Dibalik Evakuasi Dramatis WN Brasil Juliana di Rinjani: Basarnas Ungkap Kendala Ekstrem Oksigen Tipis dan Medan Mengerikan
Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, baru-baru ini mengungkap berbagai kendala ekstrem yang dihadapi tim SAR di lapangan. Mereka berjuang keras dalam misi penyelamatan Juliana De Souza Pereira Marins (27), warga negara Brasil yang terjatuh di medan terjal Gunung Rinjani.
Syafii menjelaskan, selain kondisi cuaca yang kerap tidak bersahabat, terbatasnya kadar oksigen di ketinggian 9 ribu kaki menjadi salah satu hambatan utama yang mengancam keselamatan tim penyelamat. “Posisi lokasi jatuhnya korban berada di ketinggian 9 ribu kaki, di mana pada elevasi tersebut kondisi oksigen sudah sangat terbatas,” terang Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii dalam sebuah jumpa pers yang diadakan pada Selasa (24/6).
Kombinasi faktor ini secara signifikan mempersulit pergerakan tim evakuasi di lokasi. Medan yang dihadapi berupa jurang yang sangat curam dan terjal, memaksa para *rescuer* menyusuri jalan setapak yang sempit dengan suhu ekstrem yang sangat rendah.
Syafii kembali menekankan betapa kritisnya situasi: “Kondisi yang saya sampaikan tadi, salah satunya adalah oksigen yang sudah mulai mengikis.” Ia menambahkan kekhawatiran utamanya adalah keselamatan tim. “Ini membutuhkan upaya ekstra dan pemikiran matang agar setiap tindakan yang dilakukan oleh tim penyelamat, termasuk pengoperasian pesawat yang telah diberangkatkan ke lokasi, dapat terlaksana dengan aman dan tanpa risiko tambahan,” jelasnya serius.
Meskipun demikian, seluruh potensi Tim SAR gabungan yang dikerahkan memiliki satu tujuan utama: menyelamatkan Juliana sesegera mungkin. Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii pun memohon doa dan dukungan dari seluruh masyarakat. “Apa yang dilakukan tim SAR gabungan ini, mudah-mudahan diberikan kemudahan. Semoga cuaca dan juga medan ekstrem yang kami hadapi dapat kami taklukkan, sehingga korban bisa segera dievakuasi,” harapnya penuh harap.
Sebagai respons terhadap tantangan ini, Basarnas kini telah mengerahkan tim khusus elit, Basarnas Special Group (BSG), yang beranggotakan 6 personel. Pengiriman tim ini merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan kapabilitas evakuasi di medan sulit.
Tim BSG ini, menurut Syafii, telah berangkat menuju Mataram sejak pagi hari. Bersamaan dengan itu, satu unit pesawat juga diberangkatkan dari Bogor langsung menuju lokasi kejadian. Diperkirakan, tim dan pesawat ini akan tiba di area operasi sekitar pukul 15.00 WIB, siap mendukung upaya penyelamatan.
Sementara menunggu kedatangan bantuan, proses evakuasi secara manual oleh tim penyelamat yang sudah berada di lokasi terus berlanjut tanpa henti. Mereka akan terus berkoordinasi secara intensif. “Nantinya, komunikasi melekat akan terus dilaksanakan untuk menilai apakah pesawat memungkinkan untuk merapat ke pos yang berada di Sembalun sore ini,” pungkas Syafii, menunjukkan fokus pada koordinasi operasional di lapangan.