Ragamutama.com JAKARTA. Kinerja keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada triwulan pertama tahun ini menunjukkan pertumbuhan yang stabil, selaras dengan perkiraan sejumlah analis.
Jeffrosenberg Chenlim, seorang analis dari Maybank Sekuritas, dalam riset yang dipublikasikan pada 29 April 2025, menyatakan bahwa prospek pertumbuhan BBNI tetap menjanjikan, meskipun laba bersih yang dicatatkan pada kuartal I 2025 memperlihatkan kenaikan yang moderat. “Hasil ini sejalan dengan ekspektasi internal kami, meskipun sedikit di bawah perkiraan konsensus pasar untuk tahun 2025,” ungkapnya dalam laporan tersebut.
Pada akhir kuartal I 2025, BBNI berhasil mencatatkan laba sebesar Rp 5,4 triliun, meningkat 1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini mencapai 24% dari estimasi yang dibuat oleh Maybank Sekuritas, dan 23% dari konsensus pasar untuk tahun 2025. Maybank Sekuritas memproyeksikan laba BNI sepanjang tahun 2025 akan mencapai Rp 22,7 triliun.
Saham BBNI dan BBTN Kompak Melemah Hari Ini (15/4), Simak Rekomendasi Analis
Pendorong utama pertumbuhan laba adalah peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 4,7% secara tahunan. Namun, laju pertumbuhan ini sedikit tertahan oleh kenaikan biaya operasional (opex) sebesar 4,3% secara tahunan, serta peningkatan biaya pencadangan yang sedikit lebih tinggi, yaitu 0,9% secara tahunan.
Meskipun pendapatan bunga bersih mengalami peningkatan, margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 10 bps secara tahunan. Hal ini disebabkan oleh penurunan imbal hasil aset dan biaya dana yang masih relatif tinggi. “Persaingan dalam pendanaan dan pemberian pinjaman diperkirakan akan menjaga NIM tetap rendah pada paruh pertama tahun ini,” prediksi Jeffrosenberg dalam risetnya.
Meskipun kredit tahunan menunjukkan pertumbuhan sebesar 10,1% secara tahunan, pinjaman secara kuartalan justru mengalami penurunan sebesar 1,3%. Pertumbuhan pinjaman ini didorong oleh peningkatan kredit korporasi swasta sebesar 17% secara tahunan. Kredit korporasi BUMN tercatat naik 13,3% secara tahunan, KPR tumbuh 12,5% secara tahunan, dan pinjaman personal meningkat 13,7% secara tahunan.
Rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) BBNI juga tergolong tinggi, mencapai level 93%. “Hal ini akan membatasi potensi pertumbuhan pinjaman di masa mendatang, kecuali terjadi lonjakan signifikan dalam simpanan. Namun, mengingat ketatnya persaingan dalam pendanaan, hal tersebut berisiko menekan margin lebih lanjut,” jelas Jeffrosenberg.
Ini Top Losers LQ45 saat IHSG Naik 1,15% pada Selasa (15/4), Ada BBNI, AMRT, dan ACES
Meskipun demikian, kualitas kredit BBNI dinilai cukup solid. “Dengan fokus BBNI pada kualitas dibandingkan kuantitas dalam beberapa tahun terakhir, kualitas pinjamannya tetap terjaga dengan baik tahun ini,” ungkap Jeffrosenberg.
Sebagai hasilnya, rasio kredit macet (Non-Performing Loans/NPL) tetap stabil di kisaran 2% pada kuartal I-2025. Angka ini tidak berubah dari posisi pada kuartal I tahun 2024. Sementara itu, posisi risiko kredit (Loan at Risk/LAR) mengalami penurunan menjadi 10,9% pada kuartal I-2025, dibandingkan dengan 13,3% pada kuartal I-2024.
“Selain itu, cadangan kerugian terhadap NPL (NPL coverage) tetap tinggi, berada di atas 250%, yang kami anggap lebih dari cukup untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas aset,” papar Jeffrosenberg.
Realisasi kinerja BBNI ini membuat Jeffrosenberg mempertahankan rekomendasi beli (buy) untuk saham BBNI dengan target harga Rp 6.100, berdasarkan target valuasi 1,3x P/BV di tahun 2025.
Upaya Bank BNI dalam membangun fondasi yang kokoh melalui pengelolaan kualitas kredit yang baik diharapkan dapat membatasi risiko penurunan kualitas aset. “Risiko penurunan terhadap rekomendasi saham BBNI kami akan muncul jika terjadi kenaikan biaya operasional (opex) yang signifikan dan
penurunan drastis dalam kualitas pinjaman,” pungkas Jeffrosenberg.
Total Dividen BBNI Berjumlah Rp 13,9 T, Badan Usaha Asing Kebagian Jatah Rp 3,42 T