“`html
Ragamutama.com JAKARTA. Tinjauan terhadap performa keuangan beberapa perusahaan terbuka yang berafiliasi dengan PT Pertamina (Persero) menunjukkan tren yang kurang menggembirakan selama triwulan pertama 2025. Meskipun demikian, para analis berpendapat bahwa fundamental emiten-emiten ini tetap kokoh, didukung oleh agresivitas dalam melakukan ekspansi bisnis.
Seperti yang telah dilaporkan, sejumlah emiten di bawah naungan Pertamina Group, termasuk PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Elnusa Tbk (ELSA), telah mempublikasikan laporan keuangan mereka untuk periode kuartal I-2025.
Berdasarkan data tersebut, PGEO mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 1,75% *year on year* (yoy), mencapai US$ 101,51 juta pada kuartal I-2025. Laba bersih PGEO juga mengalami kontraksi signifikan, menyusut 33,97% yoy menjadi US$ 31,37 juta pada periode yang sama.
Sejumlah Emiten Ini Tebar Dividen Interim, Cermati Rekomendasi Analis
Sementara itu, PGAS berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 1,81% yoy, mencapai US$ 966,56 juta pada kuartal I-2025. Namun, laba bersih PGAS justru mengalami penurunan tajam sebesar 48,80% yoy, menjadi US$ 186,66 juta.
Di antara ketiganya, hanya ELSA yang berhasil mencatatkan kinerja positif baik dari sisi pendapatan maupun laba. Pendapatan ELSA meningkat 19,94% yoy menjadi Rp 3,73 triliun pada kuartal I-2025. Laba bersih ELSA juga mengalami kenaikan sebesar 2,99% yoy menjadi Rp 186,66 miliar.
Mengenai kinerja PGEO, Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, berpendapat bahwa kinerja PGEO terpengaruh oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang menyebabkan emiten ini mengalami kerugian selisih kurs. Selain itu, peningkatan beban operasional dan biaya bunga juga turut memengaruhi kinerja PGEO.
PGEO Chart by TradingView
Secara rinci, beban pokok pendapatan PGEO mengalami kenaikan sebesar 6,76% yoy menjadi US$ 43,25 juta pada kuartal I-2025. PGEO juga mencatatkan kerugian selisih kurs sebesar US$ 8,94 juta pada kuartal I-2025, berbanding terbalik dengan kuartal I-2024 yang mencatatkan keuntungan selisih kurs sebesar US$ 5,59 juta.
Kinerja Emiten Bahan Kimia Kurang Menggembirakan, Cek Rekomendasi Analis
Untuk PGAS, penurunan laba bersih disebabkan oleh lonjakan beban pokok pendapatan sebesar 11,98% yoy menjadi US$ 825,95 juta pada kuartal I-2025.
Sama seperti PGEO, PGAS juga mengalami kerugian selisih kurs yang signifikan, mencapai US$ 20,06 juta pada kuartal I-2025, berbeda dengan kuartal I-2024 yang mencatatkan keuntungan selisih kurs sebesar US$ 446.311.
“Fluktuasi harga gas dan biaya distribusi juga memberikan tekanan pada margin PGAS,” jelas Ekky, pada hari Rabu (30/4).
Sebaliknya, kinerja positif yang diraih ELSA didorong oleh peningkatan permintaan yang signifikan dari jasa penunjang migas dan jasa distribusi migas. Hal ini juga didukung oleh tingginya tingkat konsumsi bahan bakar, terutama pada akhir kuartal I-2025.
“Kondisi ini bertepatan dengan momentum Lebaran Idulfitri, yang mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap jasa distribusi logistik migas,” imbuh Chief Executive Officer Edvisor Provina Visindo, Praska Putrantyo, pada hari Rabu (30/4).
Menakar Prospek Emiten Rumah Sakit pada 2025 dan Rekomendasi Saham SILO, MIKA & HEAL
Para analis meyakini bahwa terdapat peluang yang cukup besar bagi PGEO dan PGAS untuk memulihkan kinerja mereka pada kuartal-kuartal berikutnya. PGEO akan diuntungkan oleh sentimen positif berupa peningkatan bauran energi terbarukan untuk pembangkit listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.
