Perang Dagang AS-China: Nasib Rupiah dan Valuta Asia Lainnya

Avatar photo

- Penulis

Jumat, 16 Mei 2025 - 00:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Sorotan pasar valuta asing di Asia masih tertuju pada dinamika hubungan perdagangan global. Saat bursa menutup perdagangan hari Kamis (15/5), sebagian besar mata uang di kawasan Asia menunjukkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg pada Kamis (15/5), yen Jepang (JPY) mengalami apresiasi sebesar 0,50% secara harian, mencapai level 146,01 per dolar AS. Won Korea (KRW) mengikuti dengan kenaikan 0,32% secara harian menjadi 1.398 per dolar AS. Yuan Taiwan (TWD) juga mencatat kenaikan, sebesar 0,30% secara harian, mencapai 30,1770 per dolar AS. Sementara itu, rupiah (IDR) menguat 0,20% secara harian, berada di level Rp 16.528 per dolar AS.

Namun, beberapa mata uang lain mengalami penurunan. Rupee India, misalnya, melemah 0,32% secara harian menjadi 85,55 per dolar AS, dan yuan China juga terkoreksi sebesar 0,04% ke level 7,2113 per dolar AS.

Analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, berpendapat bahwa pergerakan mata uang Asia sangat dipengaruhi oleh perubahan sentimen global. Penguatan yang terjadi secara umum mencerminkan meredanya kekhawatiran terkait eskalasi perang dagang.

Menurut Lukman, yen Jepang tetap menjadi pilihan yang menarik untuk dikoleksi. Terutama jika Amerika Serikat dan Jepang berhasil mencapai kesepakatan tarif yang sesuai dengan harapan, potensi penguatan yen Jepang akan sangat besar.

“Won Korea juga berpotensi mengalami tren serupa, tetapi bagi investor yang cenderung menghindari mata uang non-utama karena masalah likuiditas dan volatilitas, yen Jepang tetap menjadi opsi yang relatif lebih aman,” jelas Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (15/5).

Baca Juga :  Panduan Lengkap: Beli Emas Antam & UBS, Harga Terbaik di Galeri 24 & Pegadaian!

Indeks Dolar AS Cenderung Stabil Setelah Pertemuan FOMC, Pasar Masih Berhati-hati

Di tengah ketidakpastian dan potensi kerentanan dolar AS, investor disarankan untuk melakukan diversifikasi mata uang ke euro (EUR), poundsterling (GBP), yen Jepang (JPY), dan dolar Australia (AUD).

Pada awal pekan, indeks dolar (DXY) sempat mengalami kenaikan hingga melampaui level 100. Namun, pada hari Kamis (15/5), indeks yang mengukur kekuatan dolar terhadap sejumlah mata uang utama berada di level 100,84, atau turun 0,18% dalam sehari.

“Kepercayaan investor terhadap dolar AS di bawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump telah berkurang. Meskipun kondisi telah kembali normal, kepercayaan investor pada dolar tidak akan pulih dengan cepat,” kata Lukman.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyampaikan bahwa meskipun tidak secara eksplisit dinyatakan oleh otoritas AS, terdapat spekulasi implisit bahwa AS menginginkan dolar yang lebih lemah sebagai bagian dari strategi perdagangan mereka, yang juga berkontribusi pada pelemahan indeks DXY.

Josua menjelaskan bahwa KRW menonjol sebagai mata uang yang cukup menarik, didorong oleh sentimen positif dari pembicaraan kebijakan nilai tukar dengan AS. CNY juga dinilai menarik karena didukung oleh komitmen PBoC untuk menjaga stabilitas dan manfaat langsung dari potensi gencatan senjata dagang.

“JPY saat ini cenderung volatil, terutama karena Bank of Japan (BoJ) belum memberikan sinyal kenaikan suku bunga, sehingga yen Jepang terlihat kurang menarik dalam jangka pendek,” ungkap Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (15/5).

Baca Juga :  TBS Energi Utama (TOBA) Tebar Dividen 10 Juta Dollar AS

Sejumlah Mata Uang Utama Melemah Terhadap Dolar AS, Inilah Alasannya

Ke depan, prospek mata uang Asia diperkirakan akan cukup konstruktif, terutama jika pelemahan USD berlanjut seiring dengan perlambatan ekonomi AS dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed) pada tahun 2025. Indeks dolar DXY diperkirakan akan bergerak menuju area 97–98 di akhir tahun.

“Kondisi ini akan memberikan ruang bagi mata uang Asia seperti KRW, CNY, SGD, dan mungkin INR untuk menguat lebih lanjut,” jelas Josua.

Namun demikian, risiko tetap ada mengingat potensi ketidakpastian baru, mengingat gencatan dagang AS-Tiongkok hanya berlaku selama 90 hari.

Khusus untuk rupiah, pemulihan mungkin akan lebih lambat, kecuali jika ada sinyal kuat dari stabilitas fiskal dan kebijakan BI yang lebih proaktif dalam menjaga daya tarik aset rupiah.

Sebagai informasi, rupiah tercatat sebagai mata uang Asia dengan pelemahan terdalam secara *year-to-date* (ytd) sebesar 2,50% hingga pertengahan Mei 2025.

Menurut Josua, tekanan eksternal yang meningkatkan ketidakpastian global semakin memberatkan upaya Bank Indonesia (BI) untuk melakukan intervensi terhadap rupiah. Hal ini tercermin dari derasnya arus keluar modal di negara berkembang seperti Indonesia.

“Secara keseluruhan, menurut saya, keterpurukan rupiah saat ini lebih didominasi oleh faktor global daripada faktor domestik,” pungkas Josua.

Berita Terkait

Ketua Kadin Cilegon Diperiksa: Imbas Tuntutan Proyek Rp 5 Triliun Pengusaha Lokal?
Redanya Perang Tarif: Peluang IHSG Bangkit ke 7.100 di Kuartal II 2025?
Dampak Suku Bunga AS Tinggi: Rupiah dan Ekonomi Indonesia Tertekan?
Tokoh UMKM Banjar Ungkap Alasan Tutup Toko, 17 Karyawan Dirumahkan
Mind Id Perkuat Tata Kelola Timah: Dukung Hilirisasi Berkelanjutan Nasional
Prediksi IHSG Kuartal II 2025: Peluang Investasi di Level 7.100
Saham MTEL dan MBMA Masuk MSCI: Peluang Investasi Menarik?
Chandra Asri Ekspansi Agresif Pasca Akuisisi Shell: Peluang Saham TPIA?

Berita Terkait

Jumat, 16 Mei 2025 - 01:59 WIB

Ketua Kadin Cilegon Diperiksa: Imbas Tuntutan Proyek Rp 5 Triliun Pengusaha Lokal?

Jumat, 16 Mei 2025 - 01:27 WIB

Redanya Perang Tarif: Peluang IHSG Bangkit ke 7.100 di Kuartal II 2025?

Jumat, 16 Mei 2025 - 00:31 WIB

Dampak Suku Bunga AS Tinggi: Rupiah dan Ekonomi Indonesia Tertekan?

Jumat, 16 Mei 2025 - 00:15 WIB

Perang Dagang AS-China: Nasib Rupiah dan Valuta Asia Lainnya

Kamis, 15 Mei 2025 - 23:43 WIB

Tokoh UMKM Banjar Ungkap Alasan Tutup Toko, 17 Karyawan Dirumahkan

Berita Terbaru

Society Culture And History

Sengketa Tanah Atalarik Syah: Kronologi Hingga Pembongkaran Bangunan oleh Aparat

Jumat, 16 Mei 2025 - 02:23 WIB