Kinerja Reksadana Saham Melonjak: Sinyal Optimisme di Tengah Dinamika Pasar Global
Kinerja reksadana saham di Indonesia tengah menunjukkan sinyal positif yang menggembirakan. Dalam sebulan terakhir, imbal hasilnya tercatat melonjak signifikan sebesar 6,26%, menandakan perbaikan pola di tengah dinamika pasar ekuitas.
Menurut Direktur STAR AM, Hanif Mantiq, peningkatan performa ini tak lepas dari sejumlah faktor eksternal yang meredakan ketidakpastian. Salah satunya adalah meredanya tensi ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kedua negara adidaya tersebut berhasil mencapai kesepakatan untuk memangkas bea impor selama 90 hari ke depan, setelah sebelumnya saling melancarkan aksi serang tarif yang sengit.
Hanif juga menambahkan bahwa pergerakan dana asing ke pasar domestik turut didorong oleh keputusan lembaga pemeringkat seperti Moody’s yang menurunkan peringkat kredit AS dari A-triple. “Ditambah dengan keputusan JP Morgan untuk menaikkan rating di **pasar *emerging market*** dari netral menjadi *underweight*, yang menurut Hanif turut mendorong aliran dana asing kembali masuk ke pasar domestik,” jelas Hanif kepada Kontan.co.id pada Jumat (30/5).
Data transaksi dari Bank Indonesia (BI) per 26-27 Mei 2025 lebih lanjut menguatkan optimisme ini, dengan mencatatkan pembelian bersih (*net buy*) sebesar Rp 0,11 triliun di pasar saham. Senada dengan itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menunjukkan penguatan 0,46% dalam sepekan. “Ini mengindikasikan sinyal awal meredanya tekanan jual dari investor, sekaligus kepercayaan yang perlahan mulai kembali melirik pasar ekuitas,” terang Hanif.
Namun demikian, Hanif mengingatkan bahwa indikasi *rebound* ini masih memerlukan pembuktian ketahanan. Pasalnya, berbagai sentimen pasar dan stimulus yang hadir saat ini cenderung bersifat sementara dan hanya untuk jangka pendek. “Alhasil, *rebound* yang terjadi masih terbilang terbatas, dengan volume yang relatif kecil, serta masih tingginya ketergantungan pada sentimen eksternal,” imbuhnya.
Pandangan serupa disampaikan oleh Reza Fahmi Riawan, Head of Business and Development Henan Putihrai AM. Ia memprediksi bahwa pasar masih berpotensi menghadapi volatilitas dalam jangka pendek, khususnya dengan mempertimbangkan faktor eksternal seperti kebijakan suku bunga acuan oleh Federal Reserve (Fed) dan ketegangan perdagangan global yang masih membayangi.
Meskipun demikian, Reza menyoroti bahwa indeks Capital Sensitivity Analysis (CSA) telah menunjukkan lonjakan optimisme investor hingga mencapai level 73,3. “Meski ada optimisme, investor tetap harus berhati-hati terhadap potensi koreksi jangka pendek,” tegas Reza kepada Kontan.co.id, Minggu (1/6).
Di sisi domestik, Reza menilai bahwa sentimen pasar positif muncul dari kebijakan pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia menjadi 5,50%. Langkah ini mulai menunjukkan dampak positif pada sektor perbankan dan mendorong peningkatan likuiditas pasar. “Kebijakan pemangkasan tingkat bunga penjaminan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga turut memberikan dorongan bagi pasar saham,” imbuhnya.
Melihat ke depan, prospek reksadana saham diproyeksikan cerah, terutama dengan stabilnya kebijakan moneter dan berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik. Saham-saham dari sektor keuangan, komoditas, konsumer, serta properti atau infrastruktur dinilai memiliki potensi penguatan yang menarik untuk dicermati oleh investor.
Reza kemudian membocorkan salah satu produk unggulan dari Henan Asset, yakni HPAM Ultima Ekuitas 1, yang berhasil mencatatkan imbal hasil 2,43% dalam sebulan terakhir. Berdasarkan *fund fact sheet* per April 2025, sebagian besar aset saham produk ini, yaitu 47,7%, dialokasikan ke sektor keuangan, dengan penempatan signifikan pada saham-saham seperti BMRI sebesar 8,7% dan BBCA sebesar 8,5%.
Tak ketinggalan, STAR AM turut merekomendasikan salah satu produk unggulannya, yakni Reksadana STAR Infobank 15. Reksa dana ini berisikan 15 saham perbankan terbaik, dengan alokasi signifikan pada saham-saham sektor keuangan, termasuk BBCA dengan porsi 19,95%. Dalam sebulan terakhir, reksa dana ini berhasil mencatatkan kinerja impresif sebesar 5,53%.