# Serangan Israel Hancurkan Fasilitas Nuklir Iran di Natanz: Dunia Khawatir Kontaminasi dan Eskalasi Konflik
Jakarta – Dunia di ambang kekhawatiran setelah serangan udara Israel dilaporkan menghantam fasilitas nuklir utama Iran di Natanz, menyebabkan “kontaminasi” yang dikonfirmasi langsung oleh Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi. Insiden ini memicu seruan global untuk menahan diri di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Kabar mengejutkan ini diungkapkan Grossi dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB di New York pada Jumat, 13 Juni 2025. Bersama pejabat senior PBB lainnya, ia mendesak kedua belah pihak, Israel dan Iran, untuk menahan diri demi mencegah meluasnya konflik regional yang berpotensi menghancurkan.
Menekankan urgensi situasi, Grossi menegaskan, “Saya telah berulang kali menyatakan bahwa fasilitas nuklir tidak boleh diserang terlepas dari konteks atau keadaannya, karena dapat membahayakan manusia dan lingkungan,” seperti dilansir dari *Al Jazeera*. Pernyataannya menggarisbawahi potensi ancaman besar terhadap keselamatan manusia dan ekosistem jika serangan semacam itu terus terjadi.
Grossi merinci adanya kontaminasi radiologi dan kimia di dalam kompleks Natanz, sebuah situs krusial di mana Iran memperkaya uranium hingga 60 persen. Meskipun demikian, ia menambahkan bahwa kontaminasi tersebut masih “dapat dikelola dengan tindakan yang tepat.” IAEA sendiri menyatakan kesiapannya untuk segera mengirim pakar keamanan nuklir guna membantu mengamankan lokasi jika permintaan datang dari Iran.
Dalam nada serupa, Grossi kembali menyerukan, “Saya menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri secara maksimal guna menghindari eskalasi lebih lanjut.” Peringatan senada juga datang dari Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Politik, Rosemary DiCarlo, yang secara tegas mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri. “Resolusi damai melalui negosiasi tetap menjadi cara terbaik untuk memastikan sifat damai program nuklir Iran,” kata DiCarlo, seraya menambahkan, “Kita harus dengan segala cara menghindari konflik yang semakin besar yang akan memiliki konsekuensi global yang sangat besar.”
Pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, yang beranggotakan 15 negara dan dihadiri langsung oleh perwakilan Israel dan Iran, digelar atas permintaan mendesak dari Iran. Permintaan tersebut muncul setelah serangkaian serangan Israel yang menargetkan beberapa fasilitas nuklir dan lokasi militer Iran pada dini hari Jumat, di mana dilaporkan juga terjadi pembunuhan terhadap pejabat militer senior dan ilmuwan nuklir terkemuka.
Dalam sesi tersebut, Utusan Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, mengecam serangan itu sebagai “deklarasi perang” dan “serangan langsung terhadap tatanan internasional.” Ia menyampaikan data korban yang memilukan, yakni 78 orang tewas dan lebih dari 320 lainnya terluka. Lebih lanjut, Iravani menuding Amerika Serikat sebagai penyokong utama serangan ini, dengan menyediakan dukungan intelijen dan politik, dan menyatakan bahwa AS “bertanggung jawab penuh” atas segala konsekuensinya.
Menanggapi tuduhan Iran, Perwakilan AS, McCoy Pitt, dengan tegas membantah keterlibatan militer Amerika dalam serangan tersebut. Namun, ia menyatakan bahwa tindakan Israel adalah bentuk pembelaan diri yang diperlukan. Pitt kemudian melontarkan peringatan keras, menegaskan bahwa “konsekuensi bagi Iran akan mengerikan” jika Teheran menargetkan pangkalan atau warga AS sebagai aksi balasan. “Pimpinan Iran akan bijaksana untuk bernegosiasi saat ini,” pungkasnya.
Di sisi lain, Utusan Israel untuk PBB, Danny Danon, membela serangan terhadap situs nuklir Iran sebagai “tindakan pelestarian nasional.” Ia mengklaim bahwa Iran hanya tinggal beberapa hari lagi untuk memproduksi bahan fisil yang cukup untuk membuat beberapa bom nuklir. “Operasi ini dilakukan karena alternatifnya tidak terpikirkan,” tegas Danon, sembari mempertanyakan, “Berapa lama dunia mengharapkan kita menunggu? Sampai mereka merakit bom? Sampai mereka memasangnya pada rudal Shahab? Sampai dalam perjalanan ke Tel Aviv atau Yerusalem?” Dengan nada menantang, ia menyatakan, “Kami tidak akan ragu, kami tidak akan mengalah, dan kami tidak akan membiarkan rezim genosida membahayakan rakyat kami.”
Ketegangan semakin memuncak ketika serangan balik Iran terhadap Israel terjadi bahkan saat pertemuan Dewan Keamanan PBB tengah berlangsung. Iran meluncurkan gelombang rudal balistik yang menargetkan berbagai sasaran di wilayah Israel. “Iran menegaskan haknya yang melekat untuk membela diri,” kata Iravani, berjanji untuk menanggapi “secara tegas dan proporsional” terhadap setiap agresi Israel. Ia menambahkan, “Ini bukan ancaman, ini adalah konsekuensi alami, sah, dan perlu dari tindakan militer yang tidak beralasan.”
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menyampaikan keprihatinan mendalam kepada dewan, menyatakan bahwa tindakan Israel di Timur Tengah “mendorong kawasan itu ke bencana nuklir skala besar.” Ia menegaskan, “Serangan yang sama sekali tidak beralasan ini, tidak peduli apa yang dikatakan Israel sebaliknya, merupakan pelanggaran berat terhadap Piagam PBB dan hukum internasional,” menggarisbawahi potensi dampak serius terhadap stabilitas global.