapat Dividen?
BI Rate Stabil, Bank Mandiri Optimis Kredit Tumbuh Berapa Persen?
NCKL Bagi Dividen Jumbo, Investor Harita Nickel Auto Cuan!

Berita Terkait

Kamis, 19 Juni 2025 - 10:28 WIB

Kredit Melambat, BI Catat Pertumbuhan 8,43% di Mei 2025

Kamis, 19 Juni 2025 - 10:17 WIB

Emas Antam Anjlok, Harga Terbaru Rp1,937 Juta per Gram!

Kamis, 19 Juni 2025 - 08:37 WIB

IHSG Diprediksi Turun Kamis, Ini Daftar Saham Rekomendasi Analis!

Kamis, 19 Juni 2025 - 07:43 WIB

IPO CDIA: Bidik Rp 2,37 Triliun, Peluang Investasi Awal Menarik?

Kamis, 19 Juni 2025 - 06:33 WIB

The Fed Tahan Suku Bunga, Wall Street Panik! Peluang Investasi?

Berita Terbaru

technology

Kamis Ini, Samsat Keliling Bali: Jadwal & Lokasi Terdekat!

Kamis, 19 Jun 2025 - 11:03 WIB

finance

Kredit Melambat, BI Catat Pertumbuhan 8,43% di Mei 2025

Kamis, 19 Jun 2025 - 10:28 WIB

finance

Emas Antam Anjlok, Harga Terbaru Rp1,937 Juta per Gram!

Kamis, 19 Jun 2025 - 10:17 WIB

Family And Relationships

Rachmat Irianto Kembali ke Persebaya, Wasiat Ayah Jadi Penyebabnya

Kamis, 19 Jun 2025 - 10:13 WIB