Perang Iran, Reaksi Rusia Cina atas Agresi AS?

Avatar photo

- Penulis

Senin, 23 Juni 2025 - 16:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketegangan Timur Tengah Memanas: Mengapa Cina dan Rusia Bela Iran Pasca-Serangan Amerika Serikat?

Pada Sabtu, 21 Juni 2025, Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir Iran, di Natanz, Fordow, dan Isfahan. Aksi militer ini sontak memperuncing ketegangan yang sudah memanas antara Iran dan Israel, memicu kekhawatiran global akan stabilitas kawasan.

Insiden tersebut segera memancing beragam reaksi dari berbagai negara. Namun, sorotan tertuju pada Beijing dan Moskow, dua kekuatan besar yang memiliki ikatan erat dengan Teheran, untuk melihat bagaimana mereka akan menyikapi eskalasi ini.

Menanggapi agresi militer tersebut, Tiongkok, melalui juru bicara Kementerian Luar Negerinya dan Duta Besar untuk PBB, Fu Cong, mengutuk keras serangan Amerika Serikat. Beijing secara tegas menyatakan bahwa tindakan tersebut melanggar hukum internasional dan Piagam PBB, seraya memperingatkan akan dampaknya terhadap ketegangan regional. “Cina sangat khawatir tentang risiko situasi menjadi tidak terkendali,” ujar Fu Cong dalam forum Dewan Keamanan PBB, mendesak gencatan senjata segera antara pihak-pihak yang bertikai.

Senada dengan Tiongkok, Rusia juga mengecam keras serangan Washington. Duta Besar Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya, dalam forum Dewan Keamanan, menyatakan bahwa Amerika Serikat telah membuka ‘kotak Pandora’. Ia menambahkan bahwa Washington, sekali lagi, menunjukkan penghinaan total terhadap posisi komunitas internasional melalui serangannya ke fasilitas nuklir Iran.

Posisi Geopolitik Cina dan Rusia Terhadap Iran

Baca Juga :  Prabowo Tegaskan: Tidak Ada Reshuffle Kabinet Indonesia Maju?

Dukungan vokal dari Beijing dan Moskow bukanlah tanpa alasan. Bagi kedua negara adidaya ini, Iran bukan sekadar mitra regional, melainkan sekutu strategis yang tak tergantikan, vital bagi kepentingan geopolitik dan ekonominya.

Kemitraan antara Rusia dan Iran telah diperkuat secara signifikan. Pada awal tahun ini, Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan menandatangani Pakta Kemitraan Strategis dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian. Perjanjian ini dirancang untuk mempererat hubungan militer dan ekonomi, terutama setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah, sekutu utama Rusia lainnya di Timur Tengah. Bagi Rusia, potensi kejatuhan Iran akan mengisolasi mereka secara geopolitik. Mengingat Iran berbatasan langsung dengan kawasan strategis seperti Kaspia, Kaukasus, dan Asia Tengah, pergantian rezim di Teheran menjadi pemerintahan pro-Barat berpotensi menyebabkan Rusia dikepung dari seluruh penjuru, termasuk oleh negara-negara bekas Uni Soviet yang kini condong ke NATO dan Uni Eropa.

Sementara itu, bagi Tiongkok, Iran memegang peran sentral dalam inisiatif ambisius Belt and Road (BRI) atau Sabuk dan Jalan, seperti yang dilansir dari *Antara*. Sebagai simpul penghubung darat dan laut, Iran menghubungkan Asia Timur dengan Timur Tengah dan Afrika, menjadikannya jalur krusial bagi konektivitas global Beijing. Lebih lanjut, data Kypler menunjukkan bahwa sekitar 90 persen ekspor minyak Iran dikirim ke Tiongkok, meskipun transaksi ini tidak masuk dalam catatan resmi akibat sanksi Amerika Serikat. Oleh karena itu, serangan terhadap Iran bukan hanya mengancam stabilitas regional, tetapi juga pasokan energi Tiongkok. Konflik yang meluas juga bisa mengganggu proyek-proyek strategis Tiongkok di Pakistan, seperti Pelabuhan Gwadar, serta akses vital ke Selat Hormuz, jalur perdagangan minyak dunia yang krusial.

Baca Juga :  Chairul Tanjung Menanggapi Kebijakan Fiskal Prabowo: Pasar Gamang

Tanggapan Kolektif dari Xi Jinping dan Putin

Mengingat urgensi situasi, Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan panggilan telepon bersama, seperti yang dilansir dari *CNN*. Dalam percakapan tersebut, kedua pemimpin sepakat untuk menyerukan mediasi guna meredakan konflik yang tengah memanas. Mereka secara terang-terangan menuding Israel sebagai pelanggar hukum internasional. Xi bahkan menekankan bahwa negara-negara adidaya harus menenangkan, bukan memprovokasi konflik. Meskipun pernyataan Xi tidak secara eksplisit mengutuk Israel seperti pernyataan Menteri Luar Negeri Tiongkok sebelumnya, Beijing tetap menyuarakan dukungan kuat kepada Iran.

Sebagai bagian dari upaya diplomatik mereka, Tiongkok dan Rusia juga menawarkan diri sebagai mediator, melanjutkan peran yang pernah mereka mainkan dalam pemulihan hubungan Iran–Arab Saudi pada tahun 2023. Meskipun efektivitas tawaran mediasi ini masih menjadi pertanyaan, kehadiran diplomatik aktif dari Beijing dan Moskow ini secara signifikan meningkatkan kredibilitas mereka di mata negara-negara berkembang. Hal ini terjadi di tengah kian surutnya kepercayaan terhadap kepemimpinan luar negeri Amerika Serikat, menyoroti pergeseran dinamika kekuatan global.

Berita Terkait

Trump dan Iran: Alasan di Balik Rencana Pengeboman yang Gagal
Putin Kecam AS, Ini Isi Pertemuan Lengkap Menlu Iran dengan Rusia
Selat Hormuz: Lokasi Vital, Apa Risiko Jika Iran Menutupnya?
Serangan Israel: Daftar Tokoh Iran Tewas, Dampak Mencekam!
Momen Langka, Kapolri Cium Tangan Megawati di Acara Hoegeng
Serangan Fasilitas Nuklir, Reaksi Keras IAEA dan Dampaknya
Rudal Sejjil Iran: Fakta Penting, Jangkauan, dan Kekuatannya
Yulius Selvanus di Pengukuhan Kepala BI Sulut: Jaga Stabilitas Ekonomi!

Berita Terkait

Senin, 23 Juni 2025 - 20:48 WIB

Trump dan Iran: Alasan di Balik Rencana Pengeboman yang Gagal

Senin, 23 Juni 2025 - 19:57 WIB

Putin Kecam AS, Ini Isi Pertemuan Lengkap Menlu Iran dengan Rusia

Senin, 23 Juni 2025 - 19:48 WIB

Selat Hormuz: Lokasi Vital, Apa Risiko Jika Iran Menutupnya?

Senin, 23 Juni 2025 - 19:03 WIB

Serangan Israel: Daftar Tokoh Iran Tewas, Dampak Mencekam!

Senin, 23 Juni 2025 - 17:33 WIB

Momen Langka, Kapolri Cium Tangan Megawati di Acara Hoegeng

Berita Terbaru

politics

Trump dan Iran: Alasan di Balik Rencana Pengeboman yang Gagal

Senin, 23 Jun 2025 - 20:48 WIB

finance

Prediksi IHSG Selasa 24 Juni, Peluang Buy on Weakness?

Senin, 23 Jun 2025 - 20:33 WIB