Rotasi Sektoral 2025: Peluang Investasi Terbaik Semester I Ini!

Avatar photo

- Penulis

Minggu, 1 Juni 2025 - 21:52 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Prospek Optimistis IHSG di Paruh Kedua 2025: Mematahkan Mitos “Sell in May” dan Mengincar Peluang Saham Unggulan

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menutup Mei 2025 dengan kinerja cemerlang, menguat signifikan sebesar 6,04%. Pencapaian ini secara telak mematahkan fenomena musiman “Sell in May,” di mana pasar saham kerap melemah di bulan kelima tersebut. Kini, perhatian investor beralih ke momentum penting berikutnya: musim rilis kinerja keuangan kuartal II-2025 yang akan segera tiba, serta kelanjutan musim pembagian dividen dari sejumlah emiten *big caps* yang loyal dan belum menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Menjelang rilis laporan keuangan semester pertama, data menunjukkan adanya aksi akumulasi beli yang masif oleh para pengelola dana, atau yang dikenal sebagai *fund manager*. Mereka cenderung mempertebal portofolio pada sektor-sektor defensif, sebuah langkah strategis untuk menjaga margin dan memitigasi risiko. Tren penguatan IHSG juga terlihat berlanjut di bulan Juni. Sepanjang Juni 2024, IHSG tercatat menguat 1,33%, melanjutkan tren positif dari Juni 2023 yang naik 0,43%.

Dinamika Sektoral Membentuk Arah Pergerakan IHSG

Oktavianus Audi, VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, memprediksi adanya *rebalancing* sektoral yang signifikan pada paruh kedua tahun 2025, terutama setelah rilis kinerja semester I-2025. Menurut Audi, pergerakan ini akan dipengaruhi oleh beberapa sentimen kunci. Pertama, potensi *pivot* Bank Sentral AS (The Fed) yang cenderung *dovish* di akhir tahun, membuka peluang bagi Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga acuan.

Kedua, stabilitas ekonomi makro domestik yang tetap solid. Kiwoom Sekuritas memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di kisaran 5% pada kuartal II-2025, dengan nilai tukar Rupiah yang stabil di bawah Rp 16.400 per dolar Amerika Serikat (AS). Ketiga, berbagai insentif dan stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah. Misalnya, untuk sektor properti, pemerintah memberikan penghapusan PPN 11% dan BPHTB sebesar 5% untuk pembelian rumah dengan harga maksimal Rp5 miliar. Selain itu, hilirisasi industri seperti hasil tambang, perkebunan, dan kendaraan listrik (EV) juga mendapatkan insentif PPN ditanggung pemerintah sebesar 10% untuk produksi *completely knocked down* (CKD). “Lalu hilirisasi industri, seperti hasil tambang dan perkebunan hingga EV mendapatkan insentif PPN ditanggung pemerintah sebesar 10% untuk CKD,” jelas Audi kepada Kontan, Sabtu (31/5).

Baca Juga :  Ekspansi Masif: Indo Boga Sukses Buka 75 Gerai Segafredo Caffe Baru

Rotasi Sektor dan Fenomena “Window Dressing” di Paruh Kedua

Memasuki paruh kedua tahun ini, Guntur Putra, CEO Pinnacle Investment, menyatakan bahwa IHSG berpotensi bergerak lebih dinamis. Hal ini didorong oleh beragam sentimen, mulai dari musim rilis kinerja hingga arah kebijakan bank sentral global. Guntur menyoroti fenomena *window dressing* yang secara historis seringkali mewarnai pergerakan pasar menjelang akhir tahun. Pada periode ini, manajer investasi umumnya berupaya memperkuat portofolio mereka.

Secara akumulasi di semester pertama, Guntur menambahkan, biasanya terjadi rotasi sektor. *Fund manager* cenderung melakukan aksi ambil untung atau *profit taking* dari saham-saham defensif yang telah terakumulasi. “*Fund manager* cenderung *profit taking* dari saham-saham defensif dan mulai masuk ke sektor-sektor yang memiliki potensi kenaikan tinggi atau *cyclical plays*,” kata Guntur.

Menambah perspektif historis, Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, mencermati bahwa dalam rata-rata 29 tahun terakhir, IHSG hanya mengalami koreksi pada bulan Agustus dan September. “Setidaknya di periode tersebut para pelaku pasar sudah mulai melakukan akumulasi di harga yang sudah terkoreksi, terutama pada saham-saham yang memiliki fundamental solid,” ucapnya.

