Upaya penyelamatan Juliana Marins (27), warga negara Brasil yang dilaporkan jatuh di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), hingga kini masih menghadapi berbagai kendala dan belum membuahkan hasil. Tragedi ini kian pelik dengan terhambatnya perjalanan sang ayah, Manoel, untuk menyusul putrinya ke Indonesia akibat dampak konflik geopolitik di Timur Tengah.
Manoel, ayah Juliana, sebenarnya telah berupaya terbang dari Brasil menuju Indonesia. Namun, rencana penerbangannya terhenti saat wilayah udara Qatar—yang menjadi rute penting menuju Asia—ditutup. Penutupan ini merupakan konsekuensi langsung dari eskalasi konflik antara Iran dan Israel yang didukung Amerika Serikat. Langit Qatar ditutup setelah Iran melancarkan serangan bom ke pangkalan militer AS di dekat Doha pada Senin (23/6). Akibatnya, Manoel yang sudah tiba di Lisbon, ibu kota Portugal, tidak dapat melanjutkan perjalanannya ke Indonesia. Beruntung, situasi tersebut relatif singkat, karena pada Selasa, angkasa Qatar dilaporkan telah dibuka kembali.
Di tengah hambatan perjalanan Manoel, tim SAR di lapangan menghadapi tantangan luar biasa dalam misi evakuasi. Juliana diketahui jatuh pada Sabtu, 21 Juni 2025, di kedalaman sekitar 500 meter dari ketinggian 9.000 kaki. Lokasi jatuhnya berada di area sekitar Danau Segara Anak dan berhasil diidentifikasi berkat bantuan teknologi *drone thermal*. Namun, proses evakuasi sangat sulit karena medan Gunung Rinjani yang ekstrem dan terjal. Selain itu, cuaca yang tidak menentu dan kabut tebal kerap menyelimuti lokasi, sangat membatasi jarak pandang dan memperlambat pergerakan tim penyelamat.
Melihat beratnya kondisi dan belum adanya titik terang, desakan pun mengalir dari berbagai penjuru dunia. Warganet, baik dari Brasil maupun negara lain, ramai-ramai menyampaikan seruan dan komentar melalui akun Instagram Presiden Prabowo Subianto. Mereka mendesak pemerintah Indonesia untuk segera mengintensifkan dan mempercepat proses penyelamatan Juliana Marins, menunjukkan perhatian global terhadap insiden tragis ini.