Ragamutama.com JAKARTA – Hanya dengan penerbangan singkat 1,5 jam dari Jakarta, Anda bisa mencapai Singapura, yang menempati posisi ke-3 sebagai negara “paling bahagia” di dunia pada tahun 2025. Sebuah prestasi yang patut dibanggakan!
Dalam daftar tersebut, Singapura berada di bawah Copenhagen dan Zurich, dua kota yang secara konsisten menduduki peringkat atas. Menariknya, ada dua kota Asia lainnya yang berhasil masuk dalam 10 besar, yaitu Seoul di posisi ke-6 dan Taipei di posisi ke-8.
Rincian ini terungkap dalam Happy City Index terbaru yang dikeluarkan oleh Institute for the Quality of Life. Indeks ini mengukur 82 indikator berbeda yang tersebar di enam tema utama, yang menurut mereka “secara langsung memengaruhi” tingkat kebahagiaan penduduk.
: Jejak Pemerintah Singapura di Saham LQ45
Keenam kategori tersebut mencakup beragam aspek, mulai dari kualitas warga negara, efektivitas tata kelola, kelestarian lingkungan, kekuatan ekonomi, fasilitas kesehatan, hingga kemudahan mobilitas.
Dengan perolehan skor total sebesar 979 poin, Singapura tampil sebagai “mercusuar global untuk kemakmuran ekonomi, tata kelola yang baik, dan inovasi perkotaan”, demikian bunyi kesimpulan dari indeks tersebut.
: : Penyebab Covid-19 kembali Menyeruak di Singapura, Hong Kong, hingga Thailand
Pendidikan dan inovasi diakui sebagai “inti dari keberhasilan Singapura”. Universitas-universitas di negara ini secara konsisten menduduki peringkat 50 teratas di tingkat global, menurut analisis dalam indeks tersebut.
Singapura juga berhasil mempertahankan konektivitas global yang kuat, dengan lebih dari 63% penduduknya mampu berbicara setidaknya satu bahasa asing dan 55% memiliki keterampilan digital yang mumpuni.
: : Kepri Siapkan Empat Skema Visa Khusus untuk Tingkatkan Kunjungan Wisman Singapura
Indeks tersebut juga menyoroti bagaimana negara ini mendorong kemajuan teknologi dan memastikan aliran inovasi yang berkelanjutan, tercermin dari angka 7,37 paten yang diajukan per 10.000 penduduk.
Tata kelola yang efektif dan transparansi menjadi faktor penentu keunggulan administratif Singapura. Indeks tersebut menegaskan adanya “tingkat keterlibatan warga negara yang tinggi” dalam proses pengambilan keputusan.
Indeks juga memuji Singapura karena mengoperasikan platform data terbuka yang komprehensif, menyediakan sebanyak 8.086 set data yang dapat diakses oleh publik secara bebas.
Tata kelola digital telah terintegrasi dengan mulus ke dalam kehidupan sehari-hari, contohnya layanan elektronik untuk pelaporan kerusakan, pembayaran online yang praktis, serta penjadwalan janji temu yang mudah.
Dalam tema kesehatan, yang menjadi tambahan baru dalam edisi Happy City Index kali ini, indikatornya mencakup kesehatan mental, kualitas nutrisi, dan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Dengan sistem asuransi kesehatan universal dan ketersediaan 2,8 dokter per 1.000 penduduk, layanan kesehatan di Singapura digambarkan sebagai “dapat diakses dan efisien” oleh indeks tersebut.
Disebutkan pula bahwa negara ini memberikan penekanan kuat pada inisiatif kesehatan publik, terbukti dengan harapan hidup yang tinggi, mencapai 83 tahun, dan tingkat obesitas yang rendah.
Layanan kesehatan mental terus mengalami peningkatan, dengan 15% dari populasi orang dewasa menerima perawatan yang terkoordinasi.
Indeks tersebut juga menyoroti “tingkat kejahatan yang minimal”, dengan hanya 3,31 insiden kekerasan publik yang tercatat per 1.000 penduduk.
Mengenai infrastruktur mobilitas dan transportasi Singapura, indeks menyatakan bahwa negara ini memiliki “salah satu yang paling maju di dunia”, seraya menambahkan bahwa kota ini “memprioritaskan pilihan angkutan umum yang berkelanjutan”.
“Sistem manajemen lalu lintas yang cerdas memastikan kelancaran pergerakan perkotaan, sementara para komuter juga diuntungkan oleh sistem pembayaran elektronik yang terintegrasi sepenuhnya,” tulis laporan tersebut.
Indeks tersebut juga mencatat bahwa seluruh kendaraan angkutan umum di Singapura telah sepenuhnya disesuaikan untuk mengakomodasi kebutuhan para penyandang disabilitas mobilitas.
“Angka kematian terkait lalu lintas juga tergolong rendah, hanya 0,24 per 10.000 penduduk, berkat langkah-langkah keselamatan yang ketat dan perencanaan kota yang efisien,” demikian penjelasan laporan tersebut.
Terakhir, indeks tersebut menekankan bahwa keberlanjutan merupakan “inti” dari kebijakan perkotaan Singapura dan bahwa kota ini menjadi pelopor dalam perlindungan keanekaragaman hayati serta adopsi energi terbarukan.
Dengan 100% penduduk yang dilayani oleh fasilitas pengolahan limbah, Singapura menjunjung tinggi standar lingkungan yang tinggi.
Indeks tersebut menambahkan bahwa meskipun pengelolaan limbah tetap menjadi tantangan di negara tersebut, upaya daur ulang terus ditingkatkan secara berkelanjutan.
Ini merupakan edisi ke-6 dari Indeks Kota Bahagia, yang dijalankan oleh lembaga think tank yang berbasis di London, yaitu Institute for the Quality of Life.
Sambil menekankan bahwa “tidak ada satu kota pun yang dapat dilabeli sebagai yang terbaik dalam memastikan kebahagiaan warganya dalam jangka panjang”, indeks tersebut mengidentifikasi sekelompok kota yang mereka sebut sebagai Kota Emas – “lokasi paling bahagia di dunia”.
Sayangnya, tidak ada satu pun kota di Indonesia yang berhasil masuk dalam daftar kota paling bahagia di Happy City Index 2025.
Pada tahun sebelumnya, hanya Makassar, Sulawesi Selatan, yang tercatat berada di posisi 234 dari 250 kota yang masuk dalam indeks tersebut.