Puan Maharani Desak Gencatan Senjata Iran-Israel: Soroti Dampak Geopolitik dan Ekonomi Global bagi Indonesia
Jakarta – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani menyerukan agar Iran dan Israel segera mencapai gencatan senjata, menegaskan kembali posisi politik luar negeri Indonesia yang menganut prinsip bebas aktif. Seruan ini muncul di tengah kekhawatiran mendalam akan dampak konflik global terhadap stabilitas geopolitik dan ekonomi, tidak terkecuali bagi Indonesia.
Dalam pernyataannya di kompleks parlemen Senayan, Jakarta, pada Selasa, 24 Juni 2025, Puan Maharani menekankan bahwa sikap politik Indonesia secara konsisten adalah bebas aktif. Posisi ini berarti Indonesia tidak akan memihak faksi mana pun dalam konflik, melainkan berupaya aktif dalam menciptakan perdamaian dan stabilitas dunia, sebagaimana telah dianut sejak dulu hingga kini.
Ketegangan antara Iran dan Israel memang telah memuncak sejak Jumat, 13 Juni 2025. Peningkatan drastis ini dimulai ketika Israel melancarkan serangkaian serangan udara menyasar berbagai lokasi di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir. Tak berselang lama, Teheran segera membalas serangan tersebut pada hari yang sama, memperkeruh situasi di kawasan.
Menurut Puan, eskalasi konflik Iran-Israel berpotensi besar menggoyahkan perekonomian global dan berdampak signifikan pada kondisi geopolitik Indonesia. Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi penutupan Selat Hormuz, jalur vital distribusi minyak dunia. Ketua DPR RI itu juga menyerukan agar negara-negara lain turut menghimbau penyelesaian damai demi mencegah memburuknya suasana.
Merespons potensi ancaman tersebut, Puan mendesak pemerintah Indonesia untuk segera mempersiapkan langkah mitigasi guna mengantisipasi dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Desakan ini terkait erat dengan peran Selat Hormuz sebagai salah satu jalur maritim terpenting di Timur Tengah untuk distribusi minyak ke seluruh dunia, sehingga penutupannya akan memicu krisis energi global.
Menyikapi peningkatan eskalasi di Iran, Menteri Luar Negeri Sugiono mengambil langkah sigap dengan meningkatkan status siaga keamanan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Teheran, dari Siaga 2 menjadi Siaga 1. Sebagai tindak lanjut, pemerintah juga telah memulai proses evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari wilayah konflik tersebut demi keselamatan mereka.
Sebanyak 97 WNI yang berhasil dievakuasi oleh pemerintah RI sejak akhir pekan lalu diperkirakan akan tiba kembali di Tanah Air pada Selasa sore ini, mengakhiri perjalanan evakuasi yang penuh kehati-hatian.
*Dian Rahma Fika berkontribusi dalam penulisan artikel ini*