Rekor IHSG: Saham Konglomerat Tak Likuid Jadi Pendorong Utama?

Avatar photo

- Penulis

Selasa, 29 Juli 2025 - 06:41 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan performa impresif, nyaman bertahan di zona hijau selama empat hari perdagangan berturut-turut, bahkan berhasil menembus level psikologis 7.600.

Pada penutupan perdagangan Senin (28/7/2025), IHSG sukses menguat 0,94% atau melonjak 71,26 poin, mengakhiri sesi di level 7.614,76. Kinerja luar biasa ini menjadikan total kenaikan indeks secara year-to-date (ytd) mencapai 7,55%, sekaligus mencetak rekor baru sebagai level tertinggi sepanjang tahun ini.

Waspada, Penguatan IHSG Masih Rapuh

Namun, di balik kegemilangan IHSG, terdapat sebuah fenomena yang menarik perhatian para pengamat pasar modal. Sejak awal tahun, laju penguatan IHSG secara signifikan dipengaruhi oleh lonjakan harga sejumlah saham milik para konglomerat besar di Indonesia.

Berdasarkan data statistik Bursa Efek Indonesia (BEI) per Senin (28/7), saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang terafiliasi dengan konglomerat Toto Sugiri dan Anthoni Salim, tampil sebagai kontributor terbesar. DCII membukukan kenaikan harga fantastis hingga 723,57% secara year-to-date (ytd), menyumbangkan 355,02 poin terhadap indeks IHSG. Disusul oleh PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) dari grup Sinarmas, yang turut melonjak 78,11% ytd dan memberikan kontribusi 111,19 poin bagi IHSG.

Tak ketinggalan, saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) milik taipan Prajogo Pangestu juga mencatat kenaikan signifikan 168,48% ytd, menyumbang 96,15 poin. Selain ketiga emiten tersebut, saham SMMA dan CDIA juga berperan penting sebagai penopang pergerakan IHSG sepanjang tahun berjalan ini.

IHSG Tembus Level 7.500, Cek Saham yang Paling Banyak Diburu Asing Kemarin

Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat, mengemukakan bahwa karakteristik kenaikan IHSG kali ini terbilang tidak lazim. Menurut Teguh, dalam kondisi pasar yang normal, saham-saham yang umumnya menjadi penopang utama penguatan indeks adalah saham-saham tradisional berkapitalisasi besar (big cap) dari sektor perbankan, seperti BBCA, BMRI, atau BBRI.

Baca Juga :  PTPP Tingkatkan Kinerja: Divestasi Anak Usaha dan Pelepasan Jalan Tol

Ironisnya, saat ini saham-saham perbankan big cap tersebut belum menunjukkan pelemahan signifikan. Sebaliknya, Teguh menyoroti lonjakan harga yang sangat tajam pada saham-saham konglomerat yang, meskipun tergolong tidak likuid, namun memiliki kapitalisasi pasar yang sangat besar. Contoh nyata adalah PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dari Grup Salim dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) bagian dari Grup Sinarmas.

“Kapitalisasi pasar DCII sekarang sudah menembus lebih dari Rp 800 triliun di harga saat ini. Kenaikannya sebenarnya tidak wajar atau aneh begitu. DSSA juga sama,” jelas Teguh kepada Kontan, Senin (28/7) malam.

Lebih lanjut, Teguh menganalisis bahwa lonjakan harga saham-saham tersebut tidak didorong oleh aksi beli masif dari investor asing maupun domestik. Hal ini tercermin dari nilai transaksi di pasar yang cenderung sepi, ditambah lagi dengan fakta bahwa investor asing justru mencatatkan net sell sejak awal tahun.

IHSG Naik 0,6% Pagi Ini, Saham COIN Tak Bisa Diperdagangkan?

“Mungkin ada sedikit pembelian dari investor lokal, dan sebagian dana tersebut mungkin masuk ke saham-saham milik konglomerat itu tadi. Namun, investor asing justru terus melakukan aksi jual,” ungkap Teguh.

Teguh memaparkan bahwa kepemilikan saham di emiten-emiten besar dan blue chip seperti BBCA, BBRI, BMRI, ASII, dan TLKM didominasi oleh investor asing. Sebagai ilustrasi, saham BBRI yang 60% kepemilikannya dipegang oleh pemerintah, sementara 40% sisanya dimiliki publik. Dari porsi publik ini, sekitar 70% dikuasai oleh investor asing dan hanya 30% oleh investor domestik. Ini berarti, tanpa menghitung porsi pemerintah, kepemilikan asing atas saham-saham blue chip sangat signifikan, dan mereka saat ini aktif melakukan aksi jual.

