Rusia telah mengeluarkan peringatan keras kepada Amerika Serikat (AS), mendesak Washington untuk menahan diri dari intervensi militer terhadap Iran. Moskow menegaskan bahwa keterlibatan AS dalam serangan ke Iran akan secara fundamental mengguncang stabilitas Timur Tengah. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, bahkan menyatakan bahwa langkah militer tersebut berpotensi menjerumuskan kawasan ke dalam bencana nuklir. “Ini akan menjadi langkah yang secara radikal akan mengganggu seluruh situasi,” tegas Ryabkov, seperti dikutip Reuters pada Rabu (18/6), menggarisbawahi potensi konsekuensi yang mengerikan.
Kekhawatiran akan eskalasi nuklir juga dipertegas oleh pejabat tinggi Rusia lainnya. Kepala Dinas Intelijen Luar Negeri (SVR) Rusia, Sergei Naryshkin, menggambarkan situasi antara Iran dan Israel sebagai “kritis”. Senada, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, secara tegas menyatakan bahwa serangan Israel terhadap infrastruktur nuklir Iran pasti akan memicu bencana nuklir. Naryshkin sendiri mengonfirmasi, “Fasilitas nuklir tengah diserang,” sebuah klaim yang menambah serius situasi. Lebih lanjut, Moskow juga menyoroti kebisuan komunitas internasional, khususnya para aktivis lingkungan, terkait serangan terhadap fasilitas nuklir Iran ini. Naryshkin menyentil dengan ironi, mempertanyakan “Mana (kekhawatiran) seluruh masyarakat dunia? Di mana semua pencinta lingkungan?” Ia menambahkan, “Saya tidak tahu apakah mereka berpikir mereka jauh dan gelombang (radiasi nuklir) ini tidak akan mencapai mereka. Baiklah, biarkan mereka membaca apa yang terjadi di Fukushima,” mengingatkan akan dampak mengerikan insiden nuklir masa lalu.
Peringatan Rusia tidak lepas dari fakta bahwa Moskow adalah mitra dekat Iran. Kedua negara telah mengukuhkan kemitraan strategis yang kuat, termasuk di bidang pertahanan, yang ditandatangani pada awal Januari lalu. Di tengah ketegangan ini, kilas balik pada pernyataan mantan Presiden AS, Donald Trump, turut menjadi sorotan. Sebelumnya, Trump pernah menyebut Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, sebagai “target mudah,” meskipun ia menegaskan tidak ingin membunuh Khamenei saat ini. Komentar tersebut, yang disampaikan Trump melalui platform media sosial Truth, diiringi dengan tuntutan agar Iran menyerah tanpa syarat. Tuntutan ini muncul sebagai respons atas pertanyaan mengenai kemungkinan AS bergabung dengan Israel dalam melancarkan serangan terhadap Iran.