Baca Juga :  Prospek Cerah Saham Indonesia: UBS Naikkan Peringkat, Namun Investor Perlu Waspadai Sentimen Ini

Saham-Saham Pilihan untuk Paruh Kedua 2025

Dengan berbagai dinamika yang diperkirakan terjadi, para analis juga telah mengidentifikasi sektor dan saham yang patut dicermati investor:

* Rekomendasi Guntur Putra: Ia memproyeksikan sektor perbankan dengan kapitalisasi pasar besar (large caps) dan sektor konsumen primer akan menjadi incaran utama para pengelola dana. Sektor perbankan *large caps* tetap menjadi tulang punggung IHSG berkat likuiditas tinggi dan kinerja yang solid, sementara sektor konsumen primer akan menarik jika inflasi domestik tetap terkendali.

* Rekomendasi Oktavianus Audi: Dengan gelontoran stimulus dan insentif pemerintah, Audi menilai akan terjadi rotasi menuju sektor konsumer siklikal. Sektor keuangan, properti, bahan baku, dan industri diperkirakan akan menjadi unggulan. Ia menyarankan investor untuk mencermati tren *inflow* asing; dalam satu hingga tiga bulan terakhir, investor asing terlihat mengoleksi saham-saham dari sektor keuangan, bahan baku, energi, dan telekomunikasi. Saham-saham yang direkomendasikan antara lain:
* Keuangan: BBRI, BBCA, BRIS, BMRI
* Bahan Baku: ANTM, BRMS, TPIA
* Energi: AADI, RATU
* Telekomunikasi: TLKM, EXCL, ISAT
Audi juga memberikan panduan tenor investasi: untuk jangka menengah hingga panjang, ia merekomendasikan sektor keuangan, properti, dan telekomunikasi. Sementara itu, untuk investasi tematik dan jangka pendek, sektor barang baku dan energi dapat menjadi pilihan.

* Rekomendasi Nafan Aji Gusta: Nafan menyertakan sejumlah saham pilihan untuk sisa tahun ini, meliputi: BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, BRMS, CPIN, EMTK, ISAT, KLBF, MAPA, PGAS, TLKM, dan UNTR.

Dengan memahami prospek ekonomi makro, kebijakan moneter, dan sentimen pasar, investor diharapkan dapat merancang strategi investasi yang tepat untuk mengoptimalkan potensi penguatan IHSG di paruh kedua tahun ini.

Berita Terkait

Laba Alfaria Trijaya (AMRT) Naik 4,98% Jadi Rp 1,88 Triliun pada Semester I-2025
BI Malang Dorong UMKM dan Ekonomi Syariah lewat MBF 2025
IHSG Terkoreksi: Merdeka Group Jatuh, LQ45 Tertekan di Sesi I
UNVR Semester I 2025: Fundamental Kuat, Tumbuh di Kuartal III
BRIS, MLIA, PANI: Rekomendasi Teknikal Saham Mirae Sekuritas
Dolar AS Menguat! Sentimen The Fed Dorong Indeks Dolar ke 99
SMDR Bagi Dividen Interim Rp 40,92 Miliar: Laba Bersih Melejit!
Saham Pilihan MNC Sekuritas Hari Ini: Potensi Cuan 31 Juli!

Berita Terkait

Kamis, 31 Juli 2025 - 15:10 WIB

Laba Alfaria Trijaya (AMRT) Naik 4,98% Jadi Rp 1,88 Triliun pada Semester I-2025

Kamis, 31 Juli 2025 - 13:39 WIB

BI Malang Dorong UMKM dan Ekonomi Syariah lewat MBF 2025

Kamis, 31 Juli 2025 - 12:50 WIB

IHSG Terkoreksi: Merdeka Group Jatuh, LQ45 Tertekan di Sesi I

Kamis, 31 Juli 2025 - 12:15 WIB

UNVR Semester I 2025: Fundamental Kuat, Tumbuh di Kuartal III

Kamis, 31 Juli 2025 - 10:31 WIB

BRIS, MLIA, PANI: Rekomendasi Teknikal Saham Mirae Sekuritas

Berita Terbaru

Uncategorized

Gawat! Garnacho Pilih Chelsea Jika Cabut dari MU?

Sabtu, 2 Agu 2025 - 02:31 WIB

Uncategorized

Indonesia Bangga! Siswa Raih Medali di Olimpiade Fisika 2025

Sabtu, 2 Agu 2025 - 02:24 WIB

Uncategorized

DJ Panda Posting Foto Erika Carlina & Anak: Ada Apa?

Sabtu, 2 Agu 2025 - 02:03 WIB

politics

Hasto Bebas, Lalu? Bukan Megawati Tujuan Pertamanya!

Sabtu, 2 Agu 2025 - 01:42 WIB