Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menutup perdagangan pada Selasa (29/7) dengan penguatan tipis, membukukan kenaikan 3,13 poin atau setara 0,04% dan menempatkan diri pada level 7.617,90. Menurut data yang dirilis oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), dinamika pasar hari itu menunjukkan 289 saham bergerak menguat, sementara 305 saham tertekan dan melemah, serta 208 saham lainnya stagnan.
Menganalisis pergerakan sektor, Analis Riset Ekuitas Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, menyoroti bahwa sektor material dasar atau basic materials menjadi primadona dengan mencatatkan kenaikan paling signifikan. Sebaliknya, sektor keuangan menghadapi tekanan berat, mengalami koreksi terdalam sepanjang sesi perdagangan tersebut.
Dari perspektif teknikal, IHSG sempat menunjukkan indikasi pullback, bahkan berhasil menutup gap down yang terbentuk di kisaran level 7.568 sebelum akhirnya kembali menemukan pijakan dan menguat. Namun, formasi candlestick doji yang terbentuk pada penutupan hari itu mengirim sinyal waspada, mengindikasikan bahwa pasar mungkin sedang memasuki fase jenuh beli atau overbought.
“IHSG masih menunjukkan kerentanan terhadap aksi ambil untung atau profit taking, terutama di kisaran level 7.550 hingga 7.600,” demikian ungkap Alrich kepada Kontan pada Selasa (29/7).
IHSG Rawan Terkoreksi Pada Juni 2025, Waspada Aksi Profit Taking
Alrich menambahkan bahwa sentimen pasar saat ini cenderung menahan diri, mengamati serangkaian agenda penting yang akan datang. Perhatian utama tertuju pada pertemuan dagang antara Amerika Serikat dan China, rapat kebijakan Bank Sentral AS (The Federal Reserve), serta rilis data ekonomi makro yang krusial.
Di samping itu, para investor juga aktif mencermati perkembangan musim laporan keuangan kuartal II-2025 dan antisipasi pemberlakuan tarif baru yang dijadwalkan efektif pada 1 Agustus 2025, yang berpotensi memengaruhi dinamika pasar modal domestik.
Dari lanskap global, fokus pasar juga tertuju pada rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 dari Jerman dan kawasan Euro Area. Sementara itu, di Amerika Serikat, data vital yang dinantikan mencakup pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025, laporan ketenagakerjaan sektor swasta nonpertanian (ADP Employment Change), dan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE Prices), yang kesemuanya memiliki implikasi signifikan terhadap arah kebijakan moneter global.
Secara terpisah, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, turut memberikan pandangannya. Ia menyampaikan bahwa penguatan IHSG pada perdagangan Selasa (29/7) salah satunya didorong oleh pergerakan positif bursa global dan Asia, meskipun pergerakan nilai tukar rupiah terpantau cenderung melemah terhadap dolar AS.
“Untuk perdagangan Rabu (30/7), kami memproyeksikan IHSG masih memiliki peluang untuk melanjutkan penguatannya, dengan level support yang dapat dicermati di 7.515 dan level resistance di 7.695,” jelas Herditya kepada Kontan.
IHSG Berpotensi Lanjut Melemah pada Kamis (19/6), Cermati Saham Rekomendasi Analis
Herditya menilai, musim laporan keuangan tetap menjadi pusat perhatian utama bagi para investor. Selain itu, sikap menanti dan melihat atau wait and see masih akan mendominasi menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC), yang keputusannya akan sangat memengaruhi arah kebijakan suku bunga global.
Rekomendasi Saham
Dalam menyikapi potensi pergerakan pasar, Herditya merekomendasikan beberapa saham yang layak dicermati untuk perdagangan Rabu (30/7), antara lain:
- PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) dengan proyeksi target harga antara Rp 5.050 hingga Rp 5.225.
- PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) dengan target harga berkisar Rp 446 hingga Rp 474.
- PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) yang ditargetkan pada rentang harga Rp 2.560 hingga Rp 2.700.
Sementara itu, Phintraco Sekuritas juga merilis daftar rekomendasi sahamnya untuk perdagangan hari yang sama, meliputi:
- PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)
- PT BUMA Internasional Grup Tbk (DOID)
- PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
- PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)