Raja Ampat Merana, Anggota DPR: Tambang Nikel Tak Sentuh Warga

Avatar photo

- Penulis

Minggu, 8 Juni 2025 - 10:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tambang Nikel Raja Ampat: Anggota DPR Robert Joppy Kardinal Soroti Minimnya Manfaat bagi Warga Lokal dan Ancaman Lingkungan

Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dari Fraksi Partai Golkar, Robert Joppy Kardinal, secara tegas menyatakan bahwa keberadaan tambang nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya, belum memberikan manfaat nyata bagi masyarakat setempat. Pandangan ini muncul setelah legislator asal Sorong tersebut melakukan kunjungan langsung ke lokasi.

Dalam kunjungannya ke Distrik Waigeo Barat Kepulauan pada Maret dan April lalu, Robert Joppy Kardinal menyaksikan langsung penolakan keras warga setempat terhadap aktivitas pertambangan. Ia menyoroti minimnya pelibatan masyarakat lokal, terutama karena mayoritas pekerja justru berasal dari luar daerah. “Masyarakat hanya dapat bantuan Rp10 juta per tahun. Ini kan tidak ada manfaat. Yang bekerja, semua orang dari luar,” tegas Robert kepada *Tribunnews.com*, Sabtu (7/6/2025), menggarisbawahi kegagalan tambang untuk memberikan kontribusi berarti.

Kardinal lebih lanjut menegaskan bahwa partisipasi masyarakat lokal dalam kegiatan tambang, baik sebagai tenaga kerja maupun kontraktor, sangat terbatas. Ironisnya, sebagian besar pekerja dan pihak yang terlibat justru didatangkan dari luar daerah, bahkan dari Jakarta. “Coba lihat siapa yang bekerja. Masa orang-orang Sorong tidak bisa jadi kontraktor di situ? Semua bawa dari Jakarta. Jadi uangnya balik lagi ke Jakarta. Terus manfaatnya apa di situ?” protes legislator yang berasal dari Sorong, Papua Barat Daya ini, menyoroti aliran ekonomi yang tidak berpihak pada daerah setempat.

Baca Juga :  Prabowo Subianto & Macron: Toast Persahabatan di Gala Diner

Selain isu ekonomi dan sosial, Robert Joppy Kardinal juga menyoroti potensi dampak lingkungan serius akibat aktivitas pertambangan ini. Menurutnya, operasional tambang berisiko besar mengganggu kawasan konservasi yang dilindungi di Raja Ampat, terutama karena ancaman tumpahan bijih nikel saat proses pengangkutan melalui laut. “Tidak boleh (ada pertambangan), karena namanya konservasi. Waktu mereka melakukan pemuatan, pasti ada yang jatuh ke laut. Itu berarti kawasan konservasinya terganggu,” jelasnya, memperingatkan bahaya terhadap ekosistem laut yang rapuh.

Melihat berbagai permasalahan tersebut, Robert mendesak pemerintah untuk segera melakukan evaluasi komprehensif terkait keberadaan tambang nikel di Raja Ampat. Evaluasi ini, menurutnya, harus fokus pada dampak nyata terhadap lingkungan dan manfaat yang diterima masyarakat lokal. “Kalau mau dicabutkan, dia perlu evaluasi. Kita tunggu evaluasinya seperti apa. Tetapi langkah konkret, harus dilihat, apa manfaatnya untuk masyarakat,” pungkasnya, menekankan pentingnya akuntabilitas dan keberpihakan pada warga setempat.

Baca Juga :  Meutya Hafid Bakal Temui Airlangga Bahas soal Kesepakatan Transfer Data Pribadi RI-AS

Sebagai respons terhadap polemik yang berkembang, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, sebelumnya telah mengambil langkah tegas dengan menghentikan sementara operasional tambang nikel di Raja Ampat. Keputusan ini diambil untuk memungkinkan verifikasi lapangan secara menyeluruh. “Itu kami untuk sementara hentikan operasinya sampai dengan verifikasi lapangan, kami akan cek,” ujar Bahlil dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (5/6/2025). Ia menambahkan, “Untuk sementara kegiatan produksinya disetop dulu sampai menunggu hasil peninjauan dan verifikasi dari tim saya,” menegaskan komitmen pemerintah untuk meninjau ulang kelayakan tambang ini.

Berita Terkait

Tiket HUT RI ke-80 di Istana: Kuota Naik Jadi 2.000!
Dudung Bicara Bendera One Piece: Persatuan Bangsa Jadi Sorotan!
PDIP: Bendera One Piece Bukan Makar! Kritik Pengibaran Berlebihan?
Kata Herman Khaeron Soal Penegakan Hukum ke Pengibar Bendera One Piece
Tom Lembong vs Hakim: Laporan ke MA, Apa Pemicunya?
Besok! PSU Pilkada Papua Digelar: Penentu Masa Depan?
One Piece: Bendera Berkibar, Amnesty Kecam Respons Pemerintah!
Gibran One Piece: Strategi Politik di Pilpres 2024?

Berita Terkait

Selasa, 5 Agustus 2025 - 20:27 WIB

Tiket HUT RI ke-80 di Istana: Kuota Naik Jadi 2.000!

Selasa, 5 Agustus 2025 - 18:21 WIB

Dudung Bicara Bendera One Piece: Persatuan Bangsa Jadi Sorotan!

Selasa, 5 Agustus 2025 - 18:14 WIB

PDIP: Bendera One Piece Bukan Makar! Kritik Pengibaran Berlebihan?

Selasa, 5 Agustus 2025 - 15:34 WIB

Kata Herman Khaeron Soal Penegakan Hukum ke Pengibar Bendera One Piece

Selasa, 5 Agustus 2025 - 13:49 WIB

Tom Lembong vs Hakim: Laporan ke MA, Apa Pemicunya?

Berita Terbaru

Uncategorized

Ganda Putra Indonesia ke Final 2025: Peluang Juara Dunia Terbuka!

Rabu, 6 Agu 2025 - 07:33 WIB

Society Culture And History

Bendera One Piece Berkibar Jelang 17-an, Parpol Bereaksi!

Rabu, 6 Agu 2025 - 07:12 WIB

Uncategorized

Marquez Ulangi Rekor 2014? Analisis Peluang dan Tantangan!

Rabu, 6 Agu 2025 - 07:05 WIB

Uncategorized

Jabodetabek Siaga Hujan: Prakiraan Cuaca BMKG 6-8 Agustus 2025

Rabu, 6 Agu 2025 - 05:41 WIB