Dengan demikian, potensi listrik panas bumi yang dikembangkan oleh PGEO dapat diserap secara optimal.
Dalam laporan sebelumnya, Direktur Keuangan PGEO, Yurizki Rio, menyatakan bahwa pihaknya sedang menggarap sejumlah proyek strategis Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Proyek-proyek tersebut antara lain adalah PLTP Lumut Balai Unit 2 dengan kapasitas 55 megawatt (MW), PLTP Hululais Unit 1 & 2 yang berkapasitas 110 MW, serta sejumlah proyek *co-generation* dengan total kapasitas 230 MW. Khusus untuk proyek PLTP Lumut Balai Unit 2, pembangkit ini ditargetkan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2025.
“Proyek ini akan memperkuat portofolio energi hijau PGE dan menjadi sinyal optimistis bagi kami untuk mendorong peningkatan operasional dan kinerja keuangan sepanjang tahun 2025,” jelasnya dalam keterangan resmi, Senin (28/4).
Beralih ke PGAS, emiten ini berpotensi meraih kinerja positif seiring dengan ekspansi jaringan gas (jargas) rumah tangga yang terus berjalan.
Pada tahun 2025, PGAS mengalokasikan dana *capital expenditure* (capex) atau belanja modal sebesar US$ 29 juta untuk pembangunan jargas. Adapun target jargas yang akan dibangun PGAS pada tahun ini adalah sebanyak 200.000 sambungan rumah tangga (SR).
Kinerja Emiten Bahan Kimia Cenderung Loyo pada 2024, Cermati Rekomendasi Analis
Selain itu, PGAS juga mendapatkan sentimen positif atas rencana dibukanya keran impor *Liquefied Natural Gas* (LNG) dari AS untuk memenuhi kebutuhan domestik. Rencana ini merupakan bagian dari negosiasi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terkait kebijakan tarif impor AS.
Secara teoritis, diversifikasi sumber pasokan dan penguatan infrastruktur distribusi gas bumi dapat membantu PGAS dalam menghadapi tekanan margin. “Namun, tantangan seperti regulasi harga gas dan persaingan energi masih menjadi risiko utama,” ungkap Ekky.
Tidak ketinggalan, ELSA juga mendapatkan momentum dari pemulihan industri dan peningkatan aktivitas eksplorasi migas. Hal ini membuka peluang pertumbuhan kinerja bagi ELSA di tengah kenaikan belanja migas nasional.
Praska juga menambahkan bahwa posisi PGEO, PGAS, dan ELSA sebagai bagian dari BUMN membuat ketiganya sering dilibatkan dalam proyek strategis nasional maupun penugasan pemerintah.
PGAS Chart by TradingView
Hal ini menjadi sentimen positif bagi ketiga emiten tersebut, terutama jika diimbangi oleh dukungan finansial serta sinergi antar entitas Grup Pertamina yang kuat.
Trimegah Bangun Persada (NCKL) Catat Pendapatan Rp 7,13 Triliun pada Kuartal I-2025
Selanjutnya, Praska menyarankan agar saham PGEO dapat dicermati dan dibeli jika harganya turun ke area *support* di kisaran Rp 850 — Rp 870 per saham.
Saat ini, PGEO masih berada di area *resistance*. Sementara itu, saham PGAS dianggap masih *wait and see* dan menarik untuk dibeli jika sudah menyentuh area Rp 1.500—1.570 per saham. Adapun saham ELSA sedang menguji area *resistance* dan dapat dicermati jika berhasil *breakout* dari area Rp 470 — Rp 480 per saham.
Sementara itu, Ekky merekomendasikan *hold* saham PGEO dengan *support* di kisaran Rp 830 — Rp 850 per saham serta target jangka panjang di level Rp 1.200 per saham.
Dia juga merekomendasikan *hold* saham PGAS dengan *support* di level Rp 1.600 per saham dan target jangka panjang di level Rp 2.000 per saham. Sebaliknya, saham ELSA direkomendasikan untuk dibeli dengan *support* di level Rp 440 per saham dan target harga Rp 500 — Rp 540 per saham.
“`