Baca Juga :  5 Zodiak Paling Beruntung Hari Ini 10 Februari 2025,Capricorn Dibanjiri Rezeki Nomplok

IHSG Rawan Terkoreksi, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Kondisi inilah yang seharusnya memberikan tekanan besar pada harga saham-saham tradisional yang selama ini menjadi penopang utama IHSG. Namun, anomali terjadi: IHSG tetap mampu mencatatkan penguatan. Hal ini semata-mata disebabkan oleh lonjakan harga luar biasa pada sejumlah saham konglomerat tertentu yang, meskipun tidak likuid, mengalami kenaikan harga drastis hingga kapitalisasi pasarnya melejit signifikan.

Teguh menegaskan bahwa fenomena semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah pasar modal Indonesia.

“Dulu, jika saham seperti BBCA, BBRI, dan lainnya turun, maka IHSG pasti ikut turun. Sekarang tidak demikian. IHSG justru tetap naik karena terdorong oleh saham-saham yang harganya melonjak sangat tinggi, padahal tidak ada aksi korporasi atau berita fundamental yang mendasari kenaikan tersebut,” Teguh menjelaskan.

IHSG Siap Menguat Lagi, Cek Saham Rekomendasi BNI Sekuritas Hari Ini Selasa (22/7)

Lebih jauh, Teguh berpendapat bahwa jika lonjakan harga saham-saham tersebut dipicu oleh sentimen buyback yang terjadi pada awal tahun, seharusnya dampaknya merata ke seluruh saham di bursa, bukan hanya terbatas pada emiten tertentu seperti DCII. Teguh menyimpulkan, “Ada indikasi peran market maker di balik pergerakan ini.”

Teguh juga mencermati bahwa kondisi pasar yang tidak biasa ini justru membuat banyak investor, termasuk institusi besar seperti dana pensiun dan manajemen aset, menjadi enggan masuk ke pasar saham. “Mereka menanti koreksi IHSG agar dapat membeli saham-saham di harga murah. Sekarang, memang sahamnya sudah murah, tapi IHSG justru terus naik. Kondisi ini membuat pasar semakin sepi, dan institusi seperti dana pensiun jadi tidak berani lagi berinvestasi,” pungkas Teguh.

Berita Terkait

Rekening Menganggur Diblokir, PPATK: Uang Nasabah Tetap Utuh 100 Persen
Pendapatan dan Laba Bersih Era Media Sejahtera (DOOH) Melesat pada Semester I-2025
IHSG Menguat Tajam ke 7.624, BRPT, AKRA, JPFA Teratas
UMA Incar BIPI, BUVA, & BBHI: Analisis Pergerakan Harga Saham
Indonesia Berduka: Ekonom Kwik Kian Gie Tutup Usia
Prediksi Saham BUMI, CUAN, RAJA: Rekomendasi Teknikal Mirae Sekuritas
Rupiah Melemah ke Rp 16.387/USD, Pasar Asia Bervariasi
IHSG Menguat Hari Ini? Cek Analisis & Rekomendasi Saham Selasa!

Berita Terkait

Selasa, 29 Juli 2025 - 13:59 WIB

Rekening Menganggur Diblokir, PPATK: Uang Nasabah Tetap Utuh 100 Persen

Selasa, 29 Juli 2025 - 13:40 WIB

Pendapatan dan Laba Bersih Era Media Sejahtera (DOOH) Melesat pada Semester I-2025

Selasa, 29 Juli 2025 - 13:11 WIB

IHSG Menguat Tajam ke 7.624, BRPT, AKRA, JPFA Teratas

Selasa, 29 Juli 2025 - 11:52 WIB

UMA Incar BIPI, BUVA, & BBHI: Analisis Pergerakan Harga Saham

Selasa, 29 Juli 2025 - 10:16 WIB

Indonesia Berduka: Ekonom Kwik Kian Gie Tutup Usia

Berita Terbaru

War And Conflicts

Geger Perbatasan: Thailand Tuduh Kamboja Langgar Gencatan Senjata!

Selasa, 29 Jul 2025 - 15:59 WIB

Public Safety And Emergencies

Kebakaran Pasar Taman Puring: Ini Dugaan Penyebab Awalnya!

Selasa, 29 Jul 2025 - 15:53 WIB

sports

Jay Idzes Serie A: Fabrizio Romano Ungkap Klub Terdepan!

Selasa, 29 Jul 2025 - 15:29 